Opini

Muharam sebagai Momentum Hijrah Sebuah Kesadaran Hidup

Oleh : Syahirul Alem – Pustakawan SMP Muhammadiyah 1 Kudus

Tahun baru Islam Bulan Muharam identik dengan  pesan-pesan moral mengenai tahun baru Hijiriyah. Diawali dari hijrahnya Nabi Muhammad dan para sahabatnya meninggalkan tanah kelahirannya yaitu Mekkah Menuju Madinah Al Munawaroh. Makna Hijrah adalah sebuah pembebasan menuju harapan, sebagaimana hijrahnya Nabi Muhammad dan para sahabatnya karena Madinah menjanjikan bagi dakwah Islam. Demikian juga manusia memaknai datangnya Bulan Muharam bukan semata hijrah secara fisik namun bisa juga di maknai sebagai hijrah kesadaran artinya apa yang menjadi kekurangan selama ini sebagai bahan muhasabah atau instropeksi diri untuk melangkah lebih baik pada masa yang akan datang. Wajah wajah lingkungan yang makin terdegradasi membuat semua insan harus selalu berinstropeksi diri. Mulai dari persoalan kecil hingga persoalan besar yang akan mempengaruhi masa depan manusia. Dunia terus bergejolak akibat keserekahan manusia dan juga peperangan yang silih berganti di berbagai belahan dunia.

Saat ini butuh Kesadaran akan kepekaan sosial yaitu kesadaran dalam meringankan beban hidup antar sesama muslim maupun sesama manusia. Hidup yang serba glamor membuat manusia makin lupa daratan sesuatu yang dimiliki orang lain juga harus dimiliki oleh siapapun, jadi begitu mudah mengakarnya budaya milikan dalam Bahasa jawa, bisa dikatakan tumbuhnya ekonomi konsumtif juga berasa dari budaya tersebut, perilaku konsumtif begitu besar menyumbang angka pertumbuhan dalam PDB itu ditinjau dari sisi positifnya. Lalu apa yang harus dipikirkan dari kehidupan yang serba glamor tersebut banyak manusia salah kaprah menanggung beban hidup. UMR yang hampir setiap tahun mengalami kenaikan justru tidak berbekas dalam kesejahteraan sehari-hari dikarenakan tanggungan hidup makin berat. Di jalan raya banyak ditemui mobil-mobil baru dan kendaraan baru seolah orang tersebut kaya-kaya dan sejahtera. Ironisnya banyak dijumpai kendaraan motor sekelas  Nmax ataupun PCX justru menggunakan BBM bersubsidi Pertalite.

Di saat hidup kurang memperhatikan kebutuhan sehari-hari seperti sembako mengakibatkan potensi gizi buruk bisa terjadi dan menimpa siapapun tidak peduli orang yang gaya hidupnya Glamor. Sudah saatnya pergantian tahun hijiriyah adalah hijrah untuk berintropeksi diri apa manfaatnya hidup menuruti hawa nafsu tersebut. Besar kecil pendapatan seseorang alangkah indahnya untuk menabung untuk masa depan. Bagi yang bekerja sebagai karyawan perusahaan bisa dijadikan modal di saat pensiun. Alam yang sudah tidak lagi bersahabat akibat pembangunan yang kurang memperhatikan tata lingkungan sehingga sering di jumpai berita banjir besar yang menelan kurban nyawa dan harta yang tidak sedikit. Kesadaran-kesadaran itu bukan hanya tanggungjawab pendidikan formal semata yang harus menyadarkan anak didik tentang bahaya kerusakan iklim namun membutuhkan kesadaran spiritual. Oleh sebab itu memanfaatkan momentum bulan Muharam alangkah baiknya sebagai media untuk berinstropeksi diri bagi siapapun. Tidak ada manusia yang luput dari dosa baik sengaja maupun tidak sengaja. Fitrah manusia terpanggil untuk mengurai dosa-dosa sosialnya yang menyebabkan lingkungan makin terdegradasi.

Baca juga :  Pentingnya Limbah Sampah sebagai Literasi dalam ber-Ekonomi

Lingkungan yang makin cepat berubah membuat manusia harus selalu adaptif, era digitalisasi membuat seseorang serba tahu apa yang diinginkannya. Pentingnya mawas diri agar tidak mudah terkecoh dengan informasi yang serba hoax yang menyebabkan fitnah antar sesamanya. Unsur-unsur religi harus menjadi perimbangan dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya dalam bentuh ibadah mahdhah namun juga dalam bentuk ibadah sosial Seperti kesadaran membebaskan kemiskinan. Kategori miskin di sini bukan semata miskin harta saja namun juga miskin pengetahuan, miskin jiwa sosialnya yaitu dengan melatih kepekaan sosial sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup lebih berkualitas. Bagi yang miskin bukan hanya sekedar meminta-minta ataupun jadi pengamen jalanan saja namun juga harus tumbuh terlatih untuk hidup berwira usaha dan mau bekerja keras. Miskin pengetahuan juga menyebabkan hidup kurang inovasi dan kreatifitas selain itu juga bahaya miskin mentalitas yang menyebabkan hidup suka memanfaatkan orang lain.

Bulan Muharam sebagai bulan yang melahirkan sebuah kesadaran bagi insan manusia untuk bangkit dari keterpurukan hidup. Bagi yang punya hutang ada rasa keterpanggilan untuk melunasi, bagi yang kurang ibadahnya ada rasa keterpanggilan untuk selalu taqarrub pada Allah swt. Masjid yang makmur adalah hiasan masyarakat. Karena sesibuk apapun aktivitas manusia alangkah indahnya ada momen-moment kebersamaan untuk menunjukan ketaatan pada sang Khalik. Kesadaran atas ketaatan pada sang Khalik akan menjadikan jiwa seseorang tegar dalam menghadapi berbagai problem kehidupan. Yakin Allah swt tidak akan membebani seseorang ataupun golongan melebihi batas kemampuannya. Hijrah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya meninggalkan tanah kelahirannya secara manusiawi adalah berat. Harta dan sanak saudara ditinggalkan begitu saja untuk menjaga kualitas keimanan dan keislaman. Keberlangsungan kehidupan umat adalah yang diutamakan oleh Nabi Muhammad SAW pada saat itu mengingat orang-orang kafir Quraisy sudah sangat keterlaluan dalam memusuhi orang-orang Islam. Maka Islam mengajarkan sesama muslim adalah saudara. Sebagai saudara jika ada yang terluka maka terlukalah orang islam yang lain. Setiba di Madinah terjadilah persahabatan antara sahabat Muhajirin dan Anshor saat itu. Itulah hebatnya islam bahwa persaudaraan diikat bukan hanya dari nasab saja tapi dari keimanan. Apa yang terjadi Gaza Palestina juga dirasakan oleh Umat Islam di Indonesia.

Baca juga :  Menggiatkan Perpustakaan dengan Literasi Kolaboratif

Maka dari itu konflik harta benda dan berlomba-lomba dalam hidup glamor harus kembali pada prinsip ajaran agama yang mengajari untuk hidup sederhana, bukan besar pasak daripada tiang yang akibatnya hidup makin terbebani tanggungan. Bulan Muharam adalah momentum untuk menyadarkan seseorang untuk hidup sederhana. Hidup sederhana bukan berarti hidup pas-pasan yang menyebabkan seseorang kehilangan wibawa dan disepelekan lingkungan namun segalanya harus berjalan sesuai takaran. Boleh seseorang membeli kendaraan bagus maupun juga membangun rumah yang bagus sebagai bentuk menghargai kerja kerasnya selama ini. Kultur di masyarakat harta dan tahta menjadi tolak ukur untuk menilai kemajuan seseorang, terhadap kultur yang seperti ini tidak bisa hilang begitu saja namun bisa di atur dengan siapa itu harus ditujukan tentunya mereka para orang kaya dan para pejabat yang tersohor bukan para petani yang masih harus bergelut dengan mahalnya pupuk dan anomali cuaca. Atupun juga pada  sosok pegawai dan guru yang harus mencerminkan hidup bersahaja bukan glamor sesuai dengan etika profesinya.

Baca juga :  Muhammadiyah Itu Milik Semua

Dunia saat ini membutuhkan keharmonisan baik antar sesama manusia maupun juga dengan lingkungannya supaya kehidupan bisa normal bukan anomali seperti saat ini. Bencana datang begitu tiba-tiba hujan disaat musim panas, wabah penyakit datang setiap saat. Virus corona yang melanda dunia adalah bukti nyata ancaman wabah penyakit yang mengganggu kehidupan normal. Maka dari itu momentum Muharam adalah media yang tepat untuk menjauhkan manusia dari sikap sombong karena pada  dasarnya manusia adalah mahluk yang apes tidak ada yang harus dibanggakan kecuali ketaqwaan manusia yang akan menentukan derajat manusia dihadapan Allah SWT. Oleh sebab itu penting untuk memupuk kesadaran dalam ketaqwaan karena akan mengendalikan egoisme seseorang buat apa kemewahan dunia kalau semuannya pasti akan hilang yang ada adalah amalan-amalan sehari-hari. Inilah yang menjadi ciri khas dari tahun baru hijiriyah tahun baru Umat Islam yang jauh dari pesta-pesta kehidupan sebagaimana tahun baru masehi. Dan pentingnya rasa syukur di beri umur yang panjang saat pergantian tahun baru sebagai bentuknya adalah shodaqoh pada siapapun karena siapapun tidak tahu bahwa saudara dekat terkadang juga membutuhkan uluran tangan meskipun dalam keseharian tidak terlihat itulah indahnya bulan Muharam sebagai bulan peningkatan kesadaran. Apa yang sudah baik perlu ditingkatkan lagi apa yang kurang sesuai perlu di hilangkan agar tidak menjadi contoh buruk bagi lingkungan sekitarnya. Mari menjadikan bulan Muharam ini sebagai media untuk hijrah dalam sebauh kesadaran hidup untuk menjadi insan yang paripurna

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *