Oleh : Moch Zainuddin Qomari
Hajat besar muhammadiyah telah usai, pemimpin baru muhammadiyah sudah terpilih, namun kenangan indah tentang meriahnya muktamar ke 48 masih terasa. Tak terkecuali para penggembira yang ikut hadir dan memeriahkan hajat 5 tahunan untuk menentukan arah organisasi besar di indonesia ini untuk melangkah
Tentunya ketika kita berbicara tentang penggembira muktamar kita akan melihat ayahanda, ibunda, kakanda, ayunda dan adinda kita dari ranting cabang daerah muhammadiyah yang dengan seragam muhammadiyah sesuai daerah masing masing hadir dan berjalan mengikuti arahan untuk menempatkan diri tempat yang sudah ditentukan.
Tulisan ini saya buat untuk mengenang betapa luar biasanya para penggembira yang hadir di muktamar muhammadiyah dan aisyiyah pada beberapa hari yang lalu, mereka penggembira muktamar itu tidak punya hak suara, tidak punya hak bicara, yang ada hanya hak untuk bergimbara dan itu sangat terasa ketika saya bertemu salah satu penggembira asal rembang jawa tengah. Seorang ibu yang mungkin usianya sudah seusia ibu saya namun semangat untuk mengikuti acara muktamar sangat membuat saya takjub dan terharu karena diusia tersebut beliau masih semangat untuk mensyiarkan dakwah muhammadiyah.
Cerita satu mobil dengan penggembira
Siang itu sebelum saya melanjutkan kegiatan ke yogya , tiba tiba ada yang mengetuk pintu mobil saya dan bertanya
mas apakah bagian belakang masih kosong ?,
oo iya pak, bapak mau kemana? Tanya balik saya.
Saya mau menumpang mas bersama ibu aisyiyah yang lain menuju ke bis.
Oo boleh pak silahkan.
Nah waktu itu ketika saya dan rombongan bapak ibu muhammadiyah dan aisyiyah sudah satu mobil kita mulai saling bercerita dan beliau menyampaikan terimakasih kepada saya dan menyampaikan asal darimana dan ingin ke bis namun jalan dari tjolomadu ke tempat parkiran bus cukup jauh jadi ikut menumpang.
Dan setelah selesai mengantar saya merenung, ternyata semangat ayahanda dan ibunda kita di muhammadiyah aisyiyah dalam memeriahkan acara muktamar ini sangat besar, malulah kita yang masih usia muda kadang baru di terpa masalah sedikit di organisasi sering merasa sudah capek dan tidak kuat.
Walaupun mereka tidak memiliki hak yang penuh seperti peserta muktamar, ayahanda dan ibunda kita masih tetap bergembira dan bahkan ikut menikmati suasana yang di sediakan oleh panitia muktamar. Ya walaupun rasa lelah karena kondisi kesehata sudah dirasakan namun jiwa bermuhammadiyah sudah sangat melekat dihati dan perbuatan untuk selalu berjuang di muhammadiyah dan itu yang mungkin bisa kita contoh.**