Muriamu.id, Solo – Sekolah Penggerak Perubahan SD Muhammadiyah 1 Solo menyambut siswa dengan protokol kesehatan secara ketat dan budaya senyum, salam, sapa, sopan, dan santun (5 S) di pintu gerbang sekolah yang saat ini dilengkapi videotron, Senin (1/8/2022).
Kepala Sekolah Sri Sayekti mengatakan penyambutan yang sedang terjadi menjadi budaya jauh sebelum Covid-19 dan tetap memperhatikan protokol kesehatan (prokes).
“Budaya baik ini sempat berhenti saat masa pandemi. Saat ini anak-anak pembelajaran tatap muka 100 persen dan wajib memakai masker,” ujarnya.
Dia memaparkan penyambutan ini dilaksanakan kembali dengan menegakkan prokes dalam pembelajaran tatap muka (PTM) mulai dilakukan.
“Sebelum siswa masuk kami melakukan cek suhu tubuh terlebih dahulu. Memakai masker. Membawa masker cadangan dan hand sanitizer. Mengingatkan anak untuk selalu cuci tangan. Mengingat untuk menjaga jarak. Menunggu di kelas sampai dijemput ‘wali kelas’ memastikan anak-anak tertib menunggu,” bebernya.
Sayekti menjelaskan guru piket yang menyambut siswa harus bermasker. Mereka juga harus menjaga jarak, tidak boleh berdekatan. Mereka mematuhi prokes dengan disiplin.
“Cara bersalaman pun harus diubah. Sebelum pandemi, siswa mencium tangan guru. Kini mereka hanya saling mengatupkan kedua telapak tangan mereka tanpa bersentuhan. Penyemprotan dilaksanakan secara terjadwal. Kantin sehat ramah anak ditata sebaik mungkin,” ujar Sayekti, penuh semangat pagi.
Dia memaparkan manfaat program penyambutan di depan pintu gerbang sekolah sehat berkarakter ini sangat banyak. Dari isi psikologis akan terjalin hubungan batin yang baik antara guru dengan warga sekolah terutama peserta didik.
“Ketika berada di pintu gerbang, siswa sudah disambut dengan senyuman guru dengan penuh keibuan. Tidak hanya sekadar seyuman, tetapi ada ikatan batin antara siswa dan guru sebelum memulai pembelajaran,” jelasnya.
Sayekti mengungkapkan dari sisi kedisiplinan, program penyambutan ini tentu sangat banyak kegunaannya. Guru piket punya kesempatan untuk mengecek kelengkapan atribut dan kerapian seragam siswa.
“Guru piket mengecek rambut, kuku jari, cek atribut, kerudung, sabuk, kaos kaki, hingga sepatu,” katanya.
Kepala sekolah penggerak itu mengatakan kedisiplinan dan ketertiban waktu kedatangan siswa pun bisa berjalan. Dengan program ini, sambungnya, dari sisi kedisiplinan bisa aplikasikan. Siswa akan memiliki tanggung jawab, bagaimana disiplin tersebut ditanamkan ketika akan berangkat sekolah.
“Sebelum berangkat, siswa akan mengecek atribut yang akan dipakai, kerapian rambut, sampai harus datang tepat waktu di sekolah pukul 07.00 WIB, guru maksimal 06.45 karena waktu tersebut ikut kuliah tujuh menit. Terlambat salah satu tindakan korupsi waktu,” tandasnya.
Kontributor: Jatmiko
Redaktur: Sam Elqudsy