Oleh: Riza A. Novanto
Tak bisa dipungkiri lagi bahwa Muhammdiyah merupakan salah satu organisasi IsIam besar di Indonesia. Maka langkah gerak Muhammadiyah harus bisa membawa arus perubahan yang nyata, apalagi di tingkatan Daerah dan Cabang. Tentang menjadi barometer keberhasilan dakwah pencerahan yang telah digagas oleh pendirinya KH. Ahmad Dahlan.
Dalam kurun waktu 1 dekade terakhir Muhammadiyah terus membawa dakwah nyata dalam bentuk Amal Usaha yang terus berkembang. Hal ini tentu harus dijaga dan dirawat dengan baik agar keberlangsungan Muhammadiyah semakin dirasakan oleh masyarakat luas, tentu bukan hanya berorientasi pada profit apalagi hanya berfokus pada “fulus” Tanpa memikirkan generasi penerus melalui Organisasi Otonom nya.
Maka sudah sepaputnya dalam Musyawarah tertinggi di tiap tingkatkan tentu harus selalu mengedepankan maslahat bersama sebab dalam ber-Muhammadiyah bersifat kolektif kolegial. Dalam Musyda dan Musycab misalnya, sebagai Barometer gerakan dakwah arus bawah tentu harus memiliki pimpinan yang mampu membawa arus yang lebih baik, baik dari sisi kepemimpinan, managemen organisasi, maupun dari sisi kepedulian kepada regenerasi berikutnya.
Untuk mempertahankan eksistensinya, Muhammadiyah dalam proses memilih pemimpin tentu mampu menjaring dan mengakomodir kader-kader terbaik sebagai regenerasi, dan tidak berkutat pada orang “itu-itu saja”.
Hal tersebut tentu bertujuan agar Muhammadiyah dalam gerakan lebih bervariasi dan produktif. Sebab ada kalanya seorang kader merasakan “jenuh dan bosan” jika stagnan “itu-itu saja”. Semangat berjuang di Muhammadiyah perlu dorongan dan motivasi serta energi baru untuk meminimalisir “kejenuhan” dalam kepemimpinan di tubuh Persyarikatan.
Semoga Muhammdiyah ditingkatkan bawah semakin terbuka dan membuka diri untuk membuka kesempatan kepada orang-orang “baru” untuk energi baru dan semangat gerak baru, tentu semata-mata untuk eksistensi Muhammadiyah ditingkatkan bawah. Semoga!