Oleh : H. Nunu Anugrah Perdana, S.Pd.,S.T.,M.Pd.I.
Ketua PCM Pabuaran & Guru MTs Negeri 9 Cirebon
Jika ada siswa yang mahir bermain alat musik seperti gitar atau piano, mampu memerankan seorang tokoh dalam sebuah sandiwara, dan dapat menggambar sebuah pemandanan yang indah, apakah mereka dianggap siswa pintar? Saya yakin masih banyak orang tua yang menjawawab siswa tersebut belumlah disebut sebagai siswa pintar.
Namun jika ada siswa yang mendapat nilai bagus dalam ulangan/tes matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, maka saya yakin banyak orang tua yang akan menyebut siswa tersebut sebagai siswa pintar. Saat ini kecerdasan seseorang banyak yang mengukurnya dari nilai yang berupa angka-angka hasil tes mata pelajaran sains atau lebih mementingkan kemampuan psikokognitif. Padahal Kecerdasan seseorang yang sebenarnya bukanlah diukur oleh angka-angka dalam ulangan harian di kelas, apalagi hanya dibatasi pada mata pelajaran tertentu.
Akhirnya banyak siswa dan orang tua ketika di Sekolah Menengah Atas (SMA) merasa minder jika harus masuk ke kelas Sosial, sebaliknya banyak siswa/orang tua yang bangga jika anaknya masuk kelas IPA. Hal ini lah kekeliruan berfikir tentang kecerdasan siswa.
Menumbuhkan kemampuan psikomotorik siswa sangatlah penting karena menyangkut life skill/kecakapan hidup yang meripakan bekal yang berharga untuk berkiprah di masyarakat setelah lulus sekolah. Kemampuan psikomotorik adalah kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental. Aspek ini menunjukan kemampuan atau keterampilan (skill) anak setelah menerima sebuah pengetahuan (Munif Chatib, 2013:69).
Dr. Howard Gardner, seorang Psikolog Harvard University Amerika pada tahun 1984 mengemukakan gagasan tentang kecerdasan yang lebih dikenal sebagai Multiple Intellegent (Kecerdasan Jamak). Bahwa seseorang dikatakan memiliki kecerdasan bukan hanya dilihat dari kemampuan kognitifnya saja dalam bentuk angka-angka akan tetapi dilihat dari beberapa aspek, yaitu kecerdasan spasial-visual (menggambar), kecerdasan kinestetik, kecerdasan logis matematik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan linguistik, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan musikal.
Dari teori yang dikemukan oleh Howard Gardner tersebut, jika ada siswa yang mahir bermain alat musik seperti gitar atau piano maka siswa tersebut dapatlah dikatakan sebagai siswa yang memiliki kecerdasan musikal. Jika ada siswa dapat menggambar sebuah pemandangan yang indah, maka siswa tersebut dapatlah dikatakan sebagai siswa yang memiliki kecerdasan spasial-visual. Jika ada siswa yang mampu memerankan seorang tokoh dalam sebuah sandiwara, maka siswa tersebut dapat dikatakan memiliki kecerdasan kinestetik.
Jadi dengan teori Multiple Intellegeni, tidak ada siswa yang bodoh, bisa dikatakan semua siswa di dalam kelas adalah siswa pintar. Tugas sekolah dalam hal ini guru sebagai pengajar dan pendidik, haruslah dapat menggali kecerdasan dalam diri siswa, karena setiap siswa pasti mempunyai minimal satu kecerdasan sebagaimana disebutkan dalam teori Multiple Intelligent. Dengan memperbanyak kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, akan makin tergali potensi kecerdasan yang dimiliki siswa. Seperti sekolah hendaknya mengadakan kegiatan latihan alat musik di luar jam pelajaran seperti belajar menggunakan alat musik paino, angklung, degung, yang akan meningkatkan kecerdasan musikal siswa.
Juga sangat bagus jika di sekolah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler dalam bidang olah raga seperti bola voli, bola basket, bela diri yang akan meningkatkan kecerdasan kinestetik siswa. Selain itu ekstra kurikuler seperti paskibra, pramuka, dan unit kesehatan siswa juga sangat bagus dalam menggali kecerdasan interpersonal, linguistik, dan naturalis siswa.