Oleh: Riza A. Novanto, M.Pd – Dosen STIKes Muhammadiyah Tegal
Bicara politik memang tidak ada habisnya, apalagi jelang pemilu 2024 yang tinggal menghitung hari. Para pendukung, tim sukses dan relawan tentunya harus menyusun srategi yang jitu agar jagoannya bisa meraup banyak suara. Perlu diingat bahwa di era informasi digital sangat rawan terjadinya disinformasi yang berakibat pada saling sikut dan berujung pada ujaran kebencian hingga penyebaran berita hoax yang makin massif.
Masih segar dalam ingatan rakyat bahwa betapa sengit dan liarnya pertarungan Joko Widodo dengan Prabowo pada Pilpres 2014 dan 2019 sehingga isu-isu sensitif SARA, HAM, hingga PKI dimanipulasi untuk menyerang masing-masing capres. Para pemanipulasi, kala itu, benar-benar memanfaatkan formula menyesatkan bahwa “kebohongan yang diulang-ulang (seolah) menjadi kebenaran”. Alhasil, hoaks yang menyebar luas dengan cepat itu oleh sebagian orang dipercaya sebagai fakta.
Jelang Pemilu 2024 kali ini, kiranya penting untuk merawat literasi dengan nalar agar masyarakat dapat membuat keputusan yang cerdas dan berdasarkan informasi yang akurat dan tidak manipulatif. Merawat dengan nalar merupakan bagian dari kewajiban kita sebagai manusia yang telah dianugrahi akal oleh Allah SWT. Maka sebagaimana mestinya agar menggunakan akal dengan sebaik-baiknya. Masalah politik memang sangat pelik, namun tidak sepatutnya selalu gas pol tanpa rem. Sebagai bangsa Indonesia yang mayoritas muslim tentu dalam melakukan suatu tindakan harus disertai dengan iman dan akal. Iman berfungsi sebagai rem dan akal berfungsi untuk berfikir dengan nalar.
Upaya Merawat Literasi
Dalam upaya merawat literasi jelang pemilu tentunya harus dilakukan dengan serius. Salah satunya dengan meningkatkan dan memberikan pendidikan politik kepada masyarakat agar mereka memahami prinsip-prinsip dasar demokrasi, hak dan kewajiban sebagai warga negara, serta peran mereka dalam proses politik. Pendidikan politik tentu bertujuan untuk mengedukasi masyarakat agar bisa memilah informasi yang benar dan akurat dari berbagai sumber media dan mendorong pemahaman tentang berita palsu (hoaks) dan cara mengidentifikasinya. Upaya lain bisa dilakukan dengan mengembangkan keterampilan berpikir kritis agar masyarakat dapat mengevaluasi informasi dengan bijak dan tidak mudah terpengaruh oleh propaganda atau narasi yang tendensius bahkan manipulatif.
Merawat literasi juga bisa melalui kampanye yang positif. Kampanye positif seringkali diabaikan oleh para tim sukses, pasalnya timses tidak hanya berfokus pada kampanye mengenalkan jagoannya namun juga kerapkali menyerang lawan politik dengan berbagai cara untuk menjegal agar suara lawan politiknya tergerus. Inilah yang menjadi salah satu penyebab maraknya berita hoaks dan ujaran kebencian. Fokuslah pada kampanye-kampanye pencapaian positif dan program-program yang diusung oleh calon, bukan sekadar menyerang lawan politik. Dengan merawat literasi, masyarakat dapat lebih mudah memahami isu-isu politik, membuat keputusan yang informasional, dan berkontribusi secara positif dalam proses demokrasi.
Timses Merawat Nalar
Peran tim sukses sangat penting dalam merawat nalar masyarakat, terutama menjelang pemilihan. Maka timses harus selalu membantu merawat nalar masyarakat bukan malah terhanyut dalam ujaran kebencian seolah jagoannyalah yang paling benar. Hal yang harus diperhatikan oleh timses diantaranya: Pertama, Kesadaran akan etika komunikasi. Tim sukses perlu menekankan pentingnya etika komunikasi, seperti menghindari kampanye hitam, menyebarkan berita palsu, atau melakukan intimidasi terhadap lawan politik. Inilah yang harus dilakukan timses sebagai bentuk merawat nalar bukan sebaliknya. Kedua, Berperan dalam meredam konflik. Dalam dunia perpolitikan tentu tidak lepas dari gesekan-gesekan yang mengakibatkan munculnya konflik antar pendukung. Maka salah satu tugas timses dalam upaya merawat nalar dapat berperan sebagai mediator untuk meredam ketegangan dan mempromosikan dialog yang konstruktif.
Dengan begitu tim sukses dapat memberikan kontribusi positif dalam menjaga kualitas debat politik, mendorong partisipasi masyarakat, dan merawat nalar agar pemilihan berlangsung secara adil dan demokratis. Mari pada sisa waktu beberapa hari ke depan, kiranya penting diingatkan kembali kepada para politikus, timses, dan relawan untuk memelihara “virtue” atau kebajikan dalam setiap ucapan, langkah, penyebaran informasi dan kebijakan yang berimplikasi pada masa depan bangsa.