Tuntunan Sholat Istiqa’
Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kudus
Disidangkan pada Kamis 5 Oktober 2023
Permohonan dari PDM Kudus dengan No Surat : 70/III.0/C/2023
Tgl Surat : Selasa 03 Oktober 2023
A. Dalil Shalat Istisqa
- Dalil kesatu
عَنْ عَبَّادِ بْنِ تَمِيمٍ عَنْ عَمِّهِ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ يَسْتَسْقِي قَالَ فَحَوَّلَ إِلَى النَّاسِ ظَهْرَهُ وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ يَدْعُو ثُمَّ حَوَّلَ رِدَاءَهُ ثُمَّ صَلَّى لَنَا رَكْعَتَيْنِ جَهَرَ فِيْهِمَا بِالْقِرَاءَةِ
رواه البخاري ورواه أيضا وأبو داود والنسائي وأحمد
Artinya: “Dari Abbad Ibn Tamim, dari pamannya (yaitu Abdullah Ibn Zaid) yang mengatakan: “Saya melihat Nabi saw pada hari ia keluar minta hujan, beliau membelakangi orang banyak dan menghadap ke Kiblat sambil berdoa, kemudian membalik pakaian atasnya, kemudian shalat mengimami kami dua rakaat, Dengan menyaringkan bacaan dalam keduanya.” [HR. al-Bukhari, dan diriwayatkan juga oleh Abu Daud, an-Nasa’i dan Ahmad].
- Dalil kedua
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ خَرَجَ نَبِيُّ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا يَسْتَسْقِي فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ بِلَا أَذَانٍ وَلَا إِقَامَةٍ ثُمَّ خَطَبَنَا وَدَعَا الله وَحَوَّلَ وَجْهَهُ نَحْوَ الْقِبْلَةِ رَافِعًا يَدَيه ثُمَّ قَلَبَ رِدَاءَهُ فَجَعَلَ الْأَيْمَنَ عَلَى الْأَيْسَرِ وَالْأَيْسَرَ عَلَى الْأَيْمَنِ
رواه ابن ماجه وأحمد
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra (dilaporkan), bahwa dia berkata: Nabi saw pada suatu hari keluar untuk melakukan istisqa’, lalu ia shalat mengimami kami dua rakaat tanpa azan dan tanpa iqamat. Kemudian ia berkhutbah dan berdoa kepada Allah, seraya menghadapkan mukanya ke arah Kiblat, sambil mengangkat kedua tangannya, kemudian memutar jubahnya, sehingga ujung kanannya berada di sebelah kiri dan ujung kirinya berada di sebelah kanan.” [HR. Ibnu Majah dan Ahmad]
- Dalil ketiga
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ شَكَا النَّاسُ إِلَى رَسُولِ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُحُوطَ الْمَطَرِ فَأَمَرَ بِمِنْبَرٍ فَوُضِعَ لَهُ فِي الْمُصَلَّى وَوَعَدَ النَّاسَ يَوْمًا يَخْرُجُونَ فِيهِ قَالَتْ عَائِشَةُ فَخَرَجَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ بَدَا حَاجِبُ الشَّمْسِ فَقَعَدَ عَلَى الْمِنْبَرِ فَكَبَّرَ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَحَمِدَ الله عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ قَالَ إِنَّكُمْ شَكَوْتُمْ جَدْبَ دِيَارِكُمْ وَاسْتِئْخَارَ الْمَطَرِ عَنْ إِبَّانِ زَمَانِهِ عَنْكُمْ وَقَدْ أَمَرَكُمْ الله عَزَّ وَجَلَّ أَنْ تَدْعُوهُ وَوَعَدَكُمْ أَنْ يَسْتَجِيبَ لَكُمْ ثُمَّ قَالَ الْحَمْدُ لِله رَبِّ الْعَالَمِينَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ لَا إِلَهَ إِلَّا الله يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الله لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ لَنَا قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَى حِينٍ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ فَلَمْ يَزَلْ فِي الرَّفْعِ حَتَّى بَدَا بَيَاضُ إِبِطَيْهِ ثُمَّ حَوَّلَ إِلَى النَّاسِ ظَهْرَهُ وَقَلَبَ أَوْ حَوَّلَ رِدَاءَهُ وَهُوَ رَافِعٌ يَدَيْهِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ وَنَزَلَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ
رواه أبو داود
Artinya: “Dari ‘Aisyah ra (dilaporkan bahwa) ia berkata: Orang-orang telah mengeluh kepada Nabi saw tentang terhentinya hujan, lalu beliau menyuruh mengambil mimbar. Maka, orang-orang pun menaruhnya di lapangan tempat shalat, dan beliau menjanjikan hendak mengajak mereka pada suatu hari ke tempat itu. ‘Aisyah melanjutkan: Rasulullah saw lalu berangkat pada waktu telah nyata sinar matahari, lalu ia duduk di atas mimbar, lalu membaca takbir dan memuji Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung, kemudian beliau mengatakan: Kamu telah mengeluhkan kegersangan negerimu dan tertangguhnya hujan dari waktunya. Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kamu supaya bermohon kepada-Nya dan menjanjikan akan memperkenankan permohonanmu itu. Kemudian beliau berdoa: Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang menguasai hari pembalasan. Tiada Tuhan selain Allah, yang melaksanakan apa yang Dia kehendaki. Ya Allah, Engkaulah Allah yang tiada Tuhan selain Engkau, Yang Maha Kaya, sementara kami adalah miskin, turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah apa yang Engkau turunkan itu kekuatan dan bekal bagi kami untuk waktu yang lama. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya dan terus mengangkatnya, sehingga kelihatan ketiaknya yang putih. Kemudian ia membelakangi orang banyak dan membalikkan pakaian atasnya sambil terus mengangkat kedua tangannya, kemudian ia menghadap kembali kepada orang banyak dan turun dari mimbar lalu shalat dua rakaat.” [HR. Abu Daud, No. 1173]
- Dalil keempat
خَرَجَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَبَذِّلًا مُتَوَاضِعًا مُتَضَرِّعًا حَتَّى أَتَى الْمُصَلَّى زَادَ عُثْمَانُ فَرَقَى عَلَى الْمِنْبَرِ ثُمَّ اتَّفَقَا وَلَمْ يَخْطُبْ خُطَبَكُمْ هَذِهِ وَلَكِنْ لَمْ يَزَلْ فِي الدُّعَاءِ وَالتَّضَرُّعِ وَالتَّكْبِيرِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَمَا يُصَلِّي فِي الْعِيدِ
رواه أبو داود والنسائى والترمذي
Artinya: “(Ibnu Abbas menceritakan) Rasulullah saw berjalan dengan pakaian lusuh, dan dengan hati pasrah dan khusyuk hingga sampai ke lapangan tempat shalat -‘Utsman Ibn Abi Syaibah, salah seorang perawi dalam hadits ini menambahkan. “lalu Rasulullah saw naik ke atas mimbar”, kemudian kata-kata ‘Utsman dan an-Nufaili sama lagi- dan beliau tidak berkhutbah seperti khutbah kamu ini, melainkan terus berdoa, khusyuk dan bertakbir, kemudian shalat dua rakaat seperti shalat dua hari raya.” [HR. Abu Daud, an-Nasa’i dan at-Tirmidzi]
- Dalil kelima
حَدَّثَنَا النُّفَيْلِيُّ وَعُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ نَحْوَهُ قَالَا حَدَّثَنَا حَاتِمُ بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ إِسْحَقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كِنَانَةَ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبِي قَالَ أَرْسَلَنِي الْوَلِيدُ بْنُ عُتْبَةَ قَالَ عُثْمَانُ ابْنُ عُقْبَةَ وَكَانَ أَمِيرَ الْمَدِينَةِ إِلَى ابْنِ عَبَّاسٍ أَسْأَلُهُ عَنْ صَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الِاسْتِسْقَاءِ فَقَالَ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَبَذِّلًا مُتَوَاضِعًا مُتَضَرِّعًا حَتَّى أَتَى الْمُصَلَّى زَادَ عُثْمَانُ فَرَقَى عَلَى الْمِنْبَرِ ثُمَّ اتَّفَقَا وَلَمْ يَخْطُبْ خُطَبَكُمْ هَذِهِ وَلَكِنْ لَمْ يَزَلْ فِي الدُّعَاءِ وَالتَّضَرُّعِ وَالتَّكْبِيرِ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَمَا يُصَلِّي فِي الْعِيدِ.
Telah menceritakan kepada kami An Nufaili dan Utsman bin Abu Syaibah semisalnya, keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Hatim bin Ismail, telah berkata kepada kami Hisyam bin Ishak bin Abdullah bin Kinanah dia berkata, telah mengabarkan kepadau ayahku dia berkata, bahwa AlWalid bin Utbah-atau Utsman bin Uqbah- gubernur Madinah mengutus aku untuk menemui Ibnu Abbas untuk menanyakan kepadanya tentang salat istisqa yang dilakukan Rasulullah ﷺ, maka Ibnu Abbas menjawab bahwa Rasulullah ﷺ keluar untuk melaksanakan salat istisqa dalam keadaan lusuh, tawaduk dan khusyuk hingga beliau sampai di tempat salat- Utsman menambahkan- kemudian beliau naik mimbar -dan keduanya sepakat bahwa- beliau tidak khotbah seperti khutbahmu, akan tetapi beliau berdoa dan betul-betul khusyuk dalam berdoa dan beliau bertakbir kemudian beliau salat dua rakaat sebagaimana salat Ied. (Abu Daud, no 1165, Baitul Afkar Ad Dauliah).
- Dalil keenam
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ يَعْنِي ابْنَ بِلَالٍ عَنْ يَحْيَى عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ عَبَّادِ بْنِ تَمِيمٍ أَنَّ عَبْدَ الله بْنَ زَيْدٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى الْمُصَلَّى يَسْتَسْقِي وَأَنَّهُ لَمَّا أَرَادَ أَنْ يَدْعُوَ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ ثُمَّ حَوَّلَ رِدَاءَهُ
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah, telah menceritakan kepada kami Sulaiman yaitu Ibnu Bilal dari Yahya dari Abu Bakr bin Muhammad dari ‘Abbad bin Tamim bahwa Abdullah bin Zaid, telah mengabarkan kepadanya, bahwa Rasulullah ﷺ keluar menuju Mushalla (tempat salat) memohon di turunkannya hujan, dan ketika beliau hendak berdoa, beliau menghadap kiblat sambil mengubah posisi selendangnya.” (Abu Daud, no 1166).
- Dalil ketujuh
حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ الله بْنِ أَبِي بَكْرٍ أَنَّهُ سَمِعَ عَبَّادَ بْنَ تَمِيمٍ يَقُولُ سَمِعْتُ عَبْدَ الله بْنَ زَيْدٍ الْمَازِنِيَّ يَقُولُ خَرَجَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْمُصَلَّى فَاسْتَسْقَى وَحَوَّلَ رِدَاءَهُ حِينَ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ
Telah menceritakan kepada kami Al Qa’nabi dari Malik dari Abdullah bin Abu Bakr bahwa dia mendengar ‘Abbad bin Tamim berkata, saya mendengar Abdullah bin Zaid Al Mazini berkata, “Rasulullah ﷺ keluar menuju mushalla (tempat salat), kemudian beliau (berdoa) memohon di turunkannya hujan, beliau mengubah posisi selendangnya sambil menghadap ke Kiblat.” (Abu Daud, no 1167).
B. Pengertian Istisqa
Merujuk kepada Situs resmi tarjih.or.id/shalat-istisqa/ serta Keputusan Muktamar Tarjih XX di Garut tahun 1976 bahwa Secara harfiah, istisqa’ artinya minta hujan. Sebagai istilah dalam ajaran Islam, istisqa’ dimaksudkan sebagai suatu ibadah tertentu yang berwujud doa-doa atau shalat untuk minta kepada Allah diturunkan hujan pada masa terjadinya kemarau dan musim kering yang panjang.
Dalam Putusan Tarjih (Muktamar Tarjih di Garut, 1976) dituntunkan, bahwa minta hujan itu dapat dilakukan secara perorangan atau berkelompok. Apabila berkelompok, maka diperlukan adanya imam dan dapat dilakukan dengan berdoa bersama saja, dengan dipimpin oleh imam atau dengan melakukan shalat. Apabila minta hujan itu dilakukan dengan berdoa saja, doa itu dapat dilakukan dalam khutbah Jum’at, atau di luar khutbah Jum’at, baik dalam masjid (di atas mimbar) maupun di luar masjid. Dan apabila dilakukan dengan shalat, hal itu dilaksanakan di lapangan, dengan khutbah sesudah shalat. Dan boleh juga khutbah dilakukan sebelum shalat. [Lihat, Putusan Tarjih, Berita Resmi Muhammadiyah, No. 76/1977, hal. 5 (teks Arab) dan hal. 22-23 (terjemahannya)].
Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah mengutip pandangan yang ada di dalam kitab Subulus-Salam, II: 78 terkait cara nabi melakukan Istisqa (Minta hujan). Dalam kitab tersebut dinyatakan, bahwa berdasarkan berbagai hadits, terdapat enam cara Nabi saw melakukan minta hujan.Nabi saw keluar ke lapangan melakukan shalat istisqa’ dengan khutbah.
- Nabi saw berdoa minta hujan dalam khutbah Jum’at.
- Nabi saw berdoa minta hujan di atas mimbar di masjid Madinah di luar hari Jum’at, tanpa shalat.
- Nabi saw minta hujan dengan berdoa, duduk di dalam masjid.
- Nabi saw berdoa minta hujan di Ahjaruz-Zait, dekat az-Zaura’, di luar masjid.
- Nabi saw minta hujan ketika di medan perang.
C. Tata Cara Pelaksanaan Shalat Istisqa
- Persiapan Sebelum Shalat Istisqa
- Jamaah dianjurkan memperbanyak istighfar (memohon ampun kepada allah) dan bersikap tawadlu
- Jamaah dianjurkan mengenakan pakaian sederhana
- Jamaah diharapkan mengenakan syal/selendang/sorban/jubah luar/ atau yang semisalnya
- Jamaah berkumpul dalam tempat terbuka atau di tanah lapang untuk mengerjakan shalat Istisqa secara berjamaah
- Tata Cara Shalat
- Pelaksanaan shalat istisqa berjamaah tanpa di dahului adzan dan iqamah, sebagaimana shalat idul fitri atau idul adha
- Adapun tatacara dalam pelaksanaan shalat Istisqa adalah sama dengan Shalat Idul Fitri atau Idul Adha (yaitu imam membaca dengan Jahr dan disertai takbir zawaid).
- Khutbah Istisqa
Setelah melaksanakan shalat Istisqa berjamaah, Imam berdiri di mimbar untuk memberikan Khutbah Singkat sebagaimana Khutbah dalam Idul fitri atau Idul Adha yaitu satu kali khutbah.
Isi dari Materi Khutbah adalah mengajak jamaah untuk senantiasa memperbanyak istighfar dan tobat kepada Allah atas segala dosa yang telah dilakukan, dan juga sekaligus mengajak para jamaah untuk Memperbanyak amal shaleh.
Saat hendak berdoa, Khatib menghadap ke arah kiblat dengan membelakangi jamaah seraya membalikkan selendangnya dari kiri ke kanan atau kanan ke kiri. Doa yang dibaca adalah Doa permohonan ampun dari Allah sebagaimana Doa dalam khutbah pada umumnya Lalu ditambah dengan doa-doa khusus minta hujan, seperti:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ اللَّهُمَّ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ لَنَا قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَى حِينٍ
اللَّهُمَّ اسْقِ عِبَادَكَ وَبَهَائِمَكَ وَانْشُرْ رَحْمَتَكَ وَأَحْيِ بَلَدَكَ الْمَيِّتَ اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا مَرِيئًا مَرِيعًا نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ عَاجِلًا غَيْرَ آجِلٍ
D. Contoh Muqoddimah