Oleh Nuruz Zaman – Wakil Ketua PDM Kabupaten Kudus
Nabi Muhammad saw yang diperingati kelahirannya setiap bulan Rabiul Awwal adalah utusan terakhir Allah Swt untuk umat manusia. Penutup dari para Nabi dan Rasul, diutus untuk menjadi rahmat bagi semesta alam (QS. Al Anbiya’: 107). Mempunyai misi khusus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (HR. Al-Baihaqi).
Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan. Kata “akhlak” berasal dari Bahasa Arab yaitu ”Al-Khulk” yang berarti tabiat, perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Berbicara soal akhlak, adalah berbicara soal hubungan antar manusia, berkait dengan “rasa” dan “ikatan”. Nabi Muhammad, sebagai pribadi paripurna adalah contoh terbaik bagi seluruh umat manusia dalam hal ini.
Selain dikenal sebagai sosok tegas dan adil, banyak pula sirah yang menceritakan bahwa Muhammad adalah pribadi humoris dan suka bercanda. Tidak jarang pula Beliau “dikerjai” oleh para sahabat. Memang para sahabat nabi memiliki beragam karakter unik, namun semuanya disatukan dengan ikatan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Berikut beberapa diantara kisah yang menunjukkan sisi humoris Rasulullah.
Siapa yang Makan Kurma Lebih Banyak?
Dalam sebuah kisah yang diriwayatkan Imam Bukhari, suatu ketika Rasulullah SAW dan para sahabat makan kurma bersama-sama. Sudah menjadi kebiasaan, setiap kali makan kurma, bijinya dikumpulkan di sisi masing-masing. Ali bin Abi Thalib ra menyadari kalau dia memakan terlalu banyak sehingga terlihat biji kurma menumpuk di depannya.
Tiba-tiba muncul sifat usil dari sahabat termuda ini. Ali memindahkan tumpukan biji kurma di hadapannya ke sisi Rasulullah SAW. Otomatis biji kurma Rasulullah menjadi sangat banyak, dan tidak ada satupun biji kurma di sisi Ali.
Lantas Ali berkata “Ya Nabi, apakah engkau sangat lapar sehingga menghabiskan kurma sebanyak itu? lihatlah biji kurma yang menumpuk di tempatmu. Sedangkan aku belum memakannya sama sekali.”
Bukannya marah, Rasulullah justru tertawa dan menimpali balik jokes ini, “Wahai Ali, justru kamu makan lebih banyak. Aku makan kurmanya saja dan masih menyisakan biji, sedangkan kamu makan kurma bersama biji-bijinya.”
Mereka pun tertawa Bersama.
Traktiran Nu’aiman
Ada pula sahabat yang bercandanya lebih ekstrim, bahkan sampai nge-prank Nabi. Namanya Nuaiman bin Ibnu Amr bin Raf’ah. Nuaiman termasuk salah satu sahabat Nabi yang berasal dari kalangan Anshar.
Suatu saat Rasulullah bersama para sahabat sedang duduk di sebuah majelis. Di saat itulah, Nuaiman membagikan makanan. Semuanya menyantap dengan gembira, termasuk Rasulullah.
Namun, setelah makanan sudah selesai disantap, Nuaiman datang Bersama seseorang dan tiba-tiba berkata, “Wahai Rasulullah, ini penjual makanannya. Anda yang harus membayar, masa rakyat seperti saya mentraktir seorang tokoh?”
Mendengar hal itu, Nabi SAW pun bingung dan terkejut. Tetapi Beliau dengan cepat memaklumi tingkah Nuaiman itu dan akhirnya mengajak sejumlah sahabat yang hadir “bantingan” untuk membayar makanan tadi.
Tidak Ada Orang Tua Renta di Surga
Sal Priadi, lewat lagu Gala Bunga Matahari disebut sedang menceritakan tentang kehidupan di surga. Disana salah satunya disebutkan bahwa penghuni surga menjadi muda lagi.
“Adakah sungai-sungai itu benar-benar
Dilintasi dengan air susu?
Juga badanmu tak sakit-sakit lagi
Kau dan orang-orang di sana muda lagi”
(Sal Priadi: Gala Bunga Matahari)
Ternyata Rasulullah juga pernah menyampaikan tema tersebut dengan canda.
Dikisahkan dalam salah satu Hadis Riwayat Tirmidzi, suatu Ketika ada seorang nenek tua yang menghadap Rasulullah, minta didoakan agar masuk surga.
Rasulullah menjawab, “Wahai Ummu Fulan, Surga tak mungkin dimasuki oleh nenek tua.”
Mendengar jawaban itu, Nenek tua kemudian berlalu sambil menangis, karena mengira dirinya tidak bisa masuk surga.
Rasulullah melihat kejadian tersebut, kemudian mengutus seorang sahabat untuk menjelaskan kepada sang nenek.
“Kabarilah dia bahwa surga tidaklah mungkin dimasuki dia sedangkan ia dalam keadaan tua. Karena Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al Waqi’ah: 35-37).
Demikianlah diantara beberapa kisah yang menggambarkan sifat humoris Rasulullah. Meskipun demikian, beliau tidak menyampaikan sesuatu melainkan dengan kebenaran. Karena itu, candaan Rasulullah tentu saja masih dalam koridor tersebut. Allahumma shalli ala Muhammad.