Opini

Refleksi 59 Tahun Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Oleh Muhamad Fathul Huda

Tahun ini Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menginjak usia yang ke-59 tahun. Bukan angka yang kecil dan waktu yang pendek bagi sebuah organisasi gerakan. Banyak lika-liku peradaban yang telah dilalui semasa perjalanannya. Problematika internal yang dari waktu ke waktu selalu berubah-ubah. Realitas peradaban yang kian carut marut menjadi sebuah tantangan sendiri bagi gerak IMM. Berdiri tegaknya IMM hingga kini membuktikan bahwa IMM mampu melewati rintangan itu. Hal ini seharusnya dipahami sebagai penambah semangat kader-kader IMM hari ini. Perlu digaris bawahi juga bahwasannya IMM tidak tergoyahkan oleh realitas peradaban. IMM masih solid dalam menjaga nilai gerakannya hingga kini. Terbukti dengan IMM tidak bisa terpecah-belahkan oleh kondisi apapun.

Tidak ada tujuan lain dalam IMM selain menciptakan sosok akdemisi Islam yang berakhlak mulia, yang kelak akan mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Visi besar ini menjadi dasar dan tentunya harus terealisasikan secara berkelanjutan. Kader ikatan harus memahami tujuan tersebut dan melakukan aksi kongkritnya. Problematika peradaban adalah makanan utama bagi kader IMM. Kader IMM harus peka terhadap persoalan-persoalan kehidupan. Jika persoalan zaman tidak bisa terselesaikan maka akan sulit mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Oleh karena itu, kepekaan kader IMM terhadap problematika keumatan menjadi hal yang fundamental dan urgen.

Menjejaki usia ke-59 ini tentunya ada catatan kritis yang perlu dimunculkan ke permukaan. Milad bukanlah sebuah agenda rutinan yang bersifat perayaan saja. Momentum milad yang hadir tiap tahun adalah waktu yang tepat untuk bermuhasabah. Agenda ini seharusnya menjadi wahana bersilaturahim dengan sejarah. Merefleksikan tiap-tiap perjalanan ikatan sebagai bekal untuk memproyeksikan masa depan. Kader IMM harus mampu memahami realitas perjalanan ikatan supaya nilai gerakan IMM selalu terjaga. Pada momentum milad tahun ini mari kita menyelami beberapa waktu kebelakang. Dimana IMM mengalami fase stagnansi karena adanya pandemi COVID-19. Lalu muncullah pertanyaan apakah IMM masih berkutat pada fase stagnan tersebut atau sudah beranjak dari kejumudan itu. Apabila kita menegok kedepan yang paling dekat adalah euforia pemilu. IMM akan dihadapkan dengan pemilu yang tentunya akan ada kontestasi politik yang biasanya panas. Apakah IMM mampu mereduksi atmosfer yang panas itu atau tidak?

Baca juga :  Jelang Seabad “Cabang Muhammadiyah Kudus”, Siapa Layak Jadi Pimpinan?

Dalam memahami fenomena tersebut hal yang paling utama dibangun adalah kesadaran tiap kader ikatan. Kesadaran bahwa dia seorang kader IMM yang memiliki peran penting untuk menyelesaikan masalah-masalah. Pemahaman mengenai arah dan nilai gerakan IMM perlu diglorifikasikan. Jangan sampai kader ikatan tidak memahami substansial gerakan IMM dan membuat ia kebingungan. Mungkin beberapa hal ini perlu diintepretasi ulang dalam tubuh IMM.

Ikatan Adalah Keluarga

Ikatan dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti yang diikat, cara mengikat, perkumpulan. Bisa diartikan bahwa IMM memiliki visi untuk mengikat kader-kadernya dalam satu rumpun atau visi yang sama. Ikatan bersifat menguatkan dan menyatukan sehingga kader-kader IMM menyatu bukan terpisah. Hal ini juga berkaitan dengan upaya dakwah kebaikan yang selalu diupayakan tiap kadernya. Dibentuknya ikatan tentu diharapkan mampu mengakomodir niat baik dari kader IMM. Ikatan akan memperkuat gerakan dakwah kader IMM hingga memiliki dampak yang besar. Seperti apa yang telah diungkapkan oleh Kuntowijoyo bahwa, kebaikan yang tidak terakomodir akan kalah dengan kejahatan yang terakomodir. Oleh karena itu, ikatan dibentuk untuk menyatukan visi kebaikan dari tiap kader IMM supaya mampu merealisasikan kemajuan peradaban.

Sebagai sebuah ikatan artinya IMM merupakan rumah bersama bagi tiap kader-kader IMM. Ibarat sebuah rumah maka orang di dalamnya adalah sebuah keluarga. Layaknya sebagai seorang keluarga maka, hubungan antar kader seharusnya senantiasa saling. Keharmonisan harus terjaga diantara kader-kader IMM. Mungkin dalam setiap rapat atau diskusi ada perbedaan pendapat yang membuat ketegangan. Namun, pahami bahwa kita adalah sebuah keluarga yang akan selalu saling menjaga keharmonisan di dalamnya. Ketegangan dalam forum-forum adalah suatu kewajaran dalam berdinamika. Akan tetapi, ketegangan dalam forum harusnya selesai ketika forum selesai. Ruh kekeluargaan harus senantiasa menjadi hal utama untuk mereduksi ketegangan itu. Antar anggota keluarga tidak selayaknya menyimpan dendam karena perbedaan pendapat. Konsep ini seharusnya dipahami kader IMM supaya tidak ada perbedaan pendapat yang kemudian berlarut-larut ketegangannya.

Baca juga :  Amplop

Kerja Ikatan Bukanlah Kerja Formalitas Belaka

Ikatan mahasiswa Muhammadiyah adalah gerakan keilmuan yang berorientasi pada kemajuan peradaban. Sebagai gerakan keilmuan seharusnya IMM mampu menerawang lebih jauh persoalan. Analisa yang radikal adalah dasar  IMM untuk melakukan gerakan perubahan. Agenda IMM tidak selayaknya hanya berbentuk agenda formalitas belaka. Apalagi hanya sebatas membuat agenda untuk mencari muka. IMM harusnya menjadi agen penyedia solusi yang menuntaskan persoalan sampai ke akar-akarnya. Suksesnya gerakan IMM bukan diukur dari besarnya agenda yang dibuat tapi seberapa besar manfaatnya. Kader IMM itu menyembuhkan luka bukan cuma meredakan lara. Misalnya masalah kemiskinan, biasanya kader IMM hanya sebatas melakukan bagi nasi satu dua kali. Seharusnya kader IMM jangan terhenti di ranah itu. Mungkin bagi nasi juga merupakan sebuah kebermanfaatan tapi itu hanya meredakan belum menyembuhkan. Hari ini orang-orang diberi nasi tapi besok pagi mereka masih juga kebingungan untuk mencari sesuap nasi. Tidak hanya itu masih banyak agenda formalitas IMM lainnya yang kurang memperhatikan kebermanfaatan.

Pemikiran kader IMM haruslah radikal dalam melihat sesuatu sehingga program yang dikerjakan memang benar-benar mengentaskan. Agenda IMM tidak melulu harus besar dan disoroti oleh banyak orang, karena agenda besar belum tentu mampu menghadirkan solusi peradaban. Akan lebih bermanfaat apabila IMM membuat gerakan kecil tapi istiqomah. Agenda yang benar-benar mengupayakan perubahan daripada sekedar kepopuleran atau pengguguran kewajiban. Kader IMM harus meyakini benar bahwa IMM adalah gerakan keilmuan bukan gerakan politis. Kuntowijoyo mengibaratkan bahwa gerakan keilmuan seperti menanam pohon jati. Dimana dia butuh waktu lama untuk bisa tumbuh tapi pohon jati memiliki nilai yang tinggi. Tidak seperti menanam pohon pisang yang cepat namun nilainya masih kalah dengan pohon jati.

Perang Gagasan Bukan Perang Sentimen

Sebagai gerakan keilmuan maka atmosfer didalamnya adalah perang gagasan-gagasan dari tiap kadernya. Perang gagasan bertujuan untuk mendinamisasikan gerakan IMM supaya lebih baik lagi. Adu gagasan merupakan suatu hal yang seharusnya menjadi agenda rutinan dalam meja diskusi kader-kader IMM. Untuk melakukan dialektika gagasan tentu dibutuhkan bekal yang memadai dan menunjang munculnya solusi baru. Bekal yang paling utama adalah kelapangan dada dan juga literasi yang memadai. Gagasan seorang kader IMM haruslah berdasar kuat dan sistematis. Hal ini bisa diperoleh dari aktivitas literasi yang kuat dan matang. Jangan sampai meja diskusi kader IMM tidak meberikan solusi bagi persoalan zaman dikarenakan gagasan kadernya ugal-ugal.

Baca juga :  Haji "Dulu" dan Haji "Sekarang"

Lebih parah lagi jika meja diskusi kader IMM hanya diisi pembahasan mengenai aib orang lain. Pembahasan yang memberikan stimulan negatif bagi akal kader IMM. Mungkin hal ini ebih renyah untuk dinikmati daripada pembahasan keilmuan yang berat. Namun, stimulan negatif ini hanya akan menimbulkan sentimental pada tiap kader. Hal ini berpotensi untuk menghambat laju perputaran organisasi karena tidak ada produk pemikiran yang progresif. Aktivitas ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang diyakini oleh IMM. Sudah semestinya penyuntikan stimulan negatif tidak tumbuh secara masif dalam tubuh IMM.

Beberapa hal diatas perlu dipahami secara mendasar bagi kader-kader IMM supaya tidak kebingungan melakukan gerakan. Momentum milad ini harus dimaksimalkan untuk merefleksikan ikatan. Kesadaran dalam diri tiap kadernya harus selalu dihidupkan terus-menerus. Kesadaran mengenai IMM adalah keluarga yang harus selalu dijaga keharmonisannya. Pemahaman nilai gerakan supaya tidak kebingungan akan dibawa kemana IMM. Perlu diingat bahwa IMM bukanlah tempat untuk berkompetesi, yang tujuannya adalah melihat siapa yang terbaik dan terburuk. Namun, IMM adalah tempat untuk bersinergi menyalurkan kebermanfaatan. Semangat ta’awwun harus terinternalisasi benar dalam diri tiap kader ikatan. Jangan sampai kader IMM tercerai berai dalam bergerak. Kader IMM harus saling menumbuhkan kesadaran bahwa kita semua ahsani taqwim. Oleh karena itu, jangan sampai kita kembali pada asfala saafilin karena kita tidak berbuat kebaikan.

Abadi perjuangan

Billahi fii sabililhaq Fastabiqul Khirot

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *