Oleh Rizka Himawan (Wk Ketua PDM Kudus; Wk Rektor 3 UM Kudus)
Judul tulisan yang diatas mungkin agak berbeda dan tidak biasa, walaupun secara substansi bisa jadi sudah sering disampaikan dalam banyak forum internal Persyarikatan, terutama yang berkaitan dengan upaya untuk membangkitkan jiwa wirausaha warga Muhammadiyah. Penulis juga terinspirasi dari tema kaos yang kreatif yang dikembangkan oleh produsen Kaosmu dari Yogyakarta.
Rosulullah Muhammad SAW terkenal sebagai seorang enterpreneur jempolan yang diakui kejujurannya dan kebaikannya dalam berbisnis. Bahkan beliau mendapat julukan Al Amin yang artinya kurang lebih dia yang terpercaya.
Para sahabat pun banyak dikenal sebagai enterpreneur yang tidak kalah hebatnya dalam berbisnis. Tentu kita sudah banyak mendengar kisah para sahabat yang sebagian besar adalah pedagang/ pengusaha/ enterpreneur.
Di Muhammadiyah sendiri, kita juga memiliki teladan dari pendiri Persyarikatan. Sudah banyak diketahui bahwa KHA Dahlan adalah seorang pedagang batik. Beliau banyak mengorbankan hartanya di awal perjuangan untuk dakwah Islam dan sosial di lingkungan masyarakat. Beliau awalnya juga banyak berdakwah di komunitas pedagang sampai berdirinya persyarikatan Muhammadiyah hingga dakwahnya semakin meluas hingga komunitas di luar pedagang.
Fenomena seperti diatas tentulah mjd motivasi bagi kita selaku muslim maupun sebagai warga persyarikatan untuk memulai gerakan enterpreneur secara terstruktur, sistematis dan masif.
Sering disampaikan bahwa kekayaan Muhammadiyah ada di saku warganya. Artinya, inilah sebetulnya kekayaan sejati Muhammadiyah. Di awal berdirinya ranting, cabang dan daerah bahkan AUM biasanya tidak bisa lepas dari kekuatan ekonomi warga di lingkungan sekitar. Baru setelah itu muncul perbankan dan lain sebagainya sebagai pengembangan.
Jika demikian adanya maka sudah selayaknya kita bangkitkan kekuatan ekonomi warga persyarikatan sebagai pilar kekuatan jama’ah. Jiwa enterpreneur harus mulai dikembangkan di kalangan warga persyarikatan.
Mengapa Muhammadiyah Preneur?
Tentu ada beberapa alasan yang layak untuk dikemukakan:
1. Dari sisi waktu seorang enterpreneur akan lebih fleksibel dalam mengatur kegiatannya. Dan ini sangat penting dalam menggerakkan kegiatan persyarikatan yang sangat dinamis.
2. Pengusaha sangat bergantung kepada potensi dirinya sejauh mana usaha yang dilakukan untuk mengembangkan bisnis/usahanya. Jika kegiatan usaha sudah menemukan jalannya, maka akan berpengaruh besar dalam langkah persyarikatan karena filosofi perjuangan yang sering digaungkan “Hidup-hidupilah Muhammadiyah jangan mencari hidup di Muhammadiyah”.
3. Jika warga Muhammadiyah mempunyai kekuatan finansial yang layak dan cukup, maka besar kemungkinan bahwa kekuatan finansial persyarikatan juga akan kuat karena warga Muhammadiyah sudah terbiasa dengan ajaran memberi dan mandiri daripada meminta atau tergantung pada pihak luar.
4. Sebagai gerakan social dan dakwah yang mempunyai banyak AUM, jumlah jamaah yang besar tentu Muhammadiyah akan selalu ditarik-tarik oleh banyak kepentingan baik itu kepentingan pemerintah (penguasa), sosial kemasyarakatan, politik dan lain sebagainya. Jika didukung dengan finansial yang kuat, mampu untuk mandiri tentu Muhammadiyah akan tampil lebih percaya diri untuk bersikap sesuai dengan garis perjuangan organisasi.
Semoga tulisan sederhana ini bisa menginspirasi khususnya bagi warga persyarikatan untuk memulai gerakan Muhammadiyah Preneur