Oleh : Pujiono, S.Si, MM*
Sekolah swasta itu hampir mirip dengan sebuah warung makan. Dimana pelanggan akan menilai rasanya, pelayanan dan harganya. Kok bisa seperti itu? Ada baiknya kita uraikan satu persatu. Rasa akan mempengaruhi pelanggan, dalam hal ini kalau sekolah adalah program yang akan tercermin dari profil output siswa. Kemudian pelayanaan dilihat dari performa guru, bagaimana guru bisa memberikan pelayanan yang selalu senyum, salam dan sapa.
Berikutnya adalah biaya. Warung makan itu kalau rasanya enak dan pelayanan baik, mahal pun akan dibeli masyarakat. Sehingga, bagi orang tua yang menyekolahkan putra-putrinya di sekolah swasta, biaya tidak melulu menjadi pertimbangan utama. Sehingga, mengembangkan sekolah swasta adalah dengan mengutamakan rasa dan pelayanan.
Untuk meningkatkan cita rasa dan pelayanan, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan pengelola sekolah swasta, khususnya di sekolah Muhammadiyah.
Pertama, membuat program yang baik, yang membedakan dengan sekolah lainnya. Seperti merutinkan duha, pembiasaan adab atau target tahfiz. Program ini akan terlihat dari output karakter siswa, baik selama masih bersekolah maupun setelah lulus dan menjadi alumni.
Kedua, semua guru adalah humas. Semua guru harus mengabarkan kebaikan sekolah. Jangan sampai tiada hari tanpa berita berisi prestasi maupun hal-hal positif yang dilakukan di sekolah. Mengabarkan aktivitas sekolah bisa dilakukan dengan beragam media, terlebih saat ini era media sosial memudahkan semua guru menjalankan perannya sebagai humas sekolah.
Ketiga, koordinasi rutin. Dari sini akan muncul ide program dan mengurai masalah yang muncul. Koordinasi tidak melulu berarti rapat atau tatap muka fisik namun bisa juga memanfaatkan teknologi. Rasanya saat ini tidak ada guru yang tidak memiliki gawai atau telepon seluler yang dilengkapi dengan koneksi internet. Koordinasinbisa dilakukan setiap saat, kapan saja dan dimana saja.
Keempat, buat desain pembelajaran yang menarik. Pembelajaran tidak hanya di kelas namun bisa juga di lapangan. Jangan ada yang kosong, semua saling membantu menngisi dan menutupi kekurangan yang lain.
Kelima, menjalin komunikasi dengan paguyuban wali murid. Yang perlu dididik tidak hanya murid, melainkan orang tua juga perlu dipahamkan peran pentingnya dalam pendidikan. Maka keberadaan paguyuban ini penting sebagai sarana komunikasi dan memahamkan orang tua dengan program sekolah. Paguyuban sebaiknya melaksanakan pertemuan minimal 2 kali dalam satu semester, misalnya saat akan PTS atau saat ambil Raport.
Untuk mengaktifkan kegiatan, selain pertemuan rutin, bisa juga dikembangkan program klasikal, seperti pengajian, arisan atau bentuk ikatan lain sesuai kebutuhan.
Keenam, Partisipasi. Semua warga sekolah harus terlibat dan berpartisipasi mewujudkan visi sekolah. Saatnya kita maju bersama, Sekolah sekolah Muhammadiyah!
*Ketua FKKS SD/MI Muhammadiyah Boyolali