Muriamu.id, Jakarta – MAARIF Institute kembali menyelenggarakan acara Jambore Pelajar Teladan Bangsa IX 2022, sejak pertama kali digelar pada 2012. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, pada 27 – 30 Desember 2022, di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta. Kegiatan yang bertujuan untuk membangun ketahanan komunitas berbasis sekolah, utamanya para pelajar ini diikuti oleh oleh 100 peserta yang berasal 59 kota/kabupaten, dan 21 provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia.
Mereka berasal dari Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku. Acara yang diselenggarakan tiap tahun ini sempat terhenti selama 2 tahun, pada 2020 dan 2021, karena pandemi Covid-19.
Dalam sambutan pembukaan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP. mengingatkan para pelajar yang terpilih melalui seleksi ini untuk menjaga semangat persatuan dan kebinekaan. Muhadjir juga menyinggung berbagai ancaman yang membahayakan persatuan bangsa, seperti paham radikalisme dan intoleransi yang menyebar di media sosial.
“Saya mendukung penuh kegiatan jambore pelajar ini sebagai upaya untuk membangun karakter bangsa sesuai dengan ideologi Pancasila dengan berbagai ragam aktivitas untuk menyibukkan pelajar dengan aktivitas yang positif. Terlebih, nilai-nilai yang diusung MAARIF Institute hingga dikatakan seorang menjadi Pelajar Teladan berupa berakhlak mulia, berpikir secara local-nasional-global, gotong royong, mandiri, kritis, dan kreatif, sejalan dengan apa yang digariskan oleh Kemenko PMK,” jelas Muhadjir.
Sementara, Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Abd. Rohim Ghazali, mengatakan bahwa kegiatan jambore ini bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai toleransi, inklusivisme dan kebinekaan serta mengarusutamakan nilai-nilai kebangsaan yang moderat, toleran, dan inklusif di kalangan pelajar.
“Kegiatan ini memiliki sisi positif dalam membangun karakter pelajar. Tentu ini bukan hal yang mudah bagi peserta jambore untuk tinggal jauh dari orang tua karena mereka dituntut untuk mandiri dan mampu mengurus kebutuhannya sendiri, mempersiapkan diri untuk mengikuti kegiatan, dan menyelesaikan tugas-tugas selama kegiatan berlangsung,” kata Rohim.
Bentuk kegiatan jambore ini menggunakan metode antara model pembelajaran dalam dan luar ruangan serta memadukan model kompilasi teori dan praktik di lapangan dengan harapan bisa memberikan konteks pada teks yang disajikan.
“Kegiatan-kegiatan dalam ruangan seperti ceramah, pemutaran dan diskusi film; serta kegiatan di luar ruangan, seperti simulasi, bermain peran, permainan edukatif, dan kunjungan kepada komunitas lintas agama dan budaya, diharapkan membuat peserta menjadi lebih bersemangat dan termotivasi dalam pembelajaran serta memperkuat nilai-nilai toleransi dengan melakukan perjumpaan dan dialog lintas agama dan budaya,” jelas Pipit Aidul Fitriya, selaku Koordinator kegiatan Jambore Pelajar.
Semua rangkaian kegiatan Jambore ini ditujukan bagi generasi penerus agar dapat mewarisi cita-cita dan pemikiran-pemikiran inklusif Buya Syafii, yang selama hidupnya tak pernah berhenti menyuarakan nilai-nilai toleransi, pluralisme, kemanusiaan, dan keadilan sosial. Juga, agar menjadi bagian dari pemecah masalah (problem solver) dalam berbangsa dan bernegara.
“Semoga pemikiran dan gagasan Buya Syafii bisa menjadi spirit bagi kalangan generasi muda, dan mampu menjadi wadah bagi terbentuknya jejaring intelektual muda dari berbagai daerah dan pelosok di Indonesia, sebagai jangkar bagi penyemaian berbagai ide dan gagasan besar Buya Syafii,” jelas Pipit.