Oleh Budi Hastono,
Sejarah merupakan hal-hal yang menyuguhkan fakta secara diakronis, ideografis, unik, dan empiris. (Kuntowijoyo)
Sejarah bagi sebagian orang memang perihal yang sungguh menjemukan, malas di buka bahkan enggan untuk didengarkan. Selain sebagai hal yang menjemukan kita pun enggan mengenali setiap sejarah karena ia berpusat pada masa lalu yang itu sangat-sangat tidak up to date kata para milenialis sekarang.
Namun, ada sebagian kecil orang yang begitu menyenangi dan menggandrungi sejarah, bahkan mungkin hingga mati-matian mendedikasikan hidupnya untuk menemukan hal-hal yang pernah terjadi di masa lalu yang bagi mereka adalah sumbangsih cukup besar dalam khasanah pengetahuan manusia.
Bagi seorang sejarawan yang meneliti sejarah atau para pengagum masa lalu mengetahui kejadian masa lalu adalah pelajaran yang begitu berarti, jika itu peradaban besar maka dapat dijadikan referensi dalam hidup namun jika itu adalah bencana dan keburukan tentunya dapat menjadi bahan antisipasi agar tidak terjadi lagi.
Beberapa peradaban memang begitu mengagumkan sejarahnya bahkan hingga entitas kekeluargaan benar-benar di runut mengenai siapa mereka yang berada sebelum kita, peradaban nama dalam kebudayaan arab contohnya yang menggunakan skema bin dan binti untuk menunjukan ini anak dari siapa dan keturunan dari siapa.
Nico Robbin, Karakter Penggila Sejarah
Pun jika kita penggemar serial one piece dengan tokoh utama Luffy si manusia karet pasti kita mengenal sang sejarawan di Kru bajak lautnya, Nico Robbin seorang bajak laut yang begitu menggilai sejarah masa lalu bahkan kehidupannya ia dedikasikan untuk mencari sejarah masa lalu yang terus berhubungan.
Salah satu kalimat hebatnya ketika dalam pertarungan dan musuhnya saat itu tengah menghancurkan reruntuhan-reruntuhan kuno, Nico Robbin berucap “Betapa berharganya sejarah yang diwariskan nenek moyang kepada kita” dengan tatapan mata tajam ia keluarkan kekuatan buah iblis nya untuk mengalahkan sang musuh. Tokoh paling keren menurut saya dalam serial one piece, karena dedikasi tingginya kepada sejarah dan penghargaan besarnya terhadap warisan masa lalu.
Bagaimana dengan Muhammadiyah?
Menemukan dan menerjemahkan manusia-manusia masa lalu yang berkiprah dan berkhidmat di organisasi khususnya Muhammadiyah ini tentunya mampu memberikan gambaran dan perspektif perkembangan yang terjadi di dalam tubuh organisasi.
Sebagai salah satu mantan aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, saya cukup tercengang ketika melakukan wawancara interview dengan salah satu perintis IMM masa-masa awal, beliau adalah Bapak Syamsu Udayana Nordin (Alm) yang pernah menjabat menjadi Sekretaris Umum DPP IMM periode awal.
Bagi beliau membagi para pendiri dan perintis adalah hal yang perlu untuk menunjukan seberapa besar kiprah masing-masing manusia itu untuk ikatan, dan beliau mengklaim dirinya dengan sebutan Perintis besama 3 orang lainnya yaitu Dr. Syafiq dan ibu Romlah.
Beliau memiliki kesadaran penuh mengenai nilai sejarah yang seharusnya memang memberikan gambaran yang tepat mengenai masing-masing individu semacam yang disampaikan Kuntowijoyo bahwa sejarah hal-hal yang menyuguhkan fakta secara diakronis, ideografis, unik, dan empiris.
Bersifat diakronis karena berhubungan dengan perjalanan waktu, bersifat ideografis karena sejarah menggambarkan, memaparkan, dan menceritakan sesuatu, bersifat unik karena berisi hasil penelitian tentang hal-hal yang unik dan secara khas hanya berlaku pada sesuatu. Bersifat empiris karena sejarah bersandar pada pengalaman manusia yang sungguh-sungguh terjadi.
Jika Kunto begitu dalam menyebutkan bagaimana sejarah itu memiliki empat ciri tersebut kita juga patut melihat Ibnu Khaldun dalam Mukadimahnya menyebutkan bahwa sejarah merupakan catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia dan tentang perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu.
Menemukan M. Diponegoro di Pojok Kanan Atas
Pengalaman mengenai mencari masa lalu merupakan keasyikan yang begitu menciptakan efek bola salju karena jika menemukan satu fakta kita terpacu untuk mencari fakta lain yang saling berhubungan. Ceritanya ketika kami tengah menyanyikan lagu “IMM Berjaya” yang melegenda dan menggema terus jika dinyanyikan, bagaimana tidak lirik “Seribu zaman” adalah lirik keabadian yang harus terus terjaga.
Karena saya begitu menyenangi lirik itu saya melirik ke bagian atas di buku Masta saat teks lagu itu ku baca, terdapat Lirik oleh “M. Diponegoro” sebuah nama yang asing terdengar, pertanyaan berikutnya muncul siapakah dia?
Yang akhirnya dari satu lagu IMM Berjaya saya membeli buku Novel Iblis karya beliau, ada Mari Menulis cerpen, ada siklus, Odah dan cerita lainnya bahkan sampai yang terbaru diterbitkan ulang berjudul zaman perang.
Hal lain yang mencengangkan lagi ternyata Mohammad Diponegoro yang dulunya aktif di Gerakan islam, beliau memiliki teater Muslim yang cukup melegenda di Jogjakarta di era-era 60-80an bahkan nama M. Diponegoro pun disebut ayahanda Syamsu Udaya saat awal-awal menggerakkan kelompok IMM dan teater itu, M. Diponegoro memiliki cukup peran dalam menggaet masa di zaman awal IMM dirintis.
Nama M. Diponegoro disebut sebagai Insinyur cerpen oleh Taufik Ismail dalam pengantar buku “Yuk Menulis cerpen Yuks” karena banyaknya karya yang telah beliau hasilnya. Bahkan nama M. Diponegoro pernah di ulas di Majalah Horison di tahun 1999 yang diulas mendalam oleh Tirto Suwondo dari Balai Bahasa Jawa Tengah yang menyoroti mengenai cerpen, proses kreatif dan riwayat hidupnya.
Pun ketika disela-sela menggenapi pencarian manuskrip lama mengenai tulisan-tulisan ayanda Djazman Al Kindi di Majalah Suara Muhammadiyah nama M. Diponegoro cukup banyak mengisi ruang-ruang cerita pendek di majalah berbahasa Indonesia terlama dan tertua tersebut.
Mungkin kita sering menyanyikan dan menggemakan lagu kabanggaan IMM itu di segala waktu kegiatan formal maupun non formal atau mungkin di sela-sela bermain Gawai di ranjang tidur sebelum menutup mata, atau kita jadikan nada dering panggilan masuk di Gawai canggih kita, tapi kita (termasuk saya) lama tak sadar siapa penulis kalimat-kalimat hebat itu, mungkin dengan kita mengetahui dan memahami karya sang penulis lagu kita jadi terpacu untuk mencari lebih dalam peran-peran hebat pendahulu kita di IMM dalam meletakan konsep-konsep dasar dalam berikatan.
Menemukan Sastrawan Muhammadiyah
Sastrawan ialah mereka yang menggunakan akal budi mereka untuk menciptakan karya sastra yang indah dan mampu menggerakkan manusia untuk bergerak.
Sebagai seorang sastrawan mereka mendedikasikan hidupnya untuk memberikan pelajaran dan pengajaran dari karya-karya mereka. Muhammadiyah sebagai organisasi besar di Indonesia tentunya juga memiliki kader-kader hebat yang menekuni bidang sastra.
Menemukan mereka memungkinkan kita untuk mencari tahu bagaimana konsepsi dakwah islam, ide-ide gagasan islam berkemajuan, bahkan mungkin pula konsep dasar kehidupan terekam dalam karya mereka.
Sastrawan di Muhammadiyah memang tak pernah mendeklarasikan diri mereka sebagai sastrawan Muhammadiyah, namun kiranya Muhammadiyah perlu untuk menemukan sastrawan-sastrawan nya sebagai tangan panjang Muhammadiyah menyampaikan narasi-narasi islam berkemajuan agar lebih dekat dengan masyarakat.
Jika kita tarik ke belakang kita dapat menuliskan nama-nama seperti M. Diponegoro dengan cerpen-cerpennya yang banyak di muat di Majalah SM era 60-70an, novelis kawakan Buya Hamka dengan karya hebatnya, Koentowijoyo dengan konsep Profetisme dan berbagai karya sastranya, Abdul Hadi W M dengan puisi-puisi agamisnya, Taufik Ismail sebagai sastrawan kenamaan pun dapat kita kategorikan sebagai salah satu sastrawan yang pernah ber Muhammadiyah.
Di lingkup yang lebih lokal mungkin kita dapat mengenal seorang Achmad Djuwahir Anom Wijaya dari Banjarnegara yang pernah memacapatkan juz 30 Alquran dalam Sekar Sari Kidung Rahayu yang beliau juga seorang Muhammadiyah di Banjarnegara.
Di waktu sekarang ini mungkin wajah sastra Muhammadiyah dicerminkan Mustofa W. Hasyim dengan cerpen dan puisi nyelenehnya, wajah novelis juga terekam dalam darah Hanum Salsabila Rais, atau penulis Novel sejarah Haedar Musyafa. Nama-nama di atas tentunya jika dikaji lebih dalam memiliki hubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan Muhammadiyah.
Kiranya melakukan langkah awal dengan mengkaji dan mencoba mendalami karya-karya mereka dan mengait-hubungkan dengan konseptualisasi Muhammadiyah memungkinkan kita untuk melakukan klaim bahwa pemikiran-pemikiran Muhammadiyah juga mampu memberi warna dan pengaruh di dunia sastra. Tentunya dengan melakukan kajian mendalam mengenai masa lalu dan karya-karya mereka, sehingga kita percaya diri menanyakan, Genre Sastra Muhammadiyah, mungkinkah?
*Pemerhati Sastra Muhammadiyah