Opini

Uta Uta no Mi, Mugen Tsukuyomi, dan Renungan Al Ghazali

Oleh Ilham Ibrahim

Saya sudah nonton film One Piece: Red beberapa bulan yang lalu namun baru sadar akan hal ini. Kesadaran ini bermula saat memikirkan kekuatan teman semasa kecil sekaligus musuh utama Mugiwara Luffy di film tersebut yaitu Uta binti Shanks. Uta memiliki kekuatan luar biasa yang berasal dari buah iblis mythical zoan: Uta Uta no Mi. Kekuatan inilah yang membikin saya overthinking baru-baru ini.

Kekuatan Uta bertumpu pada nyanyian dan gelombang musik. Saat Uta berdendang, sesiapa saja yang mendengarkan musik dan nyanyiannya akan tertidur. Begitu terbangun, tanpa sadar mereka akan berada di sebuah dunia utopia yang Uta rancang sebagai “Uta’s World”. Di tempat tersebut, tidak ada kesedihan dan kejahatan. Semuanya merasakan kebahagiaan dan kesejahteraan. Namun hanya sebatas ilusif.

Orang-orang yang berada dalam Uta’s World sejatinya mereka masih dalam keadaan tidur. Uta menguasai dan mengendalikan alam pikiran mereka, sambil terus menerus memberikan kebahagiaan tanpa henti. Tidak ada yang menyadari akan hal ini. Orang-orang yang terperangkap dalam dunia mimpi yang dirancang Uta ini sulit bangun lagi dari tidur mereka.

Baca juga :  Kader Kultural Struktural dan Fungsional

Bila kelewat sulit membayangkan kekuatan Uta di atas, saya akan coba terangkan pakai genjutsu paling kuat dalam sejarah anime Naruto yaitu Mugen Tsukuyomi dari Kaguya. Secara sederhana, mereka yang terpapar cahaya dari Mugen Tsukuyomi, secara tidak sadar akan terperangkap dalam lilitan seperti kepompong. Di dalam kepompong tersebut, mereka akan terbuai dalam impian dunia ideal yang mereka cita-citakan sendiri.

Para shinobi yang terkena genjutsu Mugen Tsukuyomi ini akan mengalami mimpi indah. Misalnya, Hinata yang pemalu dan pendiam tetiba menjadi perempuan aktif yang kemudian dipersunting Naruto; Kiba jadi Hokage dan menyatakan hari cuti nasional untuk anjing; Rock Lee berhasil mengalahkan Naruto dan Neji, lalu Sakura mencintainya; dan lain-lain. Semuanya berada dalam dunia yang penuh dengan khayalan dan ilusi. Mereka sulit terbangun dalam genjutsu yang dikendalikan Kaguya ini.

Nah setelah kita tahu kekuatan Uta di One Piece dan Mugen Tsukuyomi di Naruto, sekarang saya akan coba paparkan apa yang sedang saya pikirkan baru-baru ini. Jadi, selain suka nonton One Piece dan Naruto, saya juga senang baca tulisan-tulisan Al Ghazali. Dalam Al Munqidz min al-Dhalal, Hujjatul Islam membedah satu persatu sumber pengetahuan yang dapat meyakinkan dirinya. Dari filsafat, aliran bathiniyah, hingga tasawuf.

Baca juga :  Amplop

Salah satu yang diragukan oleh Al Ghazali ialah pengetahuan yang bersumber dari indera (senses/hawas). Baginya, sensor inderawi tidak dapat menjadi satu-satunya sumber pengetahuan lantaran dapat saja menyesatkan atau dinyatakan salah oleh akal. Seperti mimpi yang terasa nyata oleh indera, tapi hanya delusi tatkala terjaga.

Ketika seseorang bermimpi, ia akan mengira dunia yang disaksikannya begitu nyata. Seluruh perangkat inderawi, terutama penghilatan, berfungsi dengan baik melihat ragam warna, bentuk, dan ruang. Bahkan secara acak kita bisa menyaksikan dengan jelas dari orang yang paling kita cintai hingga orang yang tidak pernah kita lihat sebelumnya. Namun tatkala terbangun, kata Al Ghazali, apa yang dilihatnya hanyalah maya belaka.

Baca juga :  Kurikulum Islamic Green School: Sebuah Ijtihad Memadukan Ekologi Islam dan Pendidikan Berkelanjutan

Setelah tahu keterangan Al Ghazali ini, saya jadi teringat ungkapan Ali bin Abi Thalib yang barangkali ada hubungannya dengan kekuatan Uta Uta no Mi dan Mugen Tsukuyomi. Ali mengatakan bahwa manusia itu tidur, tapi setelah mati, ia terbangun (al-nas niyam, faidza maatuu, intabahuu). Ungkapan ini begitu makjleb bagi saya: manusia yang saat ini sedang hidup, sejatinya sedang tidur; baru akan sadar setelah mereka mati.

Jangan-jangan, nih, gaes, apa yang kita saksikan saat ini sebenarnya sedang berada dalam “Uta’s World” atau dunia imaji “Mugen Tsukoyomi”. Kita bersenang-senang, merasakan kebahagiaan, dicampur bumbu-bumbu penderitaan, rasa kecewa, dan lain-lain sebenarnya hanya ilusi belaka. Jika bukan karena Uta atau Kaguya, mungkinkah Setan yang sedang mengendalikan diri kita? Apakah ini berarti bahwa realitas sejati baru akan kita sadari setelah mati?

Waktunya tobat, gaes, tanah gurun Arab Saudi mulai subur dan timbul tumbuh-tumbuhan hijau.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *