EdukasiNasionalOpiniSekolah

Membangun Apersepsi Siswa Secara Komunikatif

Oleh : H. Nunu Anugrah P, S.Pd.,S.T.,M.Pd.I*

Lima belas menit pertama sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Jika guru dapat memulai mengajar dengan baik dan menarik di awal pertemuan, maka selanjutnya dapatlah dipastikan bahwa guru tersebut dapat mengajar dengan baik. Namun sebaliknya jika seorang guru gagal menyajikan proses pemnbejaran yang menarik di awal pertemuan, maka kemungkinan besar siswa tidak akan antusias mengikuti pembelajaran.

Di awal pertemuan sudah seharusnya guru melakukan apersepsi terhadap siswa. Sebelum mengetahui pengertian apersepsi penulis akan menjelaskan pengertian persepsi.

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Desiderato dalam Jalaludin Rakhmat, 1999:51). Dengan kata lain persepsi adalah pemaknaan terhadap sesuatu oleh seseorang tentang apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Sedangkan apersepsi adalah lawan dari persepsi.

Baca juga :  Menakar Orang-Orang Penting Di Muhammadiyah

Sebelum memulai pembelajaran (apalagi di jam pertama) para siswa memiliki persepsi yang beragam. Ada yang memiliki persepsi tentang jalanan menuju sekolah yang macet, ada yang memiliki persepsi tentang sarapan pagi yang enak, ada yang memiliki persepsi tentang orangtuanya yang baik hati, yang selalu memberi uang jajan lebih, dan sebagainya.

Tugas guru lah untuk membuat apersepsi siswa, yaitu menghilangkan persepsi siswa yang beragam sebelum memasuki ke materi inti dengan persepsi baru yaitu materi yang akan dipelajari.

Untuk dapat melakukan apersepsi secara komunikatif, seorang guru hendaknya memiliki frame of reference (bingkai pengetahuan) yang sama dengan siswa. Misalnya seorang Guru Bahasa Inggris harus berusaha memahami pengetahuan siswa melalui kebiasaanya sehari-hari.

Baca juga :  Memaknai Ulang Ijtihad Muhammadiyah dan Politik

Alangkah baiknnya jika seorang guru juga sesekali menonton sinetron televisi yang sering ditonton para siswa. Sehingga ketika guru melakukan apersepsi dia dapat menceritakan sekilas tokoh tokoh dalam sinetron itu.

Seorang Guru Bahasa Inggris dapat menjelaskan dengan memberi arti dalam Bahasa Inggris karakter pemeran protagonis dalam sinetron seperti baik hati, suka menolong, ramah. Demikian juga sebaliknya dapat menjelaskan dengan memberi arti dalam Bahasa Inggris karakter pemeran antagonis seperti sombong, jahat, cerewet, dan sebagainya.

Menyampaikan field of experience (sekumpulan pengalaman) yang sama oleh guru kepada siswa, dapat membuat proses apersepsi menjadi komunikatif.

Seorang guru bisa saja menceritakan pengalaman tentang kesulitan-kesulitan mempelajari materi pelajaran ketika dahulu menjadi siswa. Pengalaman tersebut disampaikan dengan tujuan barangkali saja ada siswa mengalami hal serupa. Jika ada siswa ada yang mengalami hal serupa dengan pengalaman gurunya, maka siswa tersebut akan menyimak penjelasan gurunya.

Baca juga :  Peletakan Batu Pertama Pondok Pesantren al Falah Muhammadiyah Boarding School (MBS) Gunem

Dengan menjelaskan frame of reference dan field of experience yang sama antara guru dan siswa, maka dalam proses di awal pembelajaran (apersepsi), siswa akan tertarik dan antusias menyimak dan memperhatikan apa yang dijelaskan oleh seorang guru.

Jika di awal pertemuan dalam pembelajaran sudah berlangsung menarik, maka selanjutnya ketika memasuki materi inti dalam pembelajaran para siswa pun akan merasa senang dan antusias mengikuti proses pembelajaran sampai akhir. Selamat mencoba!

*Ketua PCM Pabuaran & Guru TIK MTs Negeri 9 Cirebon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *