Oleh : Muhammad Rafli Eriyanto
Mahasiswa Teknik Informatika Politeknik Harapan Bersama Tegal
Di era modern seperti saat ini, menggunakan smartphone dan media sosial sudah menjadi rutinitas semua kalangan setiap harinya. Saat ini, media sosial sangat mempengaruhi kehidupan seseorang dan sudah menjadi kebutuhan serta bagian dari gaya hidup manusia termasuk pada bagaimana manusia berinteraksi dengan orang lain (Allen, 2019). Media sosial dapat digunakan oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia pun bisa dengan mudah mengakses jejaring sosial tersebut. Survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2022 untuk melihat profil pengguna internet di sepanjang tahun 2021-2022, memberikan gambaran bahwa remaja merupakan pengguna internet tertinggi di Indonesia atau setara dengan 75,50% dari populasi di Indonesia.
Dalam menggunakan media sosial, remaja cenderung rentan terpengaruh dan terkadang belum mampu memilah aktivitas yang dilakukannya di dunia maya karena emosi remaja masih belum stabil dan kerap disebut dengan remaja labil. Media sosial telah menjadi bagian penting dari kehidupan remaja saat ini. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari di platform seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan Snapchat. Namun, pertanyaan muncul tentang dampak media sosial terhadap kesehatan mental mereka. Pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental remaja, serta memberikan pemahaman yang lebih baik tentang fenomena ini. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh David (2022), menyatakan bahwa terdapat hubungan mengenai penggunaan media sosial dengan indikator kesehatan fisik. Hal ini ditunjukan dengan adanya korelasi dengan tingkat CRP yang lebih tinggi (biomarker peradangan kronis) yang dikaitkan dengan penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskular dan kanker. Selain itu, penggunaan media sosial yang berlebihan dalam waktu yang lama juga dapat menimbulkan gejala somatik yang lebih sering seperti sakit kepala, nyeri dada, atau punggung. (Lee et al., 2022).
Media sosial memang sangat memudahkan segalanya, dirancang sedemikian rupa untuk menarik penggunanya agar membuka akun media sosial secara terus menerus, hingga tak sadar jika media sosial juga memiliki efek buruk pada penggunanya. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Twenge, Spitzberg, & Campbell, 2019) menemukan bahwa remaja yang menggunakan media sosial memiliki kerentanan lebih tinggi untuk mengalami perasaan kesepian (loneliness). Hal ini disebabkan karena interaksi yang dilakukan oleh remaja melalui media sosial meminimalisir interaksi mereka secara nyata. Tidak hanya perasaan kesepian, penggunaan media sosial yang berlebihan juga dapat menyebabkan dampak negatif pada remaja seperti gangguan emosi, kesehatan mental dan lainnya.
Hoaks, ujaran kebencian, pornografi, sampai cyberbullying juga sangat mudah kita temukan di media sosial serta dapat berdampak terhadap kondisi psikologis remaja pengguna media sosial. Media sosial memberikan platform bagi remaja untuk terhubung dengan teman-teman mereka, berbagi momen hidup, dan mengekspresikan diri. Mereka dapat mengunggah foto, status, atau video mereka sendiri, serta melihat konten yang dibagikan oleh orang lain. Media sosial juga dapat memberikan kesempatan untuk membangun jejaring sosial yang lebih luas dan berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. Namun, media sosial juga dapat menjadi sarana untuk membandingkan diri dengan orang lain. Remaja dapat merasa tekanan untuk terlihat sempurna seperti yang ditampilkan di media sosial, dan ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental.
Paparan yang berlebihan terhadap media sosial dapat mempengaruhi kesehatan mental remaja. Perbandingan sosial yang konstan dengan teman-teman atau selebriti yang diikuti di media sosial dapat menyebabkan perasaan tidak berdaya, rendah diri, dan merasa tidak puas dengan diri sendiri. Mereka mungkin merasa cemas, depresi, atau mengalami gangguan makan karena tekanan yang mereka rasakan untuk mencapai standar kecantikan atau popularitas yang ditampilkan di media sosial. Selain itu, kecanduan media sosial juga dapat menjadi masalah yang serius. Remaja yang menghabiskan waktu yang berlebihan di media sosial dapat mengalami isolasi sosial, kehilangan minat pada kegiatan sehari-hari, dan mengalami kesulitan berkonsentrasi. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas tidur, performa akademik, dan interaksi sosial mereka secara keseluruhan. Untuk menghadapi pengaruh media sosial yang negatif, penting bagi remaja dan orang tua untuk memahami pentingnya penggunaan yang sehat dan bijaksana terhadap media sosial.
Beberapa langkah untuk menggunakan media sosial dengan baik Pertama, mengatur waktu penggunaan media sosial dengan bijak dan membatasi waktu yang dihabiskan di platform tersebut. Kedua, membangun kesadaran diri tentang dampak media sosial pada kesehatan mental dan membatasi perbandingan sosial yang tidak sehat. Ketiga, membangun keterampilan pengendalian diri dan belajar untuk merasa puas dengan diri sendiri tanpa membandingkan dengan orang lain. Keempat, menciptakan keseimbangan dengan berpartisipasi dalam kegiatan di dunia nyata. Seperti, olahraga, seni, atau organisasi sosial.
Sumber:
Allen, S. (2019, September 20). American Psychological Association. Retrieved from APA.org:https://www.apa.org/members/content/social-media-research
Anjani, R. E. K. A., Yasin, DI. al, Salsabil, S., Rahmayanti, T., & Amalia, R. (2022). Pengaruh sosial media terhadap kesehatan mental dan fisik remaja. 3. https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jkt/article/view/4402/3019
Aprilia, R., Sriati, A., & Hendrawati, S. (2020). Tingkat kecanduan media sosial pada remaja. 3(2). https://jurnal.unpad.ac.id/jnc/article/download/26928/13424