Heri Iskandar*
Semua frontliner waktu itu diundang masuk di sesi meeting, semua berkumpul dilantai atas di ruang meeting yang cukup menampung sekitar 30 an orang, oleh BM atau Branch Manager semuanya duduk mengitari meja oval, untuk membahas startegi penjualan dan target di bulan itu.
Diwaktu sesi awal BM menanyakan ke semua yang hadir, “Wahai teman sekalian yang hadir, tahukah kalian sukses itu kata apa?”,
Kata kerja bu, kata benda, ada yang mengatakan kata keterangan, dan ada yang jawab juga kata yang istimewa bu, terdengar sambil bercanda.
Ayo buka dan belajar lagi, sebelum kalian mengetahui dan sering mendengar kata itu, jawab BM dengan nada menekan.
Sukses itu menurut kategorinya adalah kata sifat, atau adjektiva, makna dari kata itu adalah keberhasilan atau keberuntungan, lihat di kamus besar bahasa Indonesia katanya.
Setelah yang hadir terdiam kemudian BM melanjutkan lagi dengan pertanyaan “Siapa yang mau permen ini?” sembari berdiri dan mengangkat permen di dalam kaleng bermerk FOX, permen berkilau yang semuanya tahu itu adalah permen kecil yang istimewa, hampir semuanya menjawab serempak ‘saya bu’.
Semuanya yang hadir masih terduduk di masing-masing kursinya, hingga ada salah satu yang berdiri kemudian mendatangi BM untuk meminta permen itu.
Ternyata itu adalah trik cerdas BM untuk mengajari yang hadir disitu agar bisa mengerti dan memahami kata ‘sukses’.
Sambil memberikan permen itu, yang berani maju kedepan tadi tidak hanya mendapat permen saja, tapi ternyata didalam kaleng itu juga terselip uang 50 ribu, “ini untuk kamu uangnya, dan permennya bagi untuk semunya’.
Kemudian dilanjutkan, “inilah contoh sukses, bahwasanya semua orang pasti menginginkanya dan ingin mendapatkannya, tapi jarang sekali ada yang berusaha sekuat tenaga dan pikirannya untuk memperjuangkannya, orang sukses itu perlu perjuangan, pengabdian dan pengorbanan”, katanya.
Pagi itu semua mendapat pencerahan dari satu contoh kecil suatu perumpamaan.
Pagi itu saya jadi berandai andai, yang ditawarkan adalah permen didalam kaleng, yang tertutup dan tidak terlihat, yang ternyata di dalam kaleng tersebut ada uangnya juga, kalau andaikan saja yang ditawarkan adalah segepok uang pastilah semua berdiri dan mengeroyok sambil berebut.
Itulah pikiranku, manusia yang masih melihat keindahan dan kenikmatan hanyalah dari sisi materi.
Bukankah juga kita seperti itu?
Setinggi apapun jabatan kita, seberapa banyak harta kita, secerdas apa otak kita, sehebat apa diri kita, itulah manusia yang masih memiliki nafsu untuk menguasai dan merajai semuanya.
Sukses adalah sebuah proses dan endingnya adalah kemana semuanya akan kembali.
Bila sukses itu terakhirnya membawa kebahagiaan dunia akhirat maka kesuksesan itu ada di jalan-Nya, tapi bila sukses itu berakhir nestapa maka itu adalah fatamorgana, silau nan tak berguna.
Hanya ada 2 pilihan untuk memenangkan kehidupan; keberanian atau keikhlasan,
Apabila kita tidak berani mengubah kehidupan kita, maka ikhlaslah dengan menerima keadaan, dan apabila kita tidak ikhlas menerima keadaan maka beranilah untuk mengubahnya.
Petikan kata ini mengandung arti yang luwes dan luas sekali, kita yang diberikan anugerah sempurna dalam kehidupan maka sepatutnyalah kehidupan itu kita perjuangkan demi kesuksesan, tapi bila kita tidak sadar bahwa kita diberi label oleh Sang Pencipta kita sebagai mahluk yang sempurna dan sebaik-baik bentuk maka hiduplah sesukamu, memilih jalan kesuksesan ataukah jalan fatamorgana.
Sehari lima kali kita mendengarkan lantunan adzan, di salah satu lafadnya berbunyi “Hayya ‘alal Falah” artinya adalah Marilah menuju keberuntungan atau kesuksesan.
Bila kita ingin kesuksesan itu adalah kebahagian dunia dan akhirat, maka jangan hanya ucapan di lisan saja, bila ingin menggapainya, tapi perjuangkanlah dengan langkah nyata, datanglah berkumpul dibarisan jamaah sholat, berikan perhatikan kepada kaum dhuafa, berbuat baiklah dengan sesama, tolong menolonglah, berjuanglah dengan hartamu dan tenagamu, karena semua akan tercatat dan tak kan tertukar.
Allah SWT, memberikan balasan siapa saja yang berbuat baik dan mengganjar pula untuk setiap keburukan dari apa yang kita perbuat.
Kehidupan dunia ini hanya jembatan kita untuk beramal, dan kehidupan kekal itu adalah kehidupan setelah kematian kita,
Hidup adalah pilihan, dijalan manakah kita akan menuju, dan dibarisan manakah kita berdiri, tetap semangat dan jangan lelah mencari ridho dijalan-Nya.
Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya yang selalu berbuat kebaikan.
*Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Bae Kudus