Muriamu.id, Sleman – Keluarga Besar Muhammadiyah Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar
Syawalan pada Ahad (14/5) sekaligus ramah tamah antar para akademisi Muhammadiyah di
Kampus Biru -julukan UGM. Bertempat di Aula Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jl. Cik
Ditiro, No. 23 Yogyakarta, Syawalan juga diisi dengan diskusi panel yang menghadirkan Drs.
Mohammad Saleh Tjan dari Bidang Kaderisasi Komunitas MPK-SDI PP Muhammadiyah dan
Bapak Nurhadi, S.Sos., M.Si., Ph.D. dari Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah sekaligus
Dosen Fisipol UGM.
Memantik diskusi, Saleh Tjan menjelaskan gerakan berkemajuan itu adalah gerakan yang
moderat, artinya tidak ke kiri dan ke kanan, melainkan di tengah. Dari makna itulah, Muhammadiyah perlu mereformasi pengkaderan.
Ketua Fokal IMM DIY itu juga melihat ada banyak entitas seperti dosen, akademisi, dan
mahasiswa merupakan bagian dari Muhammadiyah, tetapi tidak terjaring pada pimpinan
persyarikatan. Keluarga Besar Muhammadiyah UGM bisa menjadi contoh bahwa ini dapat
menjadi ruang untuk bagi kader Muhammadiyah.
“Muhammadiyah di Perguruan Tinggi Negeri
perlu menjadi sebuah gerakan,” jelas Saleh.
Beranjak ke narasumber kedua, yaitu Nurhadi yang memaparkan jika pergerakan dari struktural
sudah jelas dari mahasiswa, dengan adanya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) UGM.
Sedangkan, untuk dosen dan tenaga kependidikan masih belum ada, namun sudah terbentuk
embrionya.
Nurhadi melihat teman-teman Muhammadiyah UGM sudah banyak, tetapi masih ada beberapa
yang malu mendeklarasikan dirinya sebagai Muhammadiyah. Tidak hanya itu, banyak juga
keluarga Muhammadiyah yang berelasi, tetapi masih terlepas. Maka dari itu, sangat perlu untuk
menjaring dan memperkuat relasi serta menggandeng mereka untuk menguatkan gerakan.
“Semangat altruisme juga menjaga kualitas dapat menjadi cara untuk tafsir kebangsaan
Muhammadiyah yang memiliki peran signifikan dalam merawat persatuan,” kata Nurhadi.
Usai diskusi panel, Syawalan dilanjutkan dengan sesi ramah tamah dari alumni IMM UGM yang
memberikan kesan dan pengalaman saat menjadi bagian di dalamnya. Mulai dari progres
perkembangan IMM UGM, hal – hal menarik, hingga pesan untuk IMM dan Keluarga Besar
Muhammadiyah UGM.
Seperti yang diungkapkan Luqman Satria Siambodo, salah satu alumni IMM UGM. “Secara
proses sudah cukup bagus, pada tahun 90an, hingga 2000an IMM sepet vakum. Setelah itu
aktif lagi hingga saat ini sudah cukup bagus. Bagian per bidang di IMM, terkait dengan lazismu
disinkronkan saja programnya. Kegiatan tersebut bisa disinkronkan dengan berbagai lembaga
Muhammadiyah yang lain. Dan juga mimpi 18 komisariat, satu komisariat satu fakultas semoga
bisa terwujud,” kata Luqman yang juga alumni Fakultas Teknik UGM.
Senada dengan Luqman, istrinya yang juga alumni UGM di Fakultas Psikologi, Lya Fahmi
berharap para kader IMM UGM semakin sering bersilaturahmi dengan para senior.
“Dahulu di tahun 2007, antara senior dengan junior sangat sungkan. Jadi, teman-teman harus
lebih mau kenalan ke atas, harapannya pada ramah tamah dan memang benar-benar ramah
tamah. Untuk evaluasi program tidak terlalu perlu untuk dievaluasi oleh orang luar. Lalu, pada
kegiatan syawalan ini dimanfaatkan momennya untuk mengenal satu sama lain, untuk menjalin
perkenalan lebih pribadi lebih membangun emosi pribadi,” tutur Lya yang sekarang berprofesi
sebagai Psikolog di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Syawalan ini tentunya sangat ramai dan meriah, sebab dihadiri oleh berbagai lapisan
akademisi, baik dosen, alumni, dan mahasiswa S1 maupun S2. Salah satu yang juga hadir
adalah Prof. Siti Chamamah Soeratno yang merupakan Ketua PP Aisyiyah 2000 – 2010
sekaligus Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UGM. (*)
Berita ini diterima dari Afghan Azka Falah (Keluarga Besar Muhammadiyah UGM)