Opini

Pelajar Muhammadiyah dan Gerakan Keadilan Iklim

Oleh : Muhammad Arif Syaifudin
Bidang Lingkungan Hidup Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah

Assesment report dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada tahun 2022 ini perlu kita jadikan perhatian khusus, laporan yang berisi peringatan bagi umat manusia akan bahayanya dampak perubahan iklim. Jelasnya laporan itu berisi bahwa pada dua dekade mendatang akan terjadi peningkatan suhu global sebesar 1,5 derajat celcius, yang pasti akan mengakibatkan berbagai macam bencana, entah bencana alam maupun bencana pangan akan menghantui masa-masa itu. Kekeringan ekstrim dan itensitas hujan yang tinggi akan mengancam sumber-sumber pangan dan air bersih kita.

Indonesia yang memiliki 17.000 lebih pulau tentu menjadi negara yang rentan akan bencana iklim. Masyarakat yang terpusat di Pulau Jawa dan pesisir membuat tingginya tingkat warga yang terdampak krisis ini. Sekitar 20 juta orang di Indonesia tinggal diwilayah yang rentan terhadap banjir rob, 99% terumbu karang akan mengalami pemutihan dan mati, ikan- ikan karang akan mati dan pangan laut akan dipertaruhkan akibat perubahan iklim ini. Jika melihat dampak yang terjadi rasanya diksi perubahan iklim harus dirubah menjadi krisis iklim, karena iklim yang berubah sudah benar-benar membuat banyak sektor terdampak.

Siapa yang terdampak akan terjadinya krisis ini ? tentu semua pihak akan merasakan dampaknya, tak memandang kasta sosial atau bahkan tingkat ekonomi sekalipun. Kita sebagai manusia akan sangat dirugikan jika membiarkan krisis ini terus berlanjut, harapan kualitas hidup manusia di masa depan dipertaruhkan. Gerakan keadilan iklim perlu di gaungkan oleh banyak pihak, dari masyarakat akar rumput sampai ke tatanan kebijakan perlu ikut andil dalam suksesi kampanye ini. Keadaan bumi dimasa depan adalah tanggung jawab kita yang hidup dimasa ini, membiarkannya rusak sama dengan membunuh manusia dimasa depan.

Baca juga :  Koboi Jalanan

Anak muda gen Z adalah salah satu kelompok rentan yang terdampak akan krisis iklim. pada masa yang akan datang, mereka akan mewarisi bumi yang rusak akibat pembangunan yang dipilih oleh generasi saat ini yang memegang kepemimpinan politik, baik di tingkat global maupun nasional. Dengan demikian, pilihan pembangunan dan pengelolaan terhadap beragam sumber daya alam saat ini, akan memberikan dampak yang panjang dan luas bagi generasi masa depan. Daya dukung dan daya tampung planet bumi sangat penting dipertimbangkan tak hanya untuk generasi hari ini, tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Inilah yang dinamakan dengan keadilan iklim antargenerasi.

Pelajar yang termasuk kedalam gen Z seharusnya memiliki sikap yang tegas melihat permasalahan ini. Tidak cukup menjadikan dirinya sebagai agent of change saja, tapi juga perlu berperan sebagai system change dan police change. Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah melalui Konferensi yang dilaksanaknakan akhir tahun 2022 ini menegaskan bahwa isu strategis yang mereka angkat ialah isu perihal iklim. Sebagai kekuatan besar di masyarakat, tentu pelajar Muhammadiyah menjadi harapan besar untuk terwujudnya keadilan iklim.

Student Earth Generation

Bersumber dari wacana teologi pembebasan dan pendidikan orang tertindas, dirasa sangat perlu Ikatan Pelajar Muhammadiyah menggarap isu ekologi baik tindakan secara preventif maupun kuratif. Student Earth Generation (SEG) adalah salah satu agenda aksi dari konservasi ekologi yang sudah cukup lama digaungkan oleh IPM. Agenda aksi mewujudkan pelajar yang berwawasan ramah lingkungan adalah Langkah yang tepat untuk menyelamatkan bumi. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan secara kulturual maupun structural akan lebih mudah diterima sampai ke tatanan akar rumput.

Pendekatan secara agama juga dirasa perlu untuk mensukseskan aksi ini, karena Pandangan agama dirasa menjadi faktor penting yang memberikan kontribusi atas sikap manusia dalam upaya menumbuhkan kesadaran pada pemeliharaan planet bumi yang kita cintai ini. Melihat agama juga telah dijadikan standar kode etik, standar moral yang shahih dan merupakan warisan tertua peradaban manusia.

Baca juga :  Tak Ada Degradasi, Lekas Sembuh Federasi

Hablum Minallah, Hablum Minannas dan Hablum Minal ‘Alam

Ketiga hal ini perlu diterapkan secara bersamaan, tidak bisa dan tidak etis jika kita hanya menerapkan salah satu atau dua hal diatas. Hubungan manusia dengan Allah menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baik kejadian dan menganugerahkan kedudukan terhormat kepada manusia di hadapan ciptaan-Nya yang lain. Kedudukan itu ditandai dengan daya pikir, kreasi, dan kesadaran moral. Potensi ini membuat kita memiliki dua fungsi penting, yaitu sebagai khalifah di bumi dan juga sebagai hamba Allah.

Sebagai hamba Allah, manusia harus melaksanakan segala ketentuan-ketentuan-Nya, sedangkan dalam kehidupan sebagai khalifah di bumi, Allah memberi manusia kebebasan untuk mengelola bumi yang sudah diciptakan dengan segala potensi dan ketersediaan bahan- bahan yang diperlukan sampai hari kiamat nanti. Pada sisi lain, kebebasan tersebut berarti sebuah tanggung jawab. Dengan demikian kedua pola hubungan manusia dengan Allah ini perlu dijalani dengan seimbang, lurus, dan tegak, tidak memilih menjalani yang satu dan mengabaikan yang lain. Sebab memilih salah satu pola saja akan membawa manusia kepada kedudukan kemanusiaan yang tidak sempurna dan terjatuh ke dalam kedudukan yang rendah.

Hubungan manusia dengan manusia telah dan harus selalu mengembangkan tanggapannya terhadapan kehidupan di bumi. Manusia selalu berusaha mengembangkan cipta, rasa, dan karsa. Pengembangan berbagai aspek itu harus berjalan seimbang selaras dengan nilai dalam hubungan dengan Allah, manusia, dan alam. Merusak hubungan dengan alam bisa juga berarti membunuh manusia itu sendiri. Tindakan moral-etik sesama manusia diwujudkan melalui kesadaran bahwa alam juga untuk generasi masa depan manusia. Keangkuhan dan eksploitasi alam yang dilakukan satu generasi manusia jelas akan merusak keberlangsungan hidup generasi manusia setelahnya.

Baca juga :  Internasionalisasi Pendidikan Muhammadiyah: Upaya Mencerahkan Semesta

Hubungan manusia dengan alam berarti memposisikan alam sederajat dengan manusia, tetapi Allah menundukan alam bagi manusia. Berkedudukan sebagai khalifah di bumi, manusia bertugas menjadikan bumi, maupun alam sebagai objek dan wahana dalam bertauhid. Untuk memanfaatkan alam, manusia yang beragama pada saat merasa butuh tidak akan berpegang teguh pada kekuatan yang menghancurkan dan merusak, tetapi akan berdasar pada kebaikan dan kemurahan tuhan. Sebagaimana disebutkan, kepemilikan sesungguhnya merupakan milik yang Maha Kuasa dan tidak akan ada seorangpun yang memiliki hak kepemilikan mutlak atas

segala sesuatu. Alam adalah amanah, dan manusia sempurna adalah yang menjalankan amanah dengan hati-hati. Hasrat manusia yang sekedar ingin kekuasaan atas alam adalah suatu bentuk tirani.

Pada kali ini memang dititik beratkan pada sudut pandang tentang alam maupun kondisi lingkungan. Hal ini menjadi gambaran besar manusia dalam menjalani kehidupannya, dengan segala permasalahan lingkungan yang ada di bumi ini menunjukan ada ketidak seimbangan, salah pengelolaan, dan hasrat kekuasaan atas alam yang berlebih. Kemajuan ekonomi, tingginya tingkat pendidikan, dan bahkan dalamnya pemahaman beragama akan bermakna sia- sia jika manusia tetap melakukan kerusakan lingkungannya sendiri. Tegas, manusia memiliki tugas dan tanggung jawab kosmik.

Hablum Minallah, Hablum Minannas, dan Hablum Minal ‘Alam ini dapat dipergunakan sebagai landasan, etis dan motivasi dalam pola pikir, pola sikap maupun pola perilaku manusia. Dengan memperhatikan tiga hal ini diharap kita dapat menuju pribadi muslim yang berbudi luhur, berilmu, dan bertanggung jawab atas segala yang telah diamanahkan. Terlebih kita dapat menjalankan amanah dan mewujudkan Keadilan Iklim untuk generasi saat ini dan generasi di masa mendatang.

Salam Lestari !

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *