Opini

Menyambut Muktamar Muhammadiyah 48: Mulai dari “Titik Lemah” Muhammadiyah

Alhamdulillah Muhammadiyah sudah mencapai usia lebih dari satu abad. Sumbangsih Muhammadiyah utk ummat dan bangsa sudah tidak terhitung lagi. Memberikan terbaik untuk negeri ini menjadikan salah satu “Prestasi” terbaik Muhammadiyah utk NKRI. Semua diniyati karena Allah, dilakukan utk mengharap ridlo Allah SWT. Prof. DR. Haedar Nashir dan seluruh Team PP Muhammadiyah serta pengurus Muhammadiyah dari pusat, wilayah, daerah hingga cabang ranting telah melakukan dan memberikan yg terbaik ummat dan kemanusiaan. Semoga menjadi amal jariyah kita semua yg menghadirkan barokah dsn ridlo dari Allah SWT.

Aneh memang para pengurus dan pejuang Muhammadiyah di seluruh indonesia. Mereka rela, berjuang dan berkorban apa saja di Muhammadiyah. Banyak diantara mereka yg aktif di Muhammadiyah tombok (mengeluarkan uang sendiri utk menghidupkan Muhammadiyah) bahkan “tekor” secara ekonomi, namun mereka malah tersenyum bahagia karena keyakinan ada ridlo dan pahala dari Allah SWT.

Tahun 2006 ketika akan mengajukan pensiun dini sebagai Pamen Polri, ada tiga mimpi yang akan saya lakukan setelah pensiun dini dan kembali ke Muhammadiyah. Saya sengaja pensiun dini dan kembali ke Muhammadiyah dalam usia muda (36 tahun) karena kalau aktif kembali di Muhammadiyah sudah tua maka mimpi mimpi utk berinovasi akan sirna dan aktif di Muhammadiyah tinggal sisa waktu dan sisa tenaga.

Ketika saya aktif diluar Muhammadiyah sebagai pamen ABRI/Polri (1991-2007), pada tahun 2006 ada tiga kekurangan Muhammadiyah yang saya lihat dan rasakan:

  1. AUM bidang Pendidikan,kesehatan dan Sosial belum manjadi Unggulan Nasional.Rumah sakit Muhammadiyah sebagai salah satu core dakwah dan pilar utama Muhammmadiyah selain pendidikan dan sosial, pada tahun 2006 masih banyak masalah dan belum ada yg dibanggakan. Tidak ada satupun RS yang juara PERSI Aaward.Juga belum ada satupun sistem dan panduan dakwah yang jadi acuan Rumah sakit Muhammadiyah se indonesia.pada Waktu itu juga belum ada PTMA yang menjadi 10 besar Perguruan tinggi terbaik Nasional. Pada waktu yg sama kita juga belum memiliki sekolah dasar dan menengah yg juga masuk menjadi 10 terbaik nasional. Kita masih harus bekerja cerdas untuk melahirkan pusat pusat keunggulan di Muhammadiyah untuk menjadi terbaik tingkat nasional maupun internasional.
  2. Muhammadiyan sebagai organisasi Modern belum memiliki media informasi dan teknologi informasi yg modern yang dikelola secara profesional utk mendukung dakwahnya. Muhammadiyah waktu itu sangat abai dan tertinggal jauh di bidang teknologi informasi bahkan dibanding orgsnisasi organisasi dakwah yg baru lahir seperti Salafy, MTA dan bahkan para ustadz yg secara perorangan dakwah serius melalui teknologi informasi. Muhammadiysh waktu itu tdk punya satupun station TV dan radio yg bisa ditonton dan dengar (di akses) warga Muhammadiyah di cabang ranting. Kita memang punya web namun tdk dikelola dengan baik sehingga web Muhammadiyah berada pada posisi yg sangat memprihatinkan.
  3. Muhammadiyah sampai tahun 2006 belum serius dan belum menyadari “ekonomi” sebagai pilar dakwah dan gerakan yg sangat strategis bagi eksistensi Muhammadiyah masa depan. Kita tidak punya usaha/ perusahaan dibidang alkes, obat obatan (farmasi), pengolah limbah medis, sedangkan kita punya ratusan rumah sakit dan klinik Muhammadiyah. Kita memiliki jutaan warga yg tersebar di seluruh cabang dan ranting se Indonesia yg setiap hari pasti belanja utk kebutuhan sehari hari mereka. Namun Muhammadiyah belum punya usaha dibidang retail atau jaringan swalayan / mimimarket utk melayani dan mencukupi kebutuhan sehari hari warga Muhammadiyah dan masyarakat.
Baca juga :  Idul Fitri bagi Anak Kesayangan dan Anak Tiri ?

Pada tabun 2006 ,ketika SK Pensiun dini sebagai pamen polri turun dam beberapa hari kemudian SK PP Muhammadiyah yg menugaskan saya sebagai direksi di RSIJ keluar, maka dg “bismillah” mulai hari itu langkah langkah utk memajukan RSIJ menuju keunggulan dimulai. Yg kami syukuri, tiga mimpi yg berkaitan titik lemah Muhammadiyah itu solusinya bisa dilakukan dan dimulai di RSIJ CP. Wajah dan penampian diperbaiki, layanan ditingkatkan. Kita dirikan TV Rumah sakit (RSIJ TV) utk melayani pasien. Ketika Prof Din Syamsuddin sakit dan dirawat di RSIJ CP, beliau kaget melihat RSIJ CP memiliki TV RSIJ dengan dua chanel. Beliau memanggil saya utk memastikan apakah itu betul betul siaran TV atau sekedar video. Saya sampaikan kepada beliau bahwa RSIJ TV itu betul betul memilki station TV yg siaran secara internal rumah sakit dan streaming, dan bila kita biayai maka bisa siaran melalui satelit (parabola) atau bisa siaran secara digital. Setelah mengetahui hal tersebut maka Prof Din Samsudin meminta saya untuk menginisiasi berdirinya tivi Muhammadiyah dan mempersiapkan segala sesuatu. Alhamdulillah bersama team kecil yg saya pimpin kami berhasil menyiapkan segala sesuatu untuk mendirikan tivi Muhammadiyah. Oleh PP Muhammadiyah akhirnya saya ditunjuk sebagai sekretaris pendiri TvMu dan Prof Din Syamsuddin sebagai ketuanya. Sebagai inisiator dan pelaku pendirian ” TV Mu” saya sangat bersyukur akhirnya Muhammadiyah memilki TV sendiri. Kedepan TvMu harus memperbaiki tatakelolanya dan materi siarannya agar dipirsai oleh Warga Muhammadiyah.
Kita lengkapi layanan RS dengan menghadirkan: toko cake dan bakery, rumah makan, book coorner , mini market yg ada di RSIJ ditingkat kualitasnya dll. Sehinga suasana RS menjadi menyenangkan.

Kita juga aktif di PERSI dan ikut PERSI Award agar kita berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah bersama rumah sakit pemerintah dN swasta se indonesi. Akhirnya mulai tahun 2009 RSIJ CP memulai sejarah baru sebagai juara PERSI AWARD, dan hingga saat ini masih terus dipertahankan.Perubahan dan prestasi RSIJ CP waktu itu kemudian menginspirasi RSMA lainya utk maju dan bersprestasi.

KEMUDIAN BAGAIMANA MUHAMMADIYAH SEKARANG DAN MASA DEPAN ?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dimulai dg mencermati ” TITIK LEMAH” Muhammadiyah saat ini.

Setelah pensiun dini dan kembali ber muhammadiyah lagi pada tahun 2007 hingga sekarang, dari anggota MPK PP Muhammadiyah hingga menjadi Ketua LPCR PP Muhammadiyah maka saya akhirnya mencermati banyak sekali prestasi yg sudah diraih oleh Muhammadiyah, Namun kita perlu mencermati berbagai hal yg masih menjadi kekurangan dan titik lemah Muhammadiyah saat ini untuk menjadi kuat dan unggulan di masa depan.

Apa saja yg masih menjadi titik lemah Muhammadiyah saat ini dan apa solusinya?

Masih lemahnya dakwah dg teknologi informasi termasuk dakwah dunia maya (khususnya medsos)

Kita baru memilki 1 Televisi (tvmu) itupun belum menjadi tv yg memenuhi kebutuhan warga Muhammadiyah di tingkat cabang dan ranting.(Coba disurvey, berapa persen warga Muhammadiyah menonton TvMu)

Oleh karena itu ,paska Muktamar 48 di Solo Muhammadiyah harus serius dakwah dg media dan teknologi informasi, dakwah digital. Serius menggarab media sosial dan media yg terkini lainya. Jadikan dakwah dg teknologi informasi terkini menjadi AMAL USAHA Baru di pesyarikatan . AUM bidag teknologi informasi terkini harus diposisikan sama pentingnya dg PTMA,RSMA, Sekolah dan pesantren serta amal usaha lainnya. Saya meyakini kalau Muhammadiyah kedepan tdk serius menggarab dakwah media informasi maka kita akan kaged bila Muhammadiyah tdk dikenali lagi paham agama dan ideologinya (Muhammadiyah tinggal sebagai organisasi) dan akan ditinggalkan ummat. Dirikan rumah rumah produksi (producent house), tenaga konten kreator yg mumpuni yg mampu menyiapkan konten dan materi dakwah kekinian yg sesuai utk era kekinian khususnya utk generadi millenial , G Z bahkan pasca Z. Buat chanel tv (minimal chanel YouTube) khusus Tabligh dan kajian kajian ke Islaman , chanel dan konten khusus perempuan (Aisyiah tv) karena disinilah perbedaan dan keunggulan kita” Wanita berjemajuan” hadirkan ustadzah, dai, mubalighot perrmpuan melalui chanel khusus perempuan, bust juga chanel dan konten utk remaja, untuk anak anak agar mereka kenal Muhammadiyah sejak dini. Insya Allah mereka akan tertarik dg Muhammadiyah di masa depan.

Baca juga :  Empat Sumber Kesusahan Hidup

Lemah SDM

Kekurangan SDM yg betul betul siap dan disiapkan berdakwah secara rutin (dan harian) membina ummat di cabang dan Ranting, Masjid dan Mushola, dakwah di komunitas tertentu, dakwah hingga pelosok pelosok indonesia. Alangkan sedihnya kita, Muhammadiyah yg gerakan dakwah, geraksn ilmu, gerakan tabligh (makanya adanya majelis Tabligh) namun kekurangan Mubaligh, kemurangan imam masjid. Akibatnya: warga Muhammadiyah tdk bertambah bahkan berkuramg dan pindah ke ke tempat lain. Di Muhammadiyaj banyak intelektual nsmun tdk siap membina ummat dan warga Muhammadiyah. Data SICARA LPCR PP membuktikan bahwa mayoritas Cabang dan ranting tdk memilki dan kekurangan Mubaligh/ dai/ustadz. Cabang yg ada KMM (Korps Mubaligh Muhammadiyah) tidak mencapai 30 %.Kedepan SDM yg siap berdakwah membina ummat harus betul betul disiapkan dan dimanage secara baik.

Kita selama ini sdh sangat baik mengeluarkan anggaran Muhammadiyah utk membangun FISIKNYA AUM. mungkun totalnya trilyunan rupiah.Alangkah baiknya utk kedepan kita memastikan ” Anggaran dan program ” utk SDM mubaligh ini menjadi prioritas.Betapa sedihnya. Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah namun kekurangan SDM yg siap melaksanakan tugas sebagai dai, ustadz, Mubaligh, imam masjid yg merawat jamaah di ranting ranting, masjid dan mushola, komunitas dan juga yg berdakwsh lewat media sosial. Inilah salah satu prioritas program Muhammadiyah paska Muktamar ke 48.

Kurang Fokus ,Komunikasi dan kolaborasi.

Karena sampai saat ini Muhammadiyah belum memiliki aplikasi/ super aplikasi dakwah resmi yang memudahkan menyampaikan materi dakwah hingga ke anggota Muhammadiyah hingga cabang ranting dan masyarakat umum, maka LPCR PP menginisiasi lahirnya aplikasi dakwah ” salamMu”. Ketika kami sdg berproses utk membangun dan mengisu aplikasi ini, kami menemuksn fakta yang mengagetkan. Muhammadiyah yg modern dan maju ini, yang didukung dg 176 PTMA dan ratusan SMK, namun kita ternyata” BELUM PUNYA” Kalender Hijriyah Digital versi Muhammadiyah, tdk punys jadwal Sholat/ imsakiysh digital, tdk Punya Al Quran digital, kumpulan dzikir dan doa digital dst. Kenapa kita sampai lupa membust ini semua? Dimana peran PTMA seindonesia dalam konteks ini? Kareba kita tdk ada yg focus memikirkan dan mengelola hal ini . Juga kita kurang komunikasi dan kolaborasi.

Dalam kasus yg lain misalnya, melalui SICARA dan CR Award kami menemakan fakta: hampir tdk ada korelasi antara Majunya AUM ( Khususnys PTMA dN RSMA) dengan keberadaan dan majunya Cabang dan ranting. Banyak sekali AUM yg besar dan hebat namun CR tdk berkembang bahkan mati. Ini juga terjadi karena kurang fokus, komunikasi dan kolaborasi. Banyak PTM yg mahasiswanya ribuan bahkan puluhan ribu dan memilki ratusan dosen dan tenaga kependidikan namun cabang dan ranting disekitar AUM itu tidak berkembang.

Baca juga :  Membumikan Islam Otentik

Kita tdk punya Team Managemen yang mendukung kinerja Pimpinan persyarikatan.

Di Pimpinan Pusat Muhammadiyah, PWM hingga PDM rata rata tidak memulki Team Managemen. Bisa kita bayangkan jumlah Uang Persyarikatan se Indonesia yang sangat besar tidak ada seorang profesional yg tergabung dalam team Management yang focus mengelola keuangan Muhammadiyah.Demikian di bidang Sumber daya Manusia.
Belajar dari Cabang ranting yang Unggul dan Maju ditingkat nasional maka cabang dan ranting ini ternyata di dukung adanya TEAM Managemen.
Manager SDM,Manager Keuangan, manger Sarpras/pengadaan. Dll.hal ini akan menjadikan pimpinan persyarikatan punya waktu untuk berpikir strategis dan akan terbantu merumuskan program dan kegiatan berbasiskan DATA bukan naluriah dan copy paste.

Di pimpinan pusat Muhammadiyah sekarang sdh ada direktur PSDM (Pusat Syiar Digital Muhammadiyah). Menjadi Sangat penting di tingkat Pimpinan Pusat utk diperkuat team management berupa: Direktorat SDM (HRD) yg dipimpin seorang Direktur, Departemen Keuangan yg dipimpin Seorang direktur Keuangan, Direktur Administrasi dan Protokoler, JugavDirektur Pusat Syiar Digital Muhammadiyah dll. Sudah saatnya kalau kedepan DI PP, PWM dan PDM juga memilki team Managemen yang akan membantu para pimpinan persyarikatan Muhammadiyah.

Bila Serius Go internasional harus juga serius Go Cabang Ranting.

Internalisasi Muhammadiyah (Go internasional) yang diperiode Kepemimpinan Prof. Haedar Nasir sudah mulai dirasakan hasilnya dan menjadi prestasi yang perlu disyukuri perlu untuk diteruskan dan semakin dikuatkan. Namun hal ini jangan sampai mengabaikan pengembangan cabang dan ranting. Prof Haedar dan pimpinan pusat saat ini telah membuktikan kepedulian pada pengembangan Cabang Ranting. Hal ini harus dijadikan prioritas program Muhammadiyah di Pimpinan Wilayah, daerah hingga ke Cabang. Sampai hari ini masih ada beberapa Wilayah dan daerah yg LPCR nya tidak aktif, tidak memiliki Cabang ranting Unggulan. Bahkan masih ada daerah yang tidak memilki ranting.

Sebagai sebuah organisasi yg dilengkapi dg struktur dan birokrasi, memang pusatnya Muhammadiyah di Pimpinan pusat. Namun Muhammadiyah sebagai harokah dakwah dan melayani ummat maka pusatnya Muhammadiyah justru ada di Cabang dan Ranting. Bila Cabang dan ranting mati maka Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah yg melayani jamaah telah mati meski Gedung PP, PWM dan PDM serta AUM yang megah.

Sebagai ketua LPCR PP Muhammadiyah saya berharsp pada periode mendatang tdk ada lagi PWM dan PDM yg LPCR nya tidak aktif. Semuanya harus serius dan gembira utk menguatkan peran LPCR dan memberdayakan Cabang Ranting. Semua pimpinan persyarikatan dan pimpinan AUM akan terbukti kesungguhannya dalam memimpin Persyarikatan atau AUM bila Cabang dan ranting hidup dan aktif. Karena di cabang dan ranting lah jamaah dirawat dan dibina. Kalau cabang rantingnya tidak hidup maka kapan sebagai pemimpin kita pernah merawat jamaah?

Omah Betawi Piyungan 17 November 2022.
Muh. Jamaludin Ahmad (Ketua LPCR PP Muhammadiyah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *