Opini

Rahajeng, Menelisik Pidato Pembukaan Ketua Nasyiah Jawa Tengah yang Bernas tanpa Spasi

Oleh : Budi Hastono, S.Pd

Jawa Tengahkali ini (25-27/8/2023) sedang memiliki gawe besar, bagaimana tidak, pada hari yang sama tiga ortom tingkat Jawa Tengahmelakukan Musyawarah bersama, Ayunda Nasyiah di Asrama Haji Donohudan Boyolali, Kakanda Pemuda Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Semarang, serta Hizbul Wathan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Hajat musyawarah tertinggi tingkat wilayah yang memang harus dirayakan dengan gembira, pun dengan banyaknya kiriman potret karangan bunga yang cukup membuat kita tersenyum simpul baik dari Persik (Persatuan Istri Kokam), dan balasan dari ISNA (Ikatan Suami Nasyiah) yang memberikan pesan-pesan kekeluargaan yang harmonis, kalau kata orang, “Begitu menggemaskan bukan.”

Kita pasti mengenal dengan berbagai macam petikan pidato dari orang-orang hebat yang mampu menggerakan dunia. Kita pernah mendengar bagaimana terkenalnya pidato Bung Tomo, “Kita tunjukkan bahwa kita adalah benar-benar orang yang ingin merdeka. Dan untuk kita saudara-saudara, lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap merdeka atau mati.”  Yang menggerakan masyarakat Surabaya saat itu untuk berani dan bergerak tanra ragu. Kemampun hebat para pemimpin salah satunya adalah kemampuan mereka dalam menyampaikan ide dan gagasan mereka dalam bentuk pidato yang kita juga sering mengenalnya dengan kemampuan public speaking. Karakteristik public speaking adalah bersifat formal, selalu direncanakan, selalu digunakan untuk menyampaikan ide tertentu yang dimiliki oleh pembicara, dan terdapat audiens tertentu yang menjadi sasaran dari komunikasi yang dilakukan. Public speaking memiliki fungsi-fungsi komunikasi tertentu yang bisa jadi berbeda dengan komunikasi yang lain.

Perhelatan musyawarah tingkat wilayah memang selain menjadi ajang pergantian kepemimpinan, di dalam pertemuan tersebut juga tentunya di bahas arah gerak organisasi untuk periode berikutnya. Pun, dengan prosesi pembukaan yang seringkali memiliki daya pikat tersendiri. Jika kita mencermati bagaimana sambutan yang diutarakan oleh ketua Nasyiah Jawa Tengah, Ayunda Siti Zuhriyah yang saya akses melalui kanal Youtube yang tersebar luas di grup-grup WhatApps yang berafiliasi dengan Muhammadiyah atau pada Status WhatApps Ayunda Nayiah yang tersimpan di nomor WA Saya. Kita setidaknya mampu membaca dan mengerti bagaimana gerakan Nasyiah di Jawa Tengah selama ini bergerak dan akan kemana gerakan Nasyiah Jawa Tengah di periode yang akan datang. Kemampuan mengkomunikasikan gagasan benar-benar dimaksimalkan dengan baik oleh Ayunda Zuhriyah kepada 844 peserta Musywill yang hadir di aula besar Asrama Haji Donohudan Boyolali.

Baca juga :  Muktamar dan Arah Baru Gerakan Dakwah

Eksistensi Gerakan Nasyiah Jawa Tengah

Pada awal sambutan selepas melakukan Lip service dengan menyapa banyak tamu-tamu undangan penting, beliau mengawali dengan bagaimana bersyukurnya selepas 7 tahun menjabat sebagai ketua Nasyiah selepas adanya perpanjangan periode kepemimpinan efek dari Pandemi Covid-19 yang sama-sama mengubah banyak hal terutama dalam periodesasi keorganisasi. Beliau menyatakan bahwa dalam kurun tujuh tahun tersebut Nasyiah Jawa Tengah tetap mencoba melakukan eksistensinya dengan melakukan gerakan di setiap level pimpinan, melakukan peningkatan kapasitas kader di setiap level pimpinan serta senantiasa melakukan advokasi gerakan berdasarkan nilai-nilai profetik.

Pidato sambutan tersebut juga memberi satu sinyalemen bahwa Nasyiah Jawa Tengah mencoba menerjemahkan Tanfidz Muktamar kke 14 yang mana, “Nasyiah Jawa Tengah akan menggiatkan gerakan dahwah dan advokasi yang responsif terhadap keadilan sosial melalui kristalisasi nilai profetik serta pembentukan karakter kader berwawasan global menuju internasionalisasi NA”  selain cita-cita ikut serta dalam proses internasionalisasi Nasyiah, Jawa Tengah sepertinya dengan kekuatan 35 kabupaten kota memiliki bonus sumber daya manusia yang melimpah sehingga memiliki potensi yang sangat besar untuk ikut menjadi tokoh utama dalam proses internasionalisasi baik secara gerakan maupun secara kapasitas personal dari kader Nasyiah yang dilanjutkan beliau Ayunda Siti Zuhriya bahwa, “Pada periode muktamar berikutnya kita harus bersiap pada diaspora kader dan menjelang 1 abad kita harus siap dengan eksistensi kepemimpinan perempuan dan NA harus berada dan berperan aktif bukan hanya sebagai penonton namun juga sebagai pelaku.”

Baca juga :  Strategi Mengembangkan Sekolah Swasta

RAHAJENG dan tagline baru Nasyiah Jawa Tengah

Nasyiah sebagai organisasi otonom muda putri sepertinya sangat suka bermain dengan kata-kata dan istilah untuk memberikan nama yang unik, menarik pada gerakan-gerakan yang mereka coba buat, dan banyak kita temua kebanyakan nama tersebut berupa akronim. Di sambutan tersebut sepertinya memang sudah tertata dengan baik, bagaimana sambutan tersebut juga dijadikan sebagai launching gerakan RAHAJENG, yang dalam sambutan tersebut merupakan akronim yang sekaligus memiliki makna sendiri.

Rahajeng dalam bahasa jawa dimaknai sebagai “Baik atau Selamat” walau kata yang semakna dan sering kita dengan adalah kata “Rahayu”. Rahajeng yang bermakna baik ternyata di kulik oleh para Ayunda Nasyiah ini menjadi Ra yang mewakili kata Ramah, Ha bermakna Harmonis, Je yang bermakna Jejaring, dan Ng yaitu Ngayomi. Keempat kata tersebut yaitu, Ramah, Harmonis, Jejaring dan Ngayomi menjadi tagline baru gerakan Nasyiah Jawa Tengahdi periode yang akan datang.          Nasyiah Jawa Tengah dalam penuturan Ayunda Siti Zuhriyah harus bersikap Ramah, terutama ramah kepada isu-isu keperempuanan, isu anak, dan isu lingkungan. Tiga isu utama yang sampai saat ini jelas masih memiliki banyak masalah baik di Jawa Tengahmaupun di Indonesia pada umumnya. Harmonis, sebagai kader muda Muhammadiyah Nasyiah memiliki konsentrasi begitu luas terhadap isu keluarga, sehingga Harmonis dalam khasanah gerakan Nasyiah Jateng adalah Harmonis terhadap keluarga, Masyarakat. Isu Stunting yang sering digerakan oleh ‘Aisyiyah juga menjadi salah satu konsentrasi gerakan Nasyiah.

Baca juga :  Sudut Tak Terliput: Heroisme Relawan Muktamar 48

Jejaring,  Nasyiah sebagai gerakan juga harus dijadikan sebagai salah satu hal penting, karena dengan berjejaring kita akan mendapatkan banyak insight baru baik sebagai personal maupun sebagai gerakan yang tentunya jejaring tersebut dibuat dan disesuaikan dengan visi misi Nasyiah sehingga diharapkan terbentuk kerjasama dan sinkronisasi yang saling menguntungkan. Ngayomi, kata Ngayomi lebih merupakan penekanan bahwa Nasyiah memiliki gerakan yang tidak pernah selesai yaitu Mengadvokasi, terutama tetang komitmen gerakan, dan responsif terhadap lingkungan sekitar.

Sebagai pendengar saya merasa tertegun bagaimana sambutan ketua Nasyiah Jawa Tengahpada pembukaan Musywil Nasyiah Jawa Tengahkali ini begitu pada berisi tanpa spasi. Sambutan yang disiapkan dengan matang yang mampu memberikan warna serta gagasan-gagasan pengantar bagaimana Nasyiah Jawa Tengah ke depan akan begerak, serta semakin paham bahwa gerakan Nasyiah tidak akan habis dan gagasa besar serta kemampuan literasi tinggi yang bukan sekedar mampu menyampaikan ide dan gagasan namun juga terimplementasi dengan baik dari tingkat kepemimpinan terbawah hingga tertinggi. Selamat Bermusyawarah Ayunda Nasyiatul ‘Aisyiyah Jawa Tengah “RAHAJENG”.

*Apakah menarik pula mengulas pidato sambutan ketua umum Pemuda Muhammadiyah Jawa Tentang pada pembukaan musyawarah wilayah Pemuda Muhammdiyah di sisi yang lain, tapi saya lebih tertarik kepada sambutan ketua PP Pemuda untuk dapat di traskripsi?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *