Oleh : Heri Iskandar
Gadis Kretek, sebuah judul Novel karya Ratih Kumala, yang menjadi salah satu karya novel yang diterbitkan di beberapa negara seperti Jerman, Inggris, Arab, Philipina , Thailand dan sebagainya, novel ini sekarang akan rilis menjadi film serial televisi di Netflix.
Bintangnya pun aktris kenamaan seperti Dian Sastro, Putri Marino, Arya Saloka, Ario Bayu dan sebagainya.
Karena saking populernya maka dirilis menjadi serial televisi berbayar, kisah dan ceritanya panjang yang di tulis di novelnya menjadi ratusan halaman.
Saya mencoba mengungkap karena penasaran ada kata kretek yang terkenal itu, apakah ada korelasi antara kota kretek dengan cerita itu.
Membaca sinopsisnya saya dapat mengerti bahwa ini adalah cerita drama yang penulisnya menyebutkan penggambaran tempatnya berlatar belakang budaya masa lalu dan di sebagian kota kretek, dan salah satu penggalan kata pilihanya ada kata-kata “gombal mukiyo” yang tak asing saya sering dengar diucapkan oleh orang Kudus.
Sedikit saya bedah dari sisi sejarah asal muasal sebutan kretek itu.
Kota kretek, inilah sebutan untuk kota Kudus, dengan sebutan ini semua tahu dimana letak kota ini, dan diantara sebutan lain yang melekat adalah, Menara Kudus, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Jenang Kudus.
Sebutan kota kretek melegenda bukan karena orang kudus yang suka merokok tapi ada cerita sejarah dibalik itu.
Kota kretek, disematkan oleh para tokoh kemerdekaan waktu itu dimana nama besar kretek berhubungan dalam mendukung perjuangan kemerdekaan, dikisahkan ketika awal berdirinya negeri tercinta ini salah satu sang legenda rokok kretek kudus yaitu pemilik rokok merk Ball Tiga, Niti Semito banyak membantu dalam perjuangan kemerdekaan dengan mendukung usaha-usaha kemerdekaan dengan cara mempersilahkan salah ratu rumahnya sebagai tempat bermusyawarah para pejuang untuk menyusun kemerdekan negeri ini, dan atas usahanya dalam mensponsori pejuang kemerdekaan dengan dana dan sumbangsih pemikiranya.
Karena sering berinteraksi tersebut maka nama Kudus kota kretek disematkan para pejuang negeri ini sebagai salah satu pengingat legenda dari boss rokok kretek dari kota Kudus.
Dalam cerita istri saya ketika menulis sejarah berdirinya Rokok Kretek dengan Nara sumber dari seorang walimuridnya yang bernama ibu Epriliana Nuraini, cucu dari legenda rokok Kudus yaitu Niti Semito, bercerita banyak tentang perjuangan dan kisah kehidupan kakeknya, dan kebetulan ibu Epriliana ini adalah salah satu pewaris tempat tinggal dari pendiri rokok Ball Tiga yang terletak sebelah jembatan Niti Semito di Jalan Sunan Kudus.
Di rumah inilah masih tersimpan benda- benda peninggalan dan perjuangan dan kejayaan rokok kretek tersebut.
Kretek atau rokok kretek dahulu pertama kali dipopulerkan oleh Bpk Djamari, berawal dari mengoleskan minyak cengkeh pada dada ketika sakit, setelah diolesi minyak cengkeh sakitnya kemudian reda, setelah itu ia bereksperimen untuk mencacah cengkeh dan daun tembakau kemudian di linting di daun tongkol jagung, atau dinamakan klobot, dan dari eksperimen ini berhasil meredakan sakit sesak yang dialaminya, selanjutnya ia mewartakan kabar ini kepada saudara teman dan orang lain bahwa ia berhasil membuat rokok yang berguna untuk menyembuhkan sesak nafas dan asma.
karena bunyi suara rokok ini sangat keras seperti suara tembakau dan cengkih terbakar yang menghasilkan suara kretek-kretek maka dikenalah dengan sebutan rokok kretek.
Sejarah panjang menyebutkan bahwa rokok sendiri sudah ada sejak masa lalu waktu kerajaan-kerajaan di Nusantara telah ada, namun hanya kalangan tertentu yang dapat menikmatinya dikarenakan tembakau sendiri sulit untuk didapatkan karena masih mendatangkan dari luar negeri, kemudian zaman kolonial ketikan masa pendudukan VOC di Nusantara dengan membawa bibit tembakau dan bibit perkebunan lainya untuk ditanam di Nusantara sebagai komoditi perdagangan dunia.
Dengan tanah dan kondisi geografis yang terletak di garis khatulistiwa dan beriklim tropis yang cocok untuk semua tanaman dan rempah-rempah komoditi dunia, maka dari sinilah berkembang pesat semua hasil komoditas tersebut dan diantara komoditi yang cepat berkembang itu adalah tembakau dan cengkih, yang menjadi dasar pembuatan rokok hingga sekarang ini.
Dari sinilah perkembangan rokok dimulai, dan mengalami masa kejayaannya di Indonesia pada awal tahun 1900 an.
Namun karena rokok belum populer kala itu dan penemuan rokok kretek oleh Djamari menjadi populer selanjutnya menjadi cikal bakal disebutkannya rokok kretek.
Penulusuran tentang siapa itu Djamari pun belum terungkap dimana rumah dan keturunannya, ini berdasar dari cerita pengamat tembakau dan pemerhati budaya Kudus, Bpk Hasan Aoni, waktu saya berkunjung dirumahnya di Purworejo Bae Kudus.
Dalam sepenggal sejarah yang berkembang dimasyarakat, Djamari adalah pendatang dari kota Pekalongan yang mana menetap di kota Kudus setelah keluarga besarnya pindah dikota ini, kabarnya beliau berdagang kain hasil produksi dari kota pekalongan untuk dijual kembali ke kota-kota lain.
Kabar rokok kretek ini kemudian tersiar ke seluruh penjuru daerah, kemudian rokok ini diproduksi secara masal dan berkembang ke seluruh Nusantara.
Karena bahan baku yang mudah di dapat maka perkembangan kretek ini semakin membesar, ada yang membuatnya sendiri dengan cara tingwe, atau di linting sendiri atau membeli dari warung bahan-bahannya kemudian diracik dan jadilah sebatang rokok.
Kalau tidak mau repot membuat sendiri maka dapat dibeli di warung atau kios-kios rokok tersekat.
Dari sinilah kemudian rokok kretek dikenal masyarakat terutama orang kota, dan kemudian permintaan pasar sangat tinggi maka dari keluarga besar Niti Semito mendirikan pabrik sebagai produsen kretek.
Waktu itupun banyak produsen-produsen rokok kelas rumahan namun karena Niti Semito ini memiliki trik yang luar biasa untuk mempromosikannya maka kretek merk ball tiga ini cepat terkenal dan mendunia.
Diantara trik promosinya adalah dengan menyebarkan brosur lewat udara dengan pesawat, atau mensopnsori pertunjukan-pertunjukan atau pasar malam dan memberikan promosi tukar bungkus rokok dengan beberapa sovenir yang menarik, dan masih banyak lagi cara-cara sponsor yang lainnya.
Inilah kemudian rokok kretek cepat terkenal dan disematkan menjadi legenda rokok kretek dari Kudus, karena produsennya dari Kudus.
Setelah kretek maju pesat kemudian berkembanglah rokok filter dan cerutu hingga sekarang kita dengan mudah menemukanya di toko kecil maupun modern.
Kata perokok teman saya menikmati sebatang kretek itu bagaikan merasakan kenikmatan di setiap hisapanya yang membawa ketenangan dan kesenangan.
Bagi saya yang bukan ahli hisap, tidak akan dapat menemukan kesenangan atau ketenangan di sebatang rokok, hanya akan menemukan bekas bau asap yang tertinggal di baju.
Kretek sudah menjadi sejarah yang melekat oleh banyak orang untuk menjuluki kota Kudus.
Bahkan saking lekatnya setiap disebut kretek pasti akan teringat kota ini.
Itulah sepenggal legenda kretek dari Kudus yang nanti akan semakin terkenal kepopulerannya lewat serial televisi Netflix.