Oleh Syahirul Alem – Pustakawan SMP Muhammadiyah 1 Kudus
Musim Penghujan tiba, tumpukan sampah basah adalah pemandangan yang sudah biasa saat musim penghujan. Namun bukan itu yang urgent untuk dipikirkan tapi fenomena limbah sampah rumah tangga yang kian membesar bahkan sampai menggunung penuh tumpukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Banyak tumpukan sampah yang sulit terurai terutama yang berbahan plastik. Selain berbagai program daur ulang yang terus digalakkan untuk mengurangi problem sampah yang kian akut. Butuh kesadaran juga untuk mencegah makin bertambahnya limbah sampah di tempat pembuangan akhir. Di Pagi hari becak-becak sampah membawa tumpukan sampah rumah tangga yang sangat memberatkan termasuk juga truk-truk sampah yang mengangkut dari depo tempat sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA). Namun gerakan penyadaran tersebut hanya sebatas untuk menangani problem lingkungan sebagai akibat limbah sampah. Oleh karena itu, perlu adanya akselerasi betapa penting menjadikan limbah sampah tersebut sebagai literasi dalam meningkatkan kesejateraan hidup yaitu sebagai penggerak roda ekonomi.
Guna menyadarkan warga masyarakat akan manfaat limbah sampah, sudah saatnya limbah sampah lebih ditekankan sebagai bagian dari literasi dalam berekonomi. Perlu diketahui limbah sampah terbesar berasal dari perilaku Ekonomi konsumtif. Saat ini ekonomi konsumtif yang bertitik tolak pada daya beli masyarakat telah menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional. Semakin kuatnya daya beli masyarakat menandakan makin dominannya sektor ekonomi konsumtif dalam memperkokoh pondasi ekonomi nasional.
Makin maraknya para penjual makanan minuman menambah problem limbah sampah dan Persoalan lainnya yang sejenis yaitu pada kenaikan limbah bungkus makanan minuman tersebut. Perlu ada insentif sebagai motivasi, mengapa masyarakat perlu juga ambil bagian secara aktif untuk mencegah makin menumpuknya sampah-sampah harian. Mengapa sampah-sampah tersebut perlu di runut dalam perspektif ekonomi. limbah sampah harus menjadi bagian dari perilaku ekonomi yang tentunya harus selaras untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomi seperti daur ulang sampah menjadi berbagai produk hiasan dan barang-barang lainnya yang bernilai guna.
Kenyataanya sampai saat ini belum mampu mengerakkan mindset masyarakat untuk mendaya gunakan limbah sampah tersebut. Pada masyarakat tertentu mungkin gerakan ekonomi sudah terwujud namun melihat besarnya angka pengangguran yang masih mengandalkan lowongan pekerjaan formal, bisa disimpulkan masih minim pengaruhnya, apalagi fenomena limbah sampah selalu ada dimana-mana. Bank sampah yang juga berdiri di berbagi pusat kegiatan masyarakat adalah bagian dari sebuah kesadaran untuk menata limbah-limbah tersebut supaya lebih berdaya guna. Namun mendirikan pusat-pusat bank sampah bukan masalah sepele butuh ketekunan manajemen dan kendala sumber daya manusia.
Sampah-sampah yang menumpuk bukan hanya kerjanya para pemulung untuk mencari manfaat ekonomi saja. Dibutuhkan kerja-kerja sistemik yaitu bagaimana memanfaatkan sumber daya yang berlimpah seperti sampah tersebut sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, bukan sebatas melalui gerakan ekonomi sirkuler saja tapi juga pendayagunaan dalam konteks ekonomi kreatif. Karena kedepannya ekonomi kreatif adalah pilar utama, di saat sumber daya alam makin menipis.
Memang butuh investasi yang besar untuk menggerakan ekonomi kreatif secara industrial. Bila dilakukan gerakan penyadaran secara massif dampaknya minat masyarakat akan makin besar sehingga ujung-ujungnya akan melahirkan pengusaha-pengusaha yang berkecimpung pada limbah sampah. Gerakan eduktif perlu diasah secara kontinyu dengan menjadikan limbah sampah bukan semata-mata sebagai literasi lingkungan. Namun juga sebagai literasi ekonomi kreatif, sehingga daya guna limbah sampah bisa dioptimalkan secara efektif sebagaimana prinsip-prinsip ekonomi.
Untuk mengenalkan limbah sampah melalui program literasi, bisa di mulai sejak dini karena selama ini kurangnya inisiatif dalam wawasan berliterasi. Kebanyakan literasi tentang limbah sampah tersebut hanya sebatas untuk mendukung gerakan lingkungan yang harmoni seperti membuang sampah di sembarang tempat yang berakibat banjir dan sebagaianya. Mengingat besarnya manfaat secara ekonomi maka sudah saatnya sampah ini didorong menjadi isu ekonomi kreatif sebagai pilar gerakan ekonomi nasional. Berbagai inovasi bisa di buat dari sampah rumah tangga tinggal manusiannya yang mau dan peduli untuk mengumpulkan limbah sampah tersebut.
Memasuki era industry 4.0, Penting untuk mendorong terciptanya aplikasi kecerdasan buatan untuk membantu pengembangan teknologi pengolahan limbah sampah sehingga penanganan limbah sampah bisa cepat tertangani dan termanfaatkan secara ekonomis. Teknologi kecerdasan buatan tentang pemanfaatan limbah sampah ini juga bagian dari literasi smart teknologi. Dalam aplikasi ini bisa diberikan contoh produk daur ulang beserta bahan-bahan dari limbah sampah tersebut. Dengan demikian pemanfaatan limbah sampah dengan menggunakan aplikasi kecerdasan buatan ini bisa di konsep secara ekonomi kreatif. Kedepannya aplikasi kecerdasan buatan bisa dibuat secara massif sehingga bisa dimanfaaatkan oleh para keluarga untuk memanfaatkan sampah-sampah menjadi produk yang bernilai ekonomi yang layak untuk di jual di pasaran domestik maupun global.
Limbah plastik kemasan makanan dan minuman merupakan tantangan tersendiri bagi lingkungan karena limbah tersebut sulit untuk terurai. Saat ini sudah ada ikhtiar untuk mengganti plastik seperti yang dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan atau swalayan. Namun kurang begitu efektif karena di saat yang sama pilihan belanja mengalami perubahan drastis salah satunya adalah belanja online. Kemasan paket pada belanja online juga terdapat plastik pembungkus. Makanan dan minuman cepat saji saat ini digandrungi masyarakat di samping para pedagang makanan minuman kecil-kecil juga ikut membungkus makanan dengan bahan dari plastik. Akibatnya sampah-sampah pembuangan rumah tangga jadi penuh dan biasanya para tukang sampah lebih memprioritaskan sampah-sampah anorganik sedangkan sampah organik seperti dedaunan ataupun rumput liar tidak bisa dibuang di tempat pembuangan sampah.
Solusi permanaen yang bisa dilakukan adalah menggugah kesadaran akan menumpuknya limbah sampah terutama sampah anorganik dengan mengedukasi diri maupun juga kepada berbagai kelompok sasaran di masyarakat karena penting sekali menjadikan limbah sampah sebagai bagian dari literasi ekonomi konsumtif, salah satu contohnya yaitu dengan menyalurkan melalui Bank Sampah. Memang agak repot namun manfaatnya sangat besar terutama untuk menjaga keseimbangan lingkungan.
Dengan semakin kuat kesadaran akan akibat dan manfaat limbah sampah maka akan terwujud berbagai industri hasil limbah sampah tersebut untuk memajukan sektor ekonomi rumah tangga sehingga setiap rupiah yang dikeluarkan akan dikembalikan dalam bentuk uang pula. Maka ruang ekonomi akan makin tumbuh dan mengakar pada kalangan ekonomi rumah tangga dengan berbagai produk yang dihasilkan. Dengan cerdas berliterasi dalam memanfaatkan limbah sampah maka akan makin membuka wawasan sehingga akan menggerakkan tangan terampil dan jiwa ekonomi umtuk mengambil manfaat secara ekonomi. Apalagi produk daur ulang selain produknya yang bernilai ekonomi juga bahan bakunya yang mudah di dapat di sekitar lingkungan kita. Sehingga rantai pasokan atau supply chain management tidak berpengaruh terhadap angka inflasi maupun juga pajak pertambahan nilai (PPN). Jadi terdapat manfaat secara mikro yaitu geliat ekonomi rumah tangga dengan memanfaatkan daur ulang sampah maupun secara makro yaitu rantai supply chain management yang pendek dan sederhana sehingga secara ekonomi sangat menguntungkan.
Inilah peluang untuk membangkitkan partisipasi ekonomi rumah tangga. Dari sinilah literasi ekonomi konsumtif berupa limbah sampah bisa dijadikan tumpuan untuk meningkatkan manfaat ekonomi. Ujung-ujungnya mampu mendongkrak pangsa pasar ekonomi kreatif di Indonesia yang memang dirintis menjadi ekonomi masa depan di negeri ini. Manfaat yang lain adalah pengangguran yang makin meningkat di saat angkatan kerja yang makin meningkat tiap tahunnya. Dengan makin dikembangkan limbah sampah yang menjadi barang yang bernilai guna. Partisipasi dunia kerja akan makin konsisten dengan pengembangan kepribadian yang konsisten dengan fokus pada dunia enterpreneuer sehingga perputaran tenaga kerja akan terkikis, karena selama ini cenderung dimanfaatkan para capital yang ingin mendapatkan manfaat dari para fresh graduate.
literasi tentang manfaat limbah sampah yang dikaitkan dengan pola ekonomi yang berawal dari pola ekonomi konsumtif kemudian berujung pada peningkatan ekonomi kreatif. Merupakan bangunan ekonomi yang dinamis untuk meningkatan pendapatan riil masyarakat. Termasuk income pemerintah melalui berbagai pameran industri kreatif di dalam maupun di luar negeri yang sekaligus akan memberikan manfaat devisa negara dan juga untuk menggerakkan sektor pariwisata. Melalui manfaat kerajinan tangan sebagai perhatian para turis selain makanan khas daerah setempat, maka tiada salahnya jika literasi limbah sampah menjadi fokus bacaan bagi dunia pustaka yang membidangi berbagai kegiatan literasi.