Jangan sampai quotes “Hidup-hidupilah Muhammadiyah…” jadi cap untuk melakukan eksploitasi tenaga kerja. Ini penting, karena semangat pendirian AUM harus diikuti oleh pengelolaan SDM insani yang profesional. Salah satunya mengenai penghidupan pegawainya.
Saya kemudian teringat beberapa tulisan dari orang-orang terdekat Buya Syafii. Menjelang wafatnya, Buya masih sempat berdialog dengan Ayahanda Haedar Nashir menanyakan dan memastikan gaji petugas keamanan (Satpam) di RS PKU Gamping layak dan sesuai. Tidak hanya itu Buya juga “ngopeni” Satpam di perumahannya, termasuk berupaya menjadi solusi atas masalah-masalah finansial mereka. Secara langsung, tanpa ba bi bu.
Ini menjadi sebuah refleksi bersama bagi para pimpinan di ranting, cabang, daerah, wilayah dan pusat untuk memikirkan dengan serius masalah pemenuhan hak dasar ini.
Quotes KH. Ahmad Dahlan “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, Jangan Mencari Hidup di Muhammadiyah” tidak bisa diartikan letterlijk begitu saja. Quotes itu saya yakin tidak dimaksudkan untuk membuat AUM yang menggurita dari Sabang – Merauke dan beberapa negara di luar Indonesia untuk tidak memikirkan profesionalitas para guru juga pegawai lainnya.
Maka semangat pendirian AUM apapun harus juga didasari oleh ghirah perjuangan dan ghirah profesional organisasi. Pengelolaan SDM insani harus memikirkan dengan teliti dan menjawab permasalahan dasar yaitu kelayakan dan keadilan sosial bagi para pegawainya.
Itu semua agar AUM yang bertebaran di muka bumi ini, tidak menjadi ladang baru -kalau boleh saya bilang- eksploitasi tenaga kerja. Kita boleh berbeda pendapat soal ini. Tapi redam amarah sebentar dan kita refleksikan sejenak. Kita juga boleh tengok, komentar-komentar di postingan mas Hendra Hari Wahyudi ini. Mereka saya yakin sudah ikhlas menghidupi Muhammadiyah, sebagimana mereka juga harus berjuang menghidupi keluarga agar bisa melanjutkan roda dakwah persyarikatan bagi anak-anaknya.
Kiranya dan semoga isu-isu tentang penghidupan di AUM khususnya di bidang pendidikan dapat dibahas dan diangkat dalam Muktamar Muhammadiyah di Solo nanti. Termasuk menjadi bahasan penting dan isu strategis oleh Majelis dan Pimpinan yang membidanginya.
Tabik.
München, 14 June 22
*Ilham Akhsanu Ridlo – Pegiat Media Sosial