Oleh Achmad Hilal Madjdi (Waka PDM Kudus)
Catatan akademik menarik dinamika Muhammadiyah Kudus dituliskan oleh Herry Purnomo, mahasiswa jurusan Perbandingan Agama Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dalam skripsi yang ditulisnya tahun 2014 itu Herry menyebut peran para pionir muda dalam “membawa” Muhammadiyah ke Kudus yg mereka awali dengan “persentuhan” dengan komunitas di luar Kudus dalam aktivitas dakwah dan atau perdagangan yang mereka jalankan. Persentuhan itulah yang kemudian membuka wacana luas tentang Al-Islam dan pergerakannya dalam konteks perjuangan menuju Indonesia merdeka.
Ada tiga kata kunci menarik dari aktivitas para pemuda, yaitu membuka wacana luas, berdakwah dan atau berdagang serta pergerakan Indonesia merdeka. Diyakini belum pernah bertemu langsung dengan KHA. Dahlan saat awal mereka bergerak, apa yang mereka lakukan dengan tiga kerangka pokok tersebut sudah menunjukkan track dan arah yang secara kualitatif memiliki korelasi yang signifikan dengan gerakan KHA. Dahlan. Signifikansi inilah yang menjadi kerangka pokok penting bagi sukses dakwah Muhammadiyah hingga saat ini.
Sisi menarik ini, bahwa signifikansi kerangka pokok dakwah KHA.Dahlan dengan gerakan aktivis Muhammadiyah, perlu menjadi pendekatan utama. Tentu saja pendekatan ini bisa dijabarkan secara strategis, metodologis dan teknis sesuai dengan konteks tempat dan waktu.
Boosting AMM
Gerakan pemuda pada proses historis masuknya Muhammadiyah ke Kudus dalam konteks tempat dan waktu saat itu bisa saja direkonstruksi dengan konten-konten modifikasi pergerakan. Sebagai salah satu contoh, modus pergerakan menuju Indonesia merdeka bisa saja diupgrade menjadi pergerakan menuju Indonesia maju dan unggul dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Contoh lain, pola perdagangan dan dakwah dengan berkeliling Nusantara secara fisik atau “head to head” bisa saja diperbaharui dengan berdagang dan dakwah dengan semua moda kekinian dengan memanfaatkan teknologi IT, dan seterusnya. Kata kuncinya adalah pengembangan dan peningkatan, mulai dari “mindset” dan tindakan.
Dalam berbagai kajian dan diskusi tentang dinamika pergerakan sosial, kebangsaan dan kenegaraan, ada beberapa aktivitas penting yang perlu dilakukan. Yang pertama adalah komunikasi atau interaksi dengan berbagai pihak. Aktivitas ini, dalam berbagai referensi diyakini mampu membuka dan mengembangkan wacana atau literasi-literasi kehidupan.
Yang ke dua adalah kolaborasi, memperluas jaringan. Kerangka kerja kolaboratif tentu bisa diposisikan dalam konteks “kader bertebaran di mana-mana dan ke mana-mana”. Dalam program Muktamar 48, aktivitas ini populer dengan diaspora kader yang perlu diterjemahkan dengan tepat dengan kerangka berpikir membesarkan Muhammadiyah dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik, kebangsaan dan kenegaraan di Republik tercinta.
Aktivitas-aktivitas ini dibutuhkan tidak saja untuk meningkatkan moderasi dalam segala aspek kehidupan, tetapi juga untuk melandaskan kader menjalankan prinsip “rahmatan lil ‘alamin” dan ‘anfauhum linnas”. Ke sanalah sebaiknya orientasi gerakan AMM. Atau ke sanalah sebaiknya AMM “diboosting” karena kader-kader sebelah sudah melakukannya. Terlebih lagi, karena Muhammadiyah milik ummat, bukan milik komunitas atau paham politik tertentu.