Oleh: Afif Khuswanto, SHI
Guru SD Muhammadiyah 22 Surabaya dan Skretaris Muhammadiyah Ranting Masangan Wetan Sukodono
Manusia diciptakan oleh Allah swt. yang paling sempurna yang mana dalam penciptaan manusia tersebut ada tujuannya yaitu untuk dijadikan sebagai khalifah di bumi dan beribadah kepadanya. Walaupun dalam penciptaan manusia tersebut ada sanggahan dari malaikat, seperti yang dijelaskan dalam Al- Qur’an surat Al Baqarah ayat 30 yang artinya:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Dari ayat tersebut diatas bisa dikatakan bahwa ada ketakutan yang mendalam dari malaikat dengan perihal penciptaan manusia. Yang mana manusia nanti mala akan melakukan kerusakan di bumi. Padahal menurut malaikat masih ada saya “malaikat” yang sangat taat dan patuh dan juga selalu berdzikir siang malam pada Allah Swt.
Tidak hanya itu saja ketika proses penciptaan sudah selesai maka, Allah Swt. memerintakan malaikat dan iblis untuk bersujud kepadanya “nabi adam as” sebagai perwujudan manusia pertama. Perintah bersujud tersebut dijelaskan dalam Al Quran QS. Al-Baqarah ayat 34 yang artinya:
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”
Dalam perintah bersujud tersebut ada penolakan dariIblis. Iblis dengan sombongnya mengatakan apakah tidak lebih baik dari aku kata iblis karena aku diciptakan dari api, sedangkan manusia diciptakan dari tanah. Aggapan iblis bahwa api itu lebih baik dari tanah. Sifat sombong dari iblis berdampak terusir dari surga dan mala nanti diakhirat dimasukan ke neraka jahanam untuk selama lamanya.
Berdasarkan penjelasan diatas menurut penulis bahwa sifat sombong itu hanya dimiliki oleh Allah Swt. Karena yang allah lah yang menciptakan dan yang menguasai seluruh alam raya beserta isinya. Untuk itu manusia tidak dibenarkan memiliki sifat sombong karena kesombongan adalah termasuk tirai penghalang masuk surga sesuai dengan Al-Qur’an surat Al A’raf ayat 13.
Kesempurnaan Manusia
Manusia sendiri diciptakan dengan kesempurnaan daripada makhluk ciptaan yang lainnya. Hal ini dijelaskan dalam Al Quran surat At Tiin ayat 4 yang artinya:
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Dalam tafsir ringkas kemenag RI dijekaskan bahwa sungguh, Kami telah menciptakan manusia itu dalam bentuk fisik yang sebaik-baiknya, jauh lebih sempurna daripada makhluk lainnya. Kami juga bekali mereka dengan akal dan sifat-sifat yang unggul. Dengan kelebihan-kelebihan itulah Kami amanati manusia sebagai khalifah di bumi.
Dalam tubuh manusia terdapat akal, hati, nafsu. Berbeda dengan malaikat diciptakan hanya mempunyai akal. Sedangkan, hewan diciptakan hanya punya nafsu saja. Akan tetapi, dalam kegunaanya antara akal manusia dengan malaikat sangat berbeda. Dimana akal manusia bersifat dinamis fluktuatif, sedangkan malaikat bersifat statis. Maksudnya adalah malaikat hanya berdzikir dan beribadah saja, tidak perluh makan atau tidur.
Sedangkan manusia akalnya bersifat dinamis. Oleh karena itu kedinamisan akal manusia bisa dijadikan tolak ukur atas keimanan dan ketaqwaan manusia itu sendiri. Akal manusia juga dijadikan sebagai penyeimbang antara nafsu dan hati manusia.
Dalam surat Asy Syam ayat 8 yang artinya:
“Setelah menyempurnakan ciptaan jiwa itu maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya”.
Jiwa manusia laksana wadah bagi nilai-nilai yang diembannya. Jiwa bisa menjadi baik atau buruk tergantung nilai mana yang manusia pilih dan aktualisasikan. Untuk itu jika dalam tingkah laku manusia yang dominan adalah nafsu atau fujuraha (kejelekan) maka, akan mendapatkan balasan neraka. Dan ketika yang dominan adalah perbuatan baik maka, balasannya adalah surga.
Dalam Al Quran surat At Tiin ayat 5 yang artinya:
“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, yaitu ke neraka, bila mereka durhaka kepada Allah dan tidak menaati utusan-Nya”.
Bahwa balasan yang diterima manusia itu tergantung amal perbuatannya sendiri. Untuk itu kita semua harus berupaya menjadi hambah yang selalu takut akan siksa Allah Swt.