Oleh H. Sya’udin
Memimpin adalah memberi keteladanan yaitu memberikan bukti apa yang di ucapkan dengan yang dikerjakan . Bagi warga Muhammadiyah role model kepemimpinan adalah diri Nabi Muhammad SAW sebagaimana di firmankan Qs. Al Ahzab ayat 21 yang berbunyi ” Sungguh telah ada pada ( diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu ( yaitu ) bagi orang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan ) hari akhir dan dia banyak menyebut Allah ” bahkan para tokoh pendahulupun telah memberikan contoh dan arti pentingnya kepemimpinan keteladanan dalam kehidupan ber-Muhammadiyah , berbangsa dan bernegara. Sebut saja KH. Ahmad Dahlan, Mas Mansyur, AR Fachruddin, Azhar Basyir, Syafii Maarif dan tokoh-tokoh pendahulu lainya termasuk tokoh di tingkat daerah serta desa yang telah memberikan banyak legacynya dengan bukti nyata dengan banyak dan berkembangnya anggota serta amal usaha yang ada dilingkungannya masing –masing.
Banyak masyarakat yang tertarik menjadi warga Muhammadiyah karena ada contoh dari para pemimpin dan para tokohnya.
Di Kudus misalnya setidaknya sebelum tahun 2000 ketika ada kegiatan pengajian ataupun kegiatan yang mendatangkan pimpinan / mubaligh dari pusat selalu melibatkan semua warga bahkan kaderisasi dari rumahpun tumbuh dan sangat diperhatikan. Para pimpinan / mubaligh yang datang ke Kudus, sudah dapat dipastikan mereka selalu ditempatkan dirumah warga Muhammadiyah. Mereka tidur, makan, sholat berjamaah, berdialog dan bercengkrama dengan keluarga bahkan saling memberi motivasi dan menguatkan akan pentingnya beramal dan kaderisasi dalam Muhammadiyah. Bahkan tidak jarang bagi para pimpinan / mubaligh tidak mau menerima bisyaroh bahkan menitipkan kembali infaqnya ke panti asuhan atau diberikan kembali pimpinan setempat untuk memotivasi kegiatan di daerah yang dikunjunginya.
Sekelumit peristiwa diatas tenyata mampu memberikan keteladanan yang menggerakkan bagi para warga, kader dan pimpinan di daerah masing-masing . Bagi yang diberi amanat menjadi Pimpinan akan berusaha memastikan bahwa keteladanan harus dimulai dari diri, keluarga dan kemudian berlanjut pada lingkunganya masing-masing.
Dan ketika ada hasil survey dikatakan perkembangan anggota Muhammadiyah terjadi penurunan sesungguhnya adalah hal yang wajar bila kita mau dan berani melakukan muhasabah dengan melihat banyak fenomena yang terjadi di persyarikatan saat ini diantaranya;
1.Para warga dan masyarakat mulai tidak tertarik dengan amal usaha Muhammadiyah yang monotun/ stagnan dan tidak ada lagi kreativitas, inovasi bahkan pembaharuan
2.Para pimpinannya mulai tidak tertarik melakukan refleksi diri / amalan intiqod sebagai instrument evaluasi diri Internal dan lebih tertarik mengkritik dan menyalahkan pihak yang di pimpinnya dan pihak luar
3. Para pimpinanya tidak memprioritaskan pentingnya tatakelo persyarikatan yang baik dan amanah dengan melakukan pembinaan, pendampingan, pengawasan secara kontinyu dan berkelanjutan serta pemberian hadiah/Hukuman secara professional.
4.Para pimpinanya tidak memprioritaskan pentingnya kaderisasi dan kepastian jenjang karir khususnya di aum yang “besar dan basah ” dan lebih mementingkan kenyamanan
5.Para pimpinannya sibuk dengan dirinya sendiri membiarkan dirinya rangkap jabatan dan larut dengan konflik kepentingan
6.Para pimpinan/mubaligh lebih banyak mementingkan bernarasi diluar dari pada ber aksi / memberi keteladanan di keluarga dan dingkungannya.
Dan akhirnya persyarikatan Muhammadiyah bisa kembali memberikan keberkahan untuk semua sebagaimana matahari, bila warga dan khususnya para pimpinan mau dan berani kembali kepada yang telah diteladankan oleh Rasulullah dan para tokoh pendahulu persyarikatan yang selalu bersemangat untuk MEMBERI bukan MENCARI.