Muriamu.id-Purwokerto— Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1443 H, merebak informasi terkait dengan adanya penyakit kuku dan mulut yang menyerang hewan ternak sapi. Bahkan penularannya sangat tinggi ke sesama hewan mencapai 100 persen. Meskipun pemerintah menyatakan agar masyarakat tidak panik, namun berbagai laporan menyebutkan persebaran penyakit mulut dan kuku telah menyebar di berbagai daerah, termasuk yang selama ini dikenal sebgai sentr pemasok hewan kurban.
Tidak bisa dipungkiri masalah ini menimbulkan masalah bagi ketentraman, terlebih masalah psikologis dan politis. Demikian disampaikan oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti di acara halal bi halal yang diadakan oleh Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) pada (13/5).
“Memang kasusnya kecil-kecil tetapi ini penyebarannya bisa sangat cepat karena faktor yang sebagian disebabkan oleh virus dan itu bisa terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan berdampak sangat luas. Dampak psikologis dan dampak politis ini juga perlu diantisipasi,” katanya.
Masalah yang ada ini tidak boleh dipandang sebelah mata atau dianggap remeh, sebab akan berpengaruh terhadap pelaksanaan ibadah kurban yang akan dilaksanakan pada Hari Raya Idul Adha 1443 H yang jatuh pada, Sabtu 9 Juli 2022. Mu’ti berharap masalah ini bisa segera diselesaikan oleh pemerintah.
“Ini (PMK) sesuatu yang tidak sederhana, yang tidak bisa kita pandang sebagai masalah yang bisa kita selesaikan secara sambil lalu karena ini akan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan ibadah kurban terutama kaitannya dengan kesehatan hewan kurban,” ucapnya.
Abdul Mu’ti
Tak Mau Berspekulasi
Kepada jajaran Kementerian Pertanian Mu’ti menghimbau supaya segera melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait agar masalah penyakit kuku dan mulut segera teratasi, dan umat muslim yang sebentar lagi melaksanakan ibadah akan berjalan dengan hikmat.
Di sisi lain, Mu’ti juga khawatir adanya kasus penyakit kuku dan mulut yang menyerang hewan ternak ini jadi bahan permainan oknum importir. Karena sapi lokal dianggap tidak sehat, dan mendekati Hari Raya Idul Adha, masalah ini menjadi legitimasi bagi para importir untuk mengimpor sapi dari luar negeri.
“Tapi saya tidak mau terlalu jauh spekulasi seperti itu. Tapi apa pun, saya kira menjadi tanggung jawab pemerintah dan kita bersama, juga dengan cara kita masing-masing bisa membantu bagaimana persoalan sapi ini bisa segera teratasi,” ucap Mu’ti.
Segera diselesaikannya masalah penyakit kuku dan mulut ini, diharapkan umat Islam bisa melaksanakan ibadah hewan kurban dengan hikmat. “Sehingga umat Islam tetap melaksanakan ibadah kurban dan menyembelih hewan kurban yang sehat sesuai dengan ketentuan dari ajaran agama Islam,” imbuhnya.
Sam Elqudsy/ sumber: muhammadiyah.or.id