Oleh Abdul Ghofur
Melanjutkan tulisan Jelang Seabad Cabang Muhammadiyah Kudus, Siapa Layak Jadi Pimpinan? bagian pertama, untuk merumuskan diri dalam perkembangan sejarah sekarang, Muhammadiyah Kudus harus membuka diri terhadap orang-orang baru atau mungkin yang bukan berasal dari “struktur” untuk memberi penyegaran. Adanya “orang baru” ini tidak harus dilakukan dalam jabatan vital yang menentukan jalannya organisasi, tapi prinsipnya menyediakan saluran penyegaran untuk mendengar suara dari luar. Kalau terus sibuk di dalam saja akan timbul entropy, kehabisan energi untuk mengurusi soal-soal internal saja.
Pada bagian kedua ini, menurut saya ada beberapa nama yang patut dipertimbangkan oleh “struktur” pimpinan Muhammadiyah Kudus yang memiliki hak untuk mengusulkan, mengajukan atau memilih sebagai pilihan alternatif darah segar supaya gerak laju Muhammadiyah Kudus kedepan kian kencang, dinamis dan progresif.
Mari simak nama-nama berikut ini yang saya urutkan tanpa ada tendensi apapun, tak ayal hanya karena setelah saya urutkan berdasarkan abjad muncul sebagaimana berikut:
1. Abdur Rozaq, S.Pd.I, M.Pd.I
Tanpa perlu saya diskripsikan terlalu banyak, nama ini pasti tentu sudah dikenal karena merupakan Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Kudus dan juga seorang dosen di UMKU yang sedang proses menempuh Doktoral di UM Surakarta. Karena menduduki Ketua PDPM Kudus tentu beliau kapabilitas dalam menggerakan Angkatan Muda Muhammadiyah Kudus agar senantiasa berperan aktif dalam ruang-ruang dakwah kekinian.
2. Dr. Ahmad Zaini, Lc., M.S.I
Awal mengenal Ayahanda satu ini tentu tidak mengira jika beliau adalah seorang muslim karena memeliki paras yang oriental, tapi ternyata beliau lulusan Timur Tengah dan usut punya usut beliau juga putra dari kyai Muhammadiyah di daerah Cepu.
Sebelum menjadi Wakil Dekan I Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Kudus, Ahmad Zaini pernah menduduki sebagai Kaprodi Komunikasi Penyiaran Islam yang menurut hemat saya bisa membantu Muhammadiyah di Kudus untuk membangun pola komunikasi yang ideal baik secara institusi atau pribadi pimpinan.
3. Dr. Bonnix Hedy Maulana, SE. M.Si
Mas Bonnix sapaan akrabnya, ia telah menyelesaikan studi Doktoral beberapa waktu yang lalu, tentu jarang diketahui keberadaannya karena sering pulang pergi ke luar kota sebagai konsekuensi pekerjaannya di dunia NGO, tetapi beliau merupakan sekretaris LHKP PDM Kudus. Kenapa sangat perlu dipertimbangkan, karena menurut saya beliau sangat cakap dalam analisis kebijakan publik yang merupakan tugas Muhammadiyah sebagai civil society, selain itu jaringan beliau sangat luas, dimana nantinya bisa bermanfaat untuk Muhammadiyah serta bisa mendorong kader muda Muhammadiyah keluar dari zona nyaman dan kemudian mewarnai sektor NGO.
4. Budiarto, S.IP, M.Si
Ketua Forum Keluarga Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kabupaten Kudus (FOKAL IMM Kudus) ini memiliki semangat daya juang yang tinggi, Bersama istrinya yang juga seorang IMMawati selalu mendorong kader-kader agar berdikari. Tak tanggung-tanggung beliau bersedia memberi pinjaman dan meminjamkan lahan untuk dimanfaatkan. Figur semacam ini tentu layak karena selaras dengan semangat Muhammadiyah.
5. Budiyono, A.Md
Sosok ini tentu tidak perlu dinarasikan cukup banyak, karena sudah barang tentu masyarakat di Kabupaten Kudus khususnya wilayah kecamatan Undaan, Mejobo, Bae pasti mengenalnya. Mas Budiono yang saat ini mendapat amanat untuk berjuang dan berdakwah di DPRD Kudus bisa menjadi alternatif Muhammadiyah dalam kontribusi di ranah kebangsaan. Tidak banyak kader Muhammadiyah yang berani seperti beliau yang mau terjun ke politik, dunia yang dianggap kotor. Sebagaimana ucapan K.H Tafsir berdakwah di lingkungan yang sudah bersih itu biasa, tetapi berdakwah di lingkungan kotor baru luar biasa.
6. Deka Hendratmanto
Orang Kudus sudah tidak asing dengan beliau karena sering muncul di berbagai event yang diselenggarakan di Kudus yang bersponsor SUKUN. Tapi saya pribadi baru satu kali bertemu dengan Pimred Murianews.com dan Secretary PT Sukun Wartono Indonesia ini. Namun, obrolan cukup panjang dan pada moment itu beliau secara sadar atau tidak sadar menyampaikan bahwa beliau memperhatikan betul perkembangan Muhammadiyah dari waktu ke waktu, mengutarakan kekagumannya dan juga kekhawatiran terhadap Muhammadiyah Kudus. Jika beliau menjadi bagian struktural di Muhammadiyah Kudus rasanya akan mengembalikan romantisme Muhammadiyah dengan dunia kretek.
7. Jamaludin Kamal, S.Pd.I, M.Pd
Tanpa ragu dan tidak perlu ada perdebatan yang terlalu panjang, Mas Jamal adalah sosok guru muda inspiratif yang memiliki banyak ide kreatif serta dibarengi dengan spirit yang tidak ada habis-habis. Tidak terlalu berlebihan jika sosok Kepala Sekolah yang satu ini akan menjadi oase bagi Amal Usaha Muhammadiyah, wabil khusus AUM Pendidikan di Kudus kedepan.
8. Dr. Moh. In’ami, M.Ag
Bagi pembaca aktif bulletin sholat Jum’at jika diperhatikan seksama tentu tidak asing dengan nama Moh In’ami, dosen IAIN Kudus ini memang punya ketertarikan pada dunia literasi tak heran jika diamanahi menjadi Kepala UPT Bahasa IAIN Kudus. Alumni Gontor ini juga sangat menyemangati kader-kader IMM IAIN Kudus untuk aktif berdiskusi bahkan beliau bersemangat membersemai menyampaikan ilmunya untuk megawal kajian kitab secara rutin bagi IMMawan dan IMMawati IAIN Kudus.
9. K.H. Nadhif, S.Pd.I
Selain menjadi Direktur Ponpes Muhammadiyah Kudus dan Ketua Lazismu Kudus, beliau adalah sosok kyai muda Muhammadiyah yang sangat representatif, dengan tutur laku yang begitu lembut namun muatan dakwah menggelegar dan sangat kontekstual senantiasa saya dengar saat beliau mengisi khutbah Jum’at.
10. Noor Rahmat Sabarudin
Nama ini sangat asing ditelinga jamaah Muhammadiyah, tetapi dikalangan pegiat seni terutama Teater di Kudus bisa dibilang cukup diperhitungkan. Beliau sering dipanggil Bang Udin, salah satu inisiaotor berdirinya Teater Jasmerah yang merupakan wadah seni di lingkungan IMM Kudus, ketertarikan dengan seni nampaknya akan mampu membawa kita pada model dakwah masa lalu Muhammadiyah dan guna merespons kondisi kemanusiaan modern.
11. Nuruz Zaman
Kemudian ada Kang Zaman bapak muda yang energik satu ini mampu memecah suasana di saat semua tegang, tapi memang terlanjur pintar setiap guyonan juga ada isinya. Founder muriamu.id ini sangat kreatif betul, selalu ada ide-ide brilliant dan mampu mengimbangi anak-anak muda baik dalam percakapan atau aktifitasnya, sehingga terasa tidak ada sekat ketika berdiskusi dengan beliau. Pola pendekatan yang luwes ini saya rasa jarang ditemui di warga Muhammdiyah.
12. Purwanto Agung, S.Pd., M.M.
Beberapa yang lalu saya bertemu dengan mas Kholid Mawardi anggota DPRD Kudus yang merupakan alumni SMA Muhammadiyah Kudus yang merasakan pertama awal pembangunan SMK Muhammadiyah Kudus karena kekurangan ruangan. Beliau bercerita bagaimana pembangunan SMK Muhammadiyah hari ini begitu cepat dan sanak famili akhirnya disekolahkan disana. Gambaran itu adalah salah satu penghormatan yang layak dinisbatkan ke Pak Pur, selain mengembangkan SMK Muhammadiyah Kudus, Pak Pur juga terkenal dekat dengan Ortom Muhammadiyah, tak tanggung-tanggung ketika memberikan bantuan demi kelancaran kegiatan ortom.
13. Satriyo Yudho Budi W, S.Pd.
Nama yang menggaung saat pandemi Covid-19 dan beragam kebencanaan ini bisa menjadi alternatif pilihan mengingat ke depan berdasarkan pengamatan bencana kian banyak, akibat bumi kian tua dan kerap tidak dirawat. Butuh figur yang mempu memprovokasi agar memiliki kesadaran dalam merawat bumi dan cepat tanggap berdasarkan kemampuan managerial terhadap kebencanaan.
14. Sigit Muttaqin, S.E.
Ketika masih menjadi mahasiswa semester awal hampir setiap sore saya menemui mas Sigit di ruangannya, beliau tidak ada henti-hentinya memprovokasi untuk mengibarkan bendera IMM di kampus hijau, perjuangan selalu ada resiko ucapnya. Saya tahu betul bagaimana beliau bertahan di kampus dan pada akhirnya beliau berhasil menjadi bagian transformasi dari STAIN menjadi IAIN dan tak kalah membanggakan juga membuat jas almamater menjadi merah marun. Semangat perjuangan ini akan menjadi modal Muhammdiyah Kudus kedepan.
Sementara itu dulu yang bisa saya tuliskan, tentu tidak lepas dari subjektifitas berdasar pengamatan pribadi, akan tetapi saya pastikan itu tidak berlebihan. Kalau pun memang dirasa berlebihan dapat dikembalikan pada alternatif pilihan diri sendiri. Tetapi lebih dari daftar nama, yang menjadi titik pijak adalah sebagaimana dawuh Prof. Mu’ti (Sekum PP Muhammadiyah) dimana Muhammadiyah itu tidak bertumpu pada sinten tapi sistem.