Opini

Raja Midas di Era Modern

Oleh :

Gus Zuhron

Dalam mitologi Yunani dikenal banyak nama yang populer, salah satunya adalah Midas. Seorang raja yang kaya raya, kekuasaannya luas, pengaruhnya besar dan sabdanya menjadi hukum yang berlaku di masyarakat. Dengan semua yang dimiliki raja yang satu ini merasa bahwa pusat perhatian dari seluruh rakyatnya adalah dirinya. Mau bertingkah seperti apapun tidak ada yang berani mengkritik apalagi menyalahkan. Mereka yang mengetahui banyak keganjilan dari sang raja memilih diam ketimbang harus menerima konsekwensi yang tidak mengenakkan. Raja menjadi simbol tiga kekuasaan sekaligus, eksekutif, legislatif dan yudikatif. Otoritasnya menjadikan Midas menjadi manusia setengah dewa. Midas pada awalnya adalah manusia demokratis, namun seiring berjalannya waktu berubah menjadi otoriter karena perkataan dan tindakannya selalu dibenarkan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya.

Suatu malam dia bermimpi istananya terbakar, dan mimpi itu tidak hanya berlangsung sekali. Beberapa malam berikutnya sang raja digelisahkan dengan mimpi yang sama istananya terbakar dan seluruh isinya habis tanpa tersisa. Kegelisahan begitu menyelimuti Midas, dia memikirkan tentang apa maksud dari mimpi yang begitu aneh itu. Akhirnya Raja Midas mengumpulkan beberapa paranormal untuk memberikan tafsir terhadap mimpi yang dia alami. Hampir semua paranormal yang diundangnya memaknai mimpi dengan makna yang senada “suatu saat akan datang seorang laki-laki yang meruntuhkan kekuasaan dan kekayaanmu, laki-laki itu lebih hebat dan lebih kaya sehingga enkau bukan lagi yang terhebat di antara rakyatmu”.

Mendengar jawaban itu sang raja meminta saran kepada para dukun yang diundangnya. Salah satu di antara mereka memberikan nasehat agar pergi menepi melakukan tapa berata meminta petunjuk dari para dewa agar kekuasaannya langgeng. Saran itu diikuti oleh Midas, meninggalkan kerajaan selama 40 hari dan bertapa di atas gunung dia lakukan demi mendapatkan pencerahan dari para dewa agar kekuasaannya abadi. Setelah 40 hari bertapa Midas ditemui oleh dewa dan diberikan keleluasaan untuk curhat, panjang lebar Midas bercerita tentang kekhawatiran akan kekuasaannya yang suatu saat dapat berakhir. Akhirnya Midas mengajukan permintaan kepada para dewa agar dia diberi kekuatan yang menjadikan kuasanya tidak tertandingi. Midas meminta agar semua yang disentuhnya bisa berubah menjadi emas, dengan begitu dia tidak perlu khawatir kekayaannya tertandingi oleh siapapun. Permintaan Midas itu dikabulkan dan Midas mempunyai kekuatan yang diinginkan.

Pulang dari bertapa Midas begitu bangga dan gembira, sebab apapun yang disentuhnya berubah menjadi emas, daun, pohon, kursi, botol unimma tirta he..he.. semua berubah jadi emas. Sampai di kerajaan dia pamerkan kekuatan yang dimiliki kepada para ponggawa kerajaan, tiang istana dia sentuh berubah menjadi emas, apapun yang disentuhnya pokoknya berubah menjadi emas. Tetapi Midas mulai cemas saat perutnya lapar dan dia menyentuh makanan, semua yang akan dimakan berubah menjadi emas, ketika istrinya kangen sama Midas dan dipeluknya sang istri seketika berubah menjadi emas.

Midas mulai menyadari jika kuasanya ada yang salah, keinginan untuk menjadi manusia yang tidak tertandingi menjadikannya lupa bahwa hakikatnya dia tetaplah manusia. Dipenghujung kehidupannya Midas menjadi raja yang jatuh dalam kehinaan dan stres menghadapi kehidupan yang harus dijalani, orang-orang terdekatnya menjauh, rakyatnya tidak lagi menghormati dirinya, kekayaanya dan kuasanya tidak lagi mendatangkan faedah.

Ini pelajaran sederhana, siapapun yang tengah berkuasa, pada level apapun jangan sampai terperangkap pada sifat Midas. Merasa paling benar, paling berpengaruh, paling punya kontribusi, paling berperan, hobi mengkritik namun anti kritik, memanfaatkan semua kekuatan untuk kepentingan dirinya sendiri, semua orang harus sama levelnya dengan dirinya, sibuk namun tidak menghasilkan apa-apa, pura-pura pintar namun bodohnya dominan, tidak mampu menghargai dan menghormati orang lain, merasa paling moralis sehingga selalu melihat orang lain buruk, selalu melempar fitnah dan setumpuk sifat keburukan lain yang melekat.

Orang perlu sadar batas kepasitasnya, batas waktunya, batas kemampuannya dan batas ketidaksempurnaanya. Kekuasaan tidak perlu diperebutkan dengan cara-cara yang tidak sehat, apalagi dengan kampanye -kampanye hitam penuh dengan fitnah-fitnah keji. Semua bisa mengalir namun terencana. Cara-cara yang inkonstitusional hanya mendatangkan kemudharatan. Jangan pernah menawarkan diri menjadi seorang pemimpin jika belum selesai dengan dirinya sendiri. Jangan pula pede maju menjadi orang yang di depan jika hobinya masih berternak kebodohan. Urungkan niat untuk menjadi paling atas jika belum mampu memahami perbedaan yang ada di sekitarnya. Saat ini menjadi manusia baik itu tidak cukup, namun harus cerdas, pintar, punya kapasitas dan yang terpenting adalah kemampuan menemukan kebijaksanaan dalam setiap tindakannya. Ketika masyarakat tidak mau menerima namanya, maka sesungguhnya seleksi alam itu sudah selesai. Perlu suatu kesadaran yang utuh, baha jika tidak mampu menggali semua nilai kebaikan itu kita hanya akan jadi Raja Midas di era modern. WASPADALAH

Baca juga :  Kultum Menyentuh Kyai Jam'an

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *