Cerpen Refleksi Jelang Muktamar Muhammadiyah ke-48
Episode 1
Sibermu; Kegagalan Muhammadiyah Meneropong Masa Depan Pendidikan
Tiiingg…, bunyi notifikasi dari iPhone dikantong celanaku, seperti kebanyakan orang yang mendengar bunyi notifikasi di handphone mereka, telapak tanganku-pun dengan segera merogoh kedalam saku untuk mengecek, siapa tahu ada balasan whatsapp dari adinda, eh.. ibunda, maksudku.
Setelah aku melihat layar handphone-ku, ternyata eh ternyata, bukan dari keduanya, melainkan notifikasi cuitan di Twitter. Namun tak seperti biasanya yang ku abaikan ketika ada cuitan, kali ini aku baca dengan seksama cuitan itu, sebab di headline nampak logo seberkas sinar dua belas berwarna hijau. Aku-pun melanjutkan membaca, hmm ternyata cuitan ucapan selamat atas berdirinya kampus baru Persyarikatan, Universitas Siber Muhammadiyah (Sibermu) namanya.
Terdengar keren bukaan??? Eits…, tunggu dulu.
Sepanjang perjalanan menuju rumah aku diantar ojek online, sepanjang jalan itu pula-lah nama Universitas Siber Muhammadiyah terngiang dalam pikiran. Setibanya di rumah, aku langsung membuka laptop dan berselancar di dunia maya untuk menggali informasi. Mengapa Muhammadiyah memilih menggunakan istilah Siber untuk menamakan perguruan tinggi baru-nya itu? Mengapa di tahun 2021? Bagaimana dengan program studi yang ada didalamnya?.
Cukup lama aku berselancar, hingga tak terasa waktu menunjukkan pukul 2 pagi, kopi-pun didalam gelas tinggalah ampas.
Perkembangan inovasi teknologi adalah suatu keniscayaan. Berdasarkan teori Siklus Inovasi yang dikembangkan oleh Joseph Schumpeter 1942, ada 6 (enam) gelombang inovasi yang dimulai pada tahun 1785.
Pada masing-masing gelombang terdapat Key Breakthroughs; 1) 1785-1845 tumbuhnya revolusi industri di Inggris Raya, 2) 1845-1900 teknologi Kereta Uap, 3) 1900-1950 teknologi otomotif Ford Model-T, 4) 1950-1990 teknologi Aviasi/Penerbangan, 5) 1990-2020 lahirnya Internet, 6) 2020 teknologi Artificial Intelligence, Internet of Things, Robotics.
Jika diperhatikan dengan seksama, durasi gelombang perubahan inovasi teknologi tersebut semakin cepat, 60tahun-55tahun-50tahun-40tahun-30tahun-25tahun. Perkembangan teknologi tersebut tentu tidak lahir dari ruang hampa, melainkan dari ruang-ruang pendidikan. Nah sekarang apa sih hubungannya dengan Sibermu?
Sebagaimana dunia ketahui bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang memiliki concern pada pendidikan, terbukti dengan hadirnya ratusan lembaga pendidikan yang tersebar di seluruh tanah air, bahkan diluar negeri, mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Saking banyaknya, rasa-rasanya Muhammadiyah alpa akan inovasi teknologi dalam pendidikan. Universitas Siber Muhammadiyah (Sibermu) adalah bentuk kealpaan tersebut, setidaknya dari 2 (dua) sisi fundamental. Pertama adalah dari sisi timing, mengapa baru di tahun 2021? Padahal perkembangan inovasi teknologi di dunia pendidikan sudah berlari kencang sejak jauh-jauh hari. Menurutku, sejak memasuki tahun millennium (2000 awal) seharusnya Siber sudah menjadi perhatian dalam Persyarikatan. Lalu ada yang berkata, ‘aah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali’, nah inilah yang acapkali membuat kita lemah, permisif atas kelalaian diri sendiri.
Kedua, dan yang paling penting, coba tengok Program Studi yang dibuka, tidak cukup menggambarkan kata Siber yang disematkan pada nama perguruan tinggi tersebut.
Aku sih membayangkan kala Universitas Siber Muhammadiyah dibuka, maka program studinya adalah Cyber Security, Cryptography, Blockchain, Data Science, dsb. Namun ternyata, Dia berkehendak lain. Oh ya, aku tidak hanya kasih kritik, namun juga sudah kasih sedikit sumbangsih, membidani lahirnya program studi Data Science yang merupakan program studi data science pertama untuk perguruan tinggi Muhammadiyah. By the way, selamat Milad Muhammadiyah ke 113, 7 Juli 2022.
Yedi Mulya Permana