Oleh Heri Iskandar
Sebaik apapun kita pasti ada yang tidak menyukai kita, dan seburuk apapun seseorang pasti ada yang menyukainya.
Jadi pesan untuk kita, yang tidak menyukai kita akan menjadi kisah cerita yang dapat kita kenang bahwa kita sebagai mahluk yang jauh dari kesempurnaan pasti akan ada seseorang yang membenci kita.
Suatu cerita pada zaman Rasulullah ada seorang buta yang tidak dapat melihat langsung Rasulullah karena dia hanya bisa mendengar dari perkataan orang lain dan lewat pendengarannya si buta itu menjelek-jelekan dengan bercerita kepada siapapun yang ia temui, tentang kebenciannya terhadap Rasulullah, dan Rasulullah sendiripun mendengar langsung ketika sibuta itu berkata-kata buruk, dan Rasulullah tiada sedikitpun marah atau risau dengan perkataan si buta.
Tanpa diketahui si buta ternyata orang yang menyayanginya dan memperhatikan serta kadang menyuapi adalah Rasullullah sendiri, tanpa tahu bahwa orang yang sering dijelek jelekannya adalah ternyata yang menyayanginya.
Walhasil ketika Rasulullah wafat si buta kehilangan seseorang yang menyayanginya, dan ketika dia menanyakan siapa orang yang selalu menyuapi dan memperhatikannya ternyata bak disambar petir disiang hari, itu adalah Rasullullah.
Cerita ini menandakan bahwa apapun yang kita perbuat dan sebaik-baik akhlak yang kita miliki tetap saja ada orang yang tidak menyukai kita.
Dan jangan pernah merasa diri kita baik dengan segudang amal dan pekerti setinggi langit, karena kita berbuat baik dan berbudi baik bukan untuk menyenangkan seseorang tapi karena kita adalah mahluk terbaik yang diciptakan sebaik-baik bentuk dan dikarunia Ilham ketakwaan.
So bagi kita yang menjadi orang baik ketika diperlakukan tidak baik karena susuatu hal, tak usah kecil hati dan menjadi takut berbuat baik.
Biasanya orang yang memperlakukan tidak baik itu adalah toxic, artinya ada kalangan orang yang senang ketika kita susah dan susah ketika kita senang, bisa juga dilahirkan lewat perkataan dan juga bisa di tampakan lewat perbuatan, toxic ini lebih banyak merugikan orang lain dan membuat racun sekeliling dengan mempengaruhi dalam ucapan dan perbuatanya, agar dia mendapat pembenaran dan dukungan.
Dalam pewayangan lakon ini disebut sengkuni, kerjaanya hanya merusak dan menjadi toxic alias menebar-nebar kebencian.
Well bagi orang baik teruslah berbuat baik dan jangan mundur selangkahpun, dalam dunia nyata ini adalah kenyataan kadang menjelma di keluarga kita, bisa juga tetangga, teman kerja atau di sekeliling kita dimanapun.
Dan bagi kalangan toxic, timbanglah dahulu angkaramu karena semua ada timbangannya koq, kalau tidak di dunia ini ya nanti menunggu timbangan di akhirat kelak.
Allah lebih sayang kepada orang yang bertaubat dan mengerti kesalahannya daripada hamba yang mulia nan sombong merasa sempurna.
Dan akhirnya kehidupan tetap harus kita jalani, dunia diciptakan untuk tempat tinggal kita dan sebaik-baik manusia adalah yang berguna untuk manusia lainya.