Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kudus yang diwakilkan kepada Bapak Drs Sajad Abdi M.Pd memberikan sambutan yang amat penting dalam acara Milad ‘Aisyiyah Ke-105 tahun pada Ahad, 22 Mei 2022.
Hari ini mudah dijumpai Amal Usaha ‘Aisyiyah, kabar terakhir telah mendirikan Institut Sains Teknologi Kesehatan (ISTEK) ‘Aisyiyah Kendari. Kampus yang berlokasi di Jalan Poros Bandara Haluoleo, Kecamatan Baruga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Bahkan diyakini sebagai perguruan tinggi pertama di Indonesia Timur yang didirikan oleh gerakan perempuan.
Ini merupakan sebuah tanda bahwa ‘Aisyiyah bukan sekedar organisasi formalitas tetapi organisasi yang betul-betul ingin membawa perubahan dan kemajuan sumber daya manusia.
Namun, di tengah semaraknya pergerakan ‘Aisyiyah menyongsong Muktamar ada beberapa catatan yang perlu mendapatkan pemikiran bersama.
Pertama, saat ini telah terjadi kemunduran militansi persyarikatan, baik di Muhammadiyah maupun di Aisyiyah.
Orang-orang yang berjuang mati-matian, tibo tangi ngantek semaput nganti klenger sekarang sudah mulai tidak ada. Ya berjuang tapi sambil yang lain.
Dampak menurunnya militansi di Persyarikatan ini menjadikan gerak Persyarikatan Muhammadiyah maupun ‘Aisyiyah menjadi kurang teguh, kurang kekeh dan kurang bersemangat sekali.
Berikutnya militansi yang menurun ini bisa disebabkan karena mulai gencar muncul faham—faham organisasi yang mirip dengan Muhammadiyah dan mulai banyak tokoh-tokoh organisasi Muhammadiyah yang tertarik kesana.
Mungkin karena nuansanya harum, karena ibarat bunga baru mekar. Hati-hati Muhammadiyah sudah punya rujukan pasti, jika masalah hukum maka kita rujukannya adlah HPT disana terjadi kumpulan fatwa ulama-ulama teremuka Muhammadiyah yang mereka mengkaji bersama.
Kedua, mulai munculnya ego sektoral dalam mengelola amal usaha maupun persyarikatan.
Di banyak daerah mulai ada sebuah AUM yang besar tapi kalau diminta bantuan Persyarikatan keluarnya sedikit dan memarahi, ada yang merasa sudah besar diajak rapat ranting tidak mau, ini perlu hati-hati.
Ketiga, sering tergoda oleh tarikan—tarikan politik praktis yang menjadikan organisasi kita lemah, padahal banyak tokoh Muhammadiyah mengatakan Muhammadiyah dilahirkan bukan untuk mengatasi politik praktis tetapi untuk membawa peradaban umat dan bangsa kearah kemajuan.
Betapa kita masih ingat kemarin ada kotak—kotak ditengah kita, sampai sejauh ini masih pada jotakan sementara disana sudah saling bantu, tapi kita masih sakit hati sehingga kita menjadi lemah karena aspirasi sesaat, dan itu mulai sekarang harus dihindarkan karena Muhammadiyah di atas nuansa politik praktis, Muhammadiyah adalah high politic untuk bangsa, umat dan kemajuan bersama.
Keempat, mulai melemahnya gerakan dakwah karena gerakan yang gencar dilaksanakan adalah Amal Usaha baru hampir setiap minggu AUM berdiri, pengajian terseok—seok.
Amal usaha dikembangkan sangat cepat monggo, tapi ruhnya Persyarikatan adalah dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
Kami mengajak kepada Ibu-ibu ‘Aisyiyah untuk dapat menyekolahkan putra-putri terbaiknya di Pondok Muhammadiyah agar Muhammadiyah Kudus tidak kekurangan mubaligh yang potensial.
Terakhir, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kudus mengucapkan selamat milad kepada ‘Aisyiyah semoga pada usia 105 hijriyah, ‘Aisyiyah terus menebarkan semangat kesungguhan, semangat bersama, kekompakan organisasi ‘Aisyiyah agar gerak langkah Persyarikatan di Kudus semakin baik, semakin sukses dan semakin jaya untuk membawa masyarakat dan bangsa ini menuju kepada kemajuan di segala bidang.
Ghofur