Oleh Heri Iskandar*
Membaca tulisan weblog PWMU.co yang ditulis tahun lalu mengenai kepemipinan di Muhammadiyah menyebutkan bahwa Muhammadiyah memliki konsep kepemipinan kolektif kolegial, dimana ketua tidak mendominasi atas yang yang lain baik itu dalam manajemen keputusan, kebijakan dalam mengendalikan organisasi, kebalikan dari konsep kepemipinan ini adalah kepemipinan tunggal dimana semua kebijakan aturan serta jalanya oraganisasi di pegang oleh satu orang.
Kepemimpinan kolektif kolegial melibatkan beberapa pihak yang berkepentingan dalam mengeluarkan keputusan atau kebijakan melalui mekanisme yang ditempuh antara lain dengan musyawarah mufakat atau pemungutan suara, dan mengedepankan semangat keberasamaan.
Konsep ini mengedepankan kemaslahatan umat dan membawa organisasi sesuai koridor dari AD&ART yang telah dibakukan untuk mencapai tujuan.
Konsep ini pula harus diterapkan oleh pimpinan secara struktural mulai dari tingkat pimpinan pusat hingga tingkat ranting yang berada paling bawah dalam struktur organisasi.
Sebenarnya pemimpin terbaik adalah pemimpin yang terbentuk dari seseorang atau beberapa orang dalam persyarikatan yang melakukan peranan yang lebih aktif dari warga yang lain, sehingga orang (beberapa orang) tersebut tampak lebih menonjol dari yang lain dan bisa memengaruhinya, dan biasanya para pemimpin di Muhammadiyah lahir dari perjuangan panjang dalam organisasi dan memiliki peran besar di lingkungan atau masyarakatnya dan bukan dari kampanye atau terlihat matang secara instan.
Para pemimpin terbaik inilah yang menjadi satu wadah dalam persyarikatan yang kita sebut Pimpinan
Ditingkat pusat hingga daerah sering kita menemukan pimpinan itu terdiri dari ahli fikih, ekonomi, kependidikan, kesehatan, dakwah, dan lainya sebagai kesatuan kepemimpinan kolektif kolegial yang mencerminkan bentuk organisasi Islam yang solutif dan adaptif di masyarakat.
Untuk ditingkat ranting karena cakupan masyarakatnya bisa jadi masyarakat yang homogen atau juga yang heterogen tergantung letak sosiologis dan geografis pimpinannya biasanya terdiri oleh orang-orang yang lebih faham agama, karena masyakat paling bawah biasanya memandang pemimpin organisasi agama adalah mereka yang bisa dimintai rujukan tentang pertanyaan agama atau lainya.
Peran pemimpin sangat penting di masing-masing lapisan struktur persyarikatan dengan ciri memiliki ahlak mulia, kuat, berani, dan mampu menjadi leader (untuk mempengaruhi orang lain) sehingga perilaku dan wataknya mencerminkan pribadi yang baik dan sejalan dengan perjuangan persyarikatan.
Para pemimpin yang muncul dari kader Muhammadiyah biasanya memiliki rekam jejak yang baik, dilihat dari kiprah perjuangannya dan teladan yang baik, serta konsisten dalam menebarkan kebaikan.
Ruh perjuangan di dalam Muhammadiyah itu mencetak para pemimpin memiliki ciri ikhlasun niyyah, niat ikhlas ber- Muhammadiyah untuk ibadah, dan memiliki itqanul ‘amal, beramal dengan profesional untuk mencapai kesempurnaan hasil yaitu dalam beramal hendaklah dengan niat ikhlas, bukan riya’ (karena ingin dilihat orang), dan menghindari sifat-sifat merusak, sombong, kasar, angkuh dan tidak patut.
Maka untuk menjadi pimpinan di Muhammadiyah itu dituntut memiliki sifat kebaikan pribadi yang menonjol, sifat-sifat terpuji, baik hati (nice, smiling, face, helpful), good looking dan selalu menjadi contoh tauladan.
Nabi Muhammad SAW. menjadi teladan dalam pribadi dan kepemimpinan yang memiliki sifat siddiq, amanah, tabligh, fathanah.
Siddiq. Pemimpin sejati selalu jujur, berkata benar, mengatakan kebenaran, membenarkan kebenaran (tasdiq), mengimani dan melaksanakan imannya.
Amanah. Dapat dipercaya (tidak sekadar menyampaikan amanat), jika diberikan tugas dapat dikerjakan dan diselesaikan dengan baik.
Tabligh adalah menyampaikan sesuatu dan mengenai sasaran, hal ini memerlukan ketrampilan dan kepandaian berbicara (kefasihan), keruntutan berbicara, dan keteraturan logika dan dikemas sesuai dengan kemampuan pendengar.
Fathanah. Pimpinan organisasi yang berkemajuan tentu juga harus pandai, cerdas, bijak, dalam hal ini seorang pemimpin harus selalu belajar, mengasah kemampuan agar mampu menghadirkan manfaat bagi lingkungan umat dan masyarakat.
Selanjutnya, memperbanyak kegiatan yang bermanfaat, baik bagi pimpinan maupun bagi masyarakat umum, karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.
Demikian kira-kira konsep kepemimpinan dan pemimpin dalam persyarikatan Muhammadiyah yang disarikan dari beberapa sumber, agar kita menjadi teladan serta menjadi manusia yang bermanfaat untuk lingkungan dan Persyarikatan.
*Penulis adalah Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Bae