Ditulis Oleh Iwan KC Setiawan : Dosen UNISA Yogyakara, Sekretaris KOKAM Nasional dan Anggota ICMI DIY
Editor : Arief Hartanto,
Ke Surakarta Kita Kembali. Muhammadiyah Surakarta (Solo) Kembali menjadi tuan Rumah Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke 48 pada 18-20 November 2022. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surakarta beberapa kali menjadi tuan rumah Muktamar Muhammadiyah. Yang pertama tahun 1929, kedua 1985 dan ketiga 2022.
Muhammadiyah Surakarta memiliki sejarah yang Panjang. Yang teristimewa Muhammadiyah Surakarta didirikan langsung oleh Kiai Dahlan, founder persyarikatan Muhammadiyah. Sehingga perjalanan Muhammadiyah Surakarta memiliki banyak warna yang tidak kalah dengan sejarah Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam menulis sejarah Muhammadiyah Surakarta, kita akan menemukan nama Haji Misbah, Kiai Muhtar Bukhori, Surono, penerbit AB Siti Syamsiah, Majalah ADIL, Majalah Al-Fatch yang memiliki kisah yang Panjang dan patut dituliskan. Selain itu, Surakarta di awal abad 20, berdiri Sarikat Dagang Islam ( SDI) yang kemudian menjadi Sarikat Islam ( IS) organisasi yang kemudian menjadi partai yang dipimpin Haji Omar Said Tjokroaminoto yang memiliki andil berdirinya Muhammadiyah di Surakarta.
Sejarah berdirinya Muhammadiyah Surakarta
Mengutip Buku Matahari Terbit di Kota Bengawan: Sejarah Awal Muhammadiyah Solo (2015), berdirinya Muhammadiyah Surakarta diawali dari inisasi pengajian atau kursus keislaman yang diadakan Sarekat Islam di Kampung Sewu, Kecamatan Jebres. Pengajian atau kursus ini sudah disiapkan di tahun 1913. Para inisiatornya adalah Muhammad Ngabehi Darsosasmito, M. Kromosigro dan Muhammad Ngabehi Parikrangkungan.
Para Pengurus ini akhirnya berhasil melaksanakan pengajian atau kursus keislaman di tahun 1914. Kursus ini dilaksanakan sebulan 2 kali. Guru ngajinya Haji Misbah, Kiai Asal Kauman, Kasunanan. Selain Haji Misbah, guru ngajinya adalah Raden Haji Adnan.
Dalam perkembangannya, banyak peserta pengajian yang bertanya tentang Agama Kristen, Agama, Budha, Teosofi dan bahkan ilmu kebatinan. Ternyata dalam hal ini Haji Misbah kurang menguasai ilmunya. Lalu Haji Misbah usul agar mengundang kiai berkemajuan pemimpin Muhammadiyah dari Yogyakarta.
Dibentuklah panitia penerimaan kedatangan Kiai Dahlan yang terdiri dari Haji Misbah, Darsosasmito, Harsolumakso, Parikrakungan, Sontohartono, M Sukarno dan M Sudiono. Tahun 1917 Kiai Dahlan datang ke Surakarta dan mengisi pengajian di rumah Harsolumakso di Keprabon Tengah.
Bukan hanya Kiai Dahlan yang datang ke Surakarta untuk mengisi pengajian yang dilaksanakan setiap pekan ini. Juga hadir Haji Fahrodin, Haji Hadjid dan Ki Bagus Hadikusumo. Dalam perjalanannya mereka sepakat mendirikan Muhammadiyah Cabang Surakarta.
Berdasarkan besluit yang diterbitkan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda No 81 tanggal 22 Agustus 1914 Muhammadiyah hanya boleh berdiri di Yogyakarta. Sehingga Muhammadiyah tidak boleh berdiri di Surakarta. Di tahun 1917 Kiai Dahlan memberi usul berdirinya organisasi Bernama Sidiq Tableg Amanat Vatonah ( SATV). Dasar tujuan SATV sama dengan Muhammadiyah.
Ketua SATV pertama dijabat oleh Haji Misbah dan Sekretaris Harsolumakso. Anggota pengurusnya adalah panitia penerimaan kedatangan Kiai Dahlan, ditambah M Abutajib, R Martodiharjo, RM Mangkutaruno M Wirjoyanjoyo dan yang paling muda Muchtar Bukhori yang saat itu belum disematkan gelar Kiai. Dalam perjalanannya Muhammadiyah boleh berdiri di luar Yogyakarta dan SATV berubah menjadi Muhammadiyah Surakarta pada tahun 1923 dengan ketua pertama Kiai Muhtar Bukhori. Secara formal SK pendirian Muhammadiyah Surakarta baru disahkan oleh Hoofdbestuur (HB) Muhammadiyah atau PP Muhammadiyah pada tahun 1928 dengan tanda tangan Ketua Muhammadiyan Kiai Ibrahim.