Muriamu id, Kudus – Madrasah Diniyah merupakan salah satu bentuk pendidikan keagamaan non formal. Lembaga pendidikan ini telah eksis sejak puluhan tahun lalu, menjadi solusi bagi minimnya pendidikan agama yang ada di sekolah formal.
Salah satu Madrasah Diniyah yang masih eksis di Kudus adalah Madrasah Diniyah Muhammadiyah Bae. Madrasah Diniyah ini dikelola oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah Bae Kabupaten Kudus. Madin ini memiliki sekitar 140 siswa dan 20 orang guru.
Jumat (14/10) sore, Madin Muhammadiyah Bae mengadakan silaturrahmi dengan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Bae, wali murid dan sesepuh Muhammadiyah Bae di Masjid Baitussalam Bae. Aulia Uswatun Nisa, Kepala Madrasah Diniyah memaparkan beberapa laporan dari hal keuangan hingga dinamika yang dihadapi Madin.
Dinamika itu diantaranya aktivitas sekolah formal yang semakin padat sehingga keberangkatan murid madin tidak maksimal, guru madin yang memiliki pekerjaan utama di pagi hari sehingga tidak bisa full time mengajar, hingga masalah biaya dan sarana prasarana.
“Sumber pemasukan utama kita, selain dari syahriyah, alhamdulillah disubsidi Pimpinan Ranting Muhammadiyah dan Pimpinan Ranting Aisyiyah Bae.” Papar Aulia.
Selain laporan, disampaikan juga program pengembangan Madin, salah satunya rencana program Umroh guru Madin. Terkait dengan program ini, biaya umroh dialokasikan dari bisyaroh guru dan secara teknis dengan tidak mengambil honor guru selama mengajar.
“Dengan hitungan honor atau bisyaroh yang sebesar 100 hingga paling banyak kurang dari 200 ribu perbulan, insya Allah tidak diambil dan ditabung hingga memenuhi ongkos berangkat umroh. Kalau dihitung rata-rata 150 ribu perbulan, maka dibutuhkan waktu kira-kira 17 tahun mengajar dan tidak menerima honor dapat berangkat umroh ke Tanah Suci.” jelasnya.
Dalam dialog itu diperoleh kesepakatan, untuk mempercepat agenda ini dapat disiasati dengan cara honor seluruh guru dalam sebulan tidak diambil dan ditabungkan di bendahara.
“Honor sebulan total sekitar 3 juta rupiah, dan selama 10 bulan berjalan akan memberangkatkan satu guru ke Tanah Suci secara silih berganti hingga ke semua guru berangkat semua.” jelas Heri Iskandar, Ketua PRM Bae menyampaikan solusi yang disepakati.
“Untuk gelombang pertama ini yang berangkat adalah guru yang paling lama masa pengabdiannya. Saya ingat beliau adalah guru saya di Madin dahulu dan pengabdiannya sudah 30 tahun lebih. Dan nanti akan bergantian sesuai masa pengabdian dan usia.” tambah Heri.
“Saya terenyuh mendengarnya, niat kuat dan besar untuk ke Baitullah semua segera terwujud dan semoga kelak ketika umroh mendapat maqbullah dan mabruroh untuk ibadahnya. Semoga dimudahkan dan dilancarkan.” tutupnya.
Redaktur: Sam