Opini

Salman Al-Farisi (Sang Pencari Kebenaran Sejati)

Oleh : Dzanur Roin
Guru SD Muhammadiyah 12 Surabaya (SDM dubes)

Nama Aslinya adalah Mabah bin Budzkhasyan bin Mousilan bin Bahbudzan bin Fairus bin Sahrk Al-Isfahani. Berasal dari desa Ji di Isfahan, Persia. Sebagai seorang persia beliau penganut agama Majusi, penyembah api. Demi mencari kebenaran sejati, ia rela meninggalkan negeri dan tanah kelahiranya.

Sebelum menemukan agama yang sejati yakni agama islam. Salman Al-Farisi sudah kenyang dengan pengalaman relegiusnya, suatu ketika Salman Al-Farisi bertemu dengan penganut agama nasrani yang sedang beribadah di gereja, beliaupun terpikat dan suka dengan cara beribadah kaum nasrani tersebut. Ia pun menjadi penganut agama nasrani tersebut.

Akan tetapi dahaga beliau tentang agama belum terpuaskan, agama yang dianutnya tidak memberikan kenyamanan dan kebahagiaan di hatinya. Kebahagiaan sejati tidak di dapatkan. Segala perkataan sang pendeta tidak sesuai dengan perbuatan dan sikap serta gaya hidup yang di lakukannya. Di satu sisi sang pendeta memerintahkan kepada para pengikutnya untuk bersedekah dan berinfaq serta mendorong mereka untuk mencari pahala.

Namun ketika mereka sudah menyerahkan harta untuk disedekahnya. Mala, sang pendeta menyimpan untuk dirinya sendiri dan tidak memberikannya kepada fakir miskin sedikitpun, justru harta tersebut dipakai sendiri.

Baca juga :  Impian Kembar ke Negeri Sakura

Salman Al-Farisi, seorang pemuda bertubuh kuat yang tinggi jangkung dan berambut lebat rela menjadi budak demi mencari kebenaran yang hakiki. Lika-likunya dalam mencari kebenaran yang hakiki mengharuskannya untuk bertemu dan hidup dengan orang-orang salih yang masih beragama nasrani berkali-kali.

Sampai suatu ketika sang pendeta nasrani tersebut wafat, sebelum wafat orang salih tersebut berwasiat bahwasanya diakhir zaman akan muncul seorang nabi di bumi Arab. Dia diutus untuk membawa agama Ibrahim, kemudian dia berhijrah dari negeri ke negeri yang berpohon kurma di antara dua gunung hitam. Dia mempunyai tanda-tanda sangat jelas. Dia menerima hadiah dan tidak menerima sedekah, diantara pundaknya terdapat tanda kenabian. Begitu sang sholih tersebut berwasiat.

Seiring berjalannya waktu, Salman Al-Farisi pun dapat menemui Rasulullah SAW. Sesuai dengan wasiat orang sholeh tersebut. Nabi akhir zaman itu menerima sedekah tapi tidak mau memakannya, Nabi tersebut menerima hadiah dan mau makan sebagian dari hadiah tersebut sedangkan sebagian yang lain di berikan kepada para sahabat-sahabatnya. Tanda itupun dengan nyata di saksikan oleh Salman al-Farisi, begitu pula dengan tanda yang ada di pundak Rasulullah. Saat itu juga Salman langsung berikrar masuk islam dan menjadi sahabat istimewa Rasullulah.

Baca juga :  Manisnya Iman

Salman Al-Farisi pun menceritakan kisah dan perjalanan hidupnya dalam mencari kebenaran yang sejati sampai mendapatkan hidayah dan berjumpa dengan Rasulullah. Termasuk juga dengan status Salman Al-Farisi yang menjadi budak sehingga tidak bisa bebas dalam mengikuti Rasulullah dan para sahabatnya. Rasulullah dan para sahabatpun tidak tinggal diam dalam membebaskan Salman dari perbudakan. Para sahabat mengumpulkan bibit kurma dan ditanam bersama-sama untuk membebaskannya dari status budak. Salman Al-Farisi sangat senang dan gembira sekali, karena mendapati kenyataan dia diterima jauh melebihi apa yang di cita-citakannya. Pada awalnya hanya ingin bertemu dan berguru tentang agama justru menjadi anugerah pengakuan sebagai muslim di tengah-tengah kaum muhajirin dan kaum anshar yang disatukan sebagai saudara.

Setelah menjadi muslim, kipranya semakin moncer di tengah-tengah para sahabat. Kiprahnya pada saat perang khandak dengan ide dan usulnya yang sangat cemerlang. Ya, saat itu ummat muslim di madinah tertekan dengan serangan gabungan kaum kafir Qurasyi dan beberapa suku yang berjumlah kurang lebih dua puluh empat ribu pasukan yang mengepung kota Madinah. Kaum muslimin menginsafi keadaan mereka yang gawat ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalampun mengumpulkan para sahabatnya untuk bermusyawarah. Dan tentu saja mereka semua setuju untuk bertahan dan mengangkat senjata, tetapi apa yang harus mereka lakukan untuk bertahan. Saat itulah Salman mengungkapkan ide cemerlangnya. Di negerinya persia, Salman Al-Farisi telah mempunyai pengalaman luas tentang teknik dan sarana perang, begitu pun tentang siasat dan liku-likunya. Maka tampillah ia mengajukan usul kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam yaitu suatu rencana yang belum pernah di kenal oleh orang-orang Arab dalam peperangan mereka selama ini, rencana itu berupa penggalian khandaq atau parit perlindungan sepanjang daerah terbuka keliling kota. Dan dengan izin dan pertolongan Allah SWT ummat islam mendapatkan kemenangan gemilang tanpa perlawanan dan kota Madinah terbebas dari kehancuran tangan para kuffar.

Baca juga :  Memaknai Ikhlas dalam Bermuhammadiyah

Dalam sejarah parit yang di gali Rasulullah dan para sahabatnya sepanjang 5544 meter atau 5,5 KM lebih dengan lebar parit 4,62 meter dan mempunyai kedalaman 3,2 Meter. Penggalian parit tersebut membutuhkan waktu selama 10 Hari. Bahkan penjelasan di dalam ensiklopedia islam penggalian parit tersebut hanya memakan waktu 6 hari saja. Mengingat kota madinah yang begitu luas, Rasulullah membagi beberapa kelompok yang tiap kelompok terdiri dari sepuluh orang, dimana tiap kelompok kaum muslimin diharuskan menyelesaikan penggalian parit sepanjang 40 meter.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *