Oleh : Wildan Sule Man
Mas Penulis, Apakah benar merdeka itu artinya bebas? Atau ada devinisi lebih lengkap lagi ya?, Untuk menjawab pertanyaan itu, saya mencoba mencuplik tulisan mas Asep Purnama Bahtiar dalam harian Suara Merdeka tahun 2002 yang berjudul “menghadirkan kemerdekaan”. Merdeka, salah satu arti dalam kamus adalah bebas, atau tidak terkena atau lepas dari tuntutan. Dalam bahasa Inggris digunakan kata independent, liberty, freedom dan right. Menurut pandangan Lyman T. Sergent, liberty, freedom dan right sering digunakan secara bergantian. Tiga buah kata tadi mengacu kepada kemampuan orang untuk berbuat tanpa pembatasan pembatasan. Freedom adalah terma yang lebih umum mengenai kebebasan atau kemerdekaan. Liberty, biasanya mengacu kepada kemerdekaan sosial dan politik, Right lazimnya mengacu kepada garansi garansi kemerdekaan secara spesifik.
Semangat warga Indonesia memeriahkan hari kemerdekaan dari tahun ke tahun semakin meriah saja, seperti yang saya rasakan dikampung saya khusus di bulan agustus ini, kata “merdeka” tetap menjadi tulisan penting disamping tema HUT RI ke 78 yakni “Terus Melaju Untuk Indonesia Maju” , tampak digang gang kampung bediri gagah gapura dengan tulisan bercat merah “merdeka atau mati” ada pula yang bertuliskan “sekali merdeka tetap merdeka”, bahkan semarak tulisan tulisan itu juga menghiasi di media media sosial tanah air.
Patut disyukuri Kita telah berhasil mengusir penjajah, dan penjajah memang wajib untuk diusir, penjajah adalah musuh kemanusiaan, Watak penjajahan adalah merusak bahkan memusnahkan nilai nilai kemanusiaan universal, penjajahan adalah aksi penghisapan antara manusia kuat atas manusia lemah, sehingga pantas saja jika kemudian undang undang dasar kita dalam pembukaanya menyatakan dengan begitu tegas, “bahwa penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan”.
Alhamdulillah kita memasuki usia tujuh puluh delapan tahun dirgahayu kemerdekaan RI, Republik kita telah dewasa bahkan telah matang, terkait dengan hal itu, saya teringat dengan tulisan pak Amien Rais dalam buku Tauhid sosial, disana dijabarkan dalam memaknai kemerdekaan dan dilihat dari kacamata agama, sejatinya kemerdekaan itu, pertama adalah sebuah bentuk nikmat, kemerdekaan adalah nikmat dari Allah, alangkah bedannya kehidupan kita dimasa kemerdekaan dibanding saat dijajah, kita telah menjadi tuan ditanah air sendiri, kita bisa menentukan nasib sendiri sebagai bangsa.
Maka nikmat itu musti disyukuri. Kedua, Kemerdekaan merupakan sebuah amanah, amanah untuk menegakkan keadilan sosial, memerangi kemiskinan, mencerahkan kehidupan bangsa, menegakkan akhlak, moralitas dan etika, serta memelihara persatuan dan kesatuan. Amanat itu hakikatnya datang dari Allah dan Rasulnya sehingga kita musti menjaga mandat mandat itu. Ketiga, kemerdekaan adalah sebuah ujian, dalam kaitan ini, hendaknya kita dapat mencontoh sikap nabi Sulaiman, ketika beliau mendapatkan kebahagiaan dan kesenangan yang melimpah, lantas beliau mengatakan “ini adalah karunia dari tuhanku, dan Allah berkenan mengujiku, memberi ujian kepadaku, apakah aku ini akan bersyukur atau kufur ( QS. An Naml : 40).
Ternyata “pekikan” merdeka itu saat ini tak sebatas pada tulisan tulisan digapura kampung, mural mural kota ataupun teriakan teatrikal saat karnaval nanti, namun bidang bidang lain juga bercita untuk merdeka, salah satunya dan paling santer hari ini adalah merdeka belajar, kurikulum baru untuk pendidikan kita, tulisan ini tak akan mengulas lebih jauh tentang kurikulum merdeka ini, tentang bagaimana isi kurikulumnya, apa plus minusnya. Sebab para ahli pendidikan telah menggodognya, para guru telah mem”bimtek”kannya, sekolah dan madrasah telah siap menyongsongnya dengan aneka pernak perniknya.
Namun yang perlu menjadi penguatan adalah, dengan kurikulum merdeka kita berharap produk pendidikan kita bisa. Pertama, menguatnya jiwa dan raga generasi bangsa, dengan semangat merah putih, pancasila dan UUD RI 1945. Kedua, sanggup melahirkan generasi bangsa yang memiliki spirit dzikir, fikir dan ukir. Dan yang ketiga, mampu mencetak generasi yang benar benar merdeka, merdeka yang jika kita lihat dari kacamata agama adalah merdeka ala Nabi Ibrahim AS, berjuang membebaskan manusia dari pemujaan terhadap berhala berhala materi yang bisa pecah berkeping keping itu, untuk dihijrahkan keimanannya, yakni hanya satu yang patut dipuja dan hanya satu yang patut disembah yakni Tuhan yang maha Esa.
Serta keempat, dengan “belajar merdeka”, harapannya bisa terbangun sebuah kredo bagi generasi muda “semakin tinggi ilmu yang diperoleh, semakin besar takutnya pada Tuhan” berarti semakin banyak ilmunya semakin takut akan berbuat dosa, takut berlaku sewenang wenang, takut melakukan korupsi, takut merusak hutan dan lingkungan, takut suap menyuap dan takut berbuat dosa dosa. Sebab kelak ada pengadilan didepan Maha Hakim yang pasti adil.
Wal Akhiran, semoga kita tergolong sebagai warga negara yang mampu menangkap hari kemerdekaan ini sebagai nikmat, sekaligus sebagai amanah. MERDEKA. Wallahu A’lam Bishowab. (Penulis Amatir. Guru MI Ma’arif Grabag 01.)