EdukasiIslamNasional

Jalur Perkaderan di Muhammadiyah

Oleh: Nunu Anugrah P-Ketua PC Muhammadiyah (PCM) Pabuaran Kab. Cirebon.

Seorang organisatoris yang handal, siang malam dia berfikir siapa lagi yang harus saya kader? Itu lah yang semestinya ada di benak para aktifis Muhammadiyah. Jadi, mari kita introspeksi berapa orang yang sudak kita ajak masuk ke organisasi Muhammadiyah? Berapa orang yang sudah kita ajak datang ke pengajian Muhammadiyah? Minimal ada pertanyaan; berapa orang yang sudah kita ajak untuk membuat Kartu Tanda Anggota (KTA) Muhammadiyah?

Pertanyaan-pertanyaan di atas sangat penting ditanyakan kepada diri sendiri, jika memang diri ini berkiprah sebagai aktifis Muhammadiyah. Dalam rangka menyebarkan ajaran Islam yang berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah, maka Muhammadiyah lah tempat yang sangat tepat untuk berdakwah.

Baca juga :  Biodata Ketua Umum PP Aisyiyah periode 2022-2027

Ada tiga jalur perkaderan di Muhammadiyah:

PERTAMA, jalur keluarga. Jika kita seorang aktifis Muhammadiyah maka jalur terdekat untuk perkaderan adalah keluarga. Minimal istri, anak, menantu, keponakan, dan kerabat dekat yg lainnya diajak untuk membuat Kartu Tanda Anggota (KTA) Muhammadiyah. Lalu setelah memiliki KTA perlahan-lahan ajaklah kerabat dekat kita untuk hadir di pengajian dan kegiatan Muhammadiyah lainnya.

KEDUA, Jalur Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) khususnya sekolah dan pondok pesantren Muhammadiyah. Dengan mata pelajaran AIK (Al-Islam dan Kemuhammadiyahan) 5 jam pelajaran per minggu ditambah Bahasa Arab 2 Jam perminggu, diharapkan lulusan sekolah Muhammadiyah menjadi kader Muhammadiyah.

Baca juga :  Hizbul Wathan SMK Muhala Gelar Sertijab

Ada hal yg menarik dari Drs.H.Muhammad Sulthon Amien, MM a/n PWM JATIM dalam pidato sambutan Musyawarah Daerah (Musyda) ke 10 Muhammadiyah Kabupaten Pasuruan 7 Februari 2020 lalu, yang melemparkan beberapa pertanyaan, (1) mengapa anak – anak tamatan sekolah Muhammadiyah tidak menjadi Muhammadiyah?; (2) apakah karena mengajarkan Kemuhammadiyahan (KM) seperti mengajarkan sejarah?; (2) bagaimana mengajarkan KM lewat sekolah?

Tentu fenomena yang ditanyakan oleh anggota PWM Jawa Timur itu menjadi bahan autokritik bagi semua pemangku kepentingan di persyarikatan Muhammadiyah khususnya Majelis Dikdasmen agar bisa memperbaharui kurikulum dan metode mengajar mata pelajaran AIK di sekolah Muhammadiyah.

Baca juga :  Momen Milad, Pemuda Muhammadiyah Kudus Booking Bioskop Gelar Nobar Buya Hamka

KETIGA, jalur perkaderan melalui organisasi otonom (ortom) seperti PM, NA, HW, TS, IPM, IMM. Di jalur ortom lah tempat nya menyemai kader Muhammadiyah. Di ortom lah tempat belajar lifeskill disamping ideologi Muhammadiyah. Di beberapa tempat timbul pertanyaan mengapa ada kader yang pengetahuan agamanya biasa-biasa saja, kemampuan baca quran nya juga tidak terlalu faseh tapi berani tampil menjadi imam dan khotib di masjid Muhammadiyah? Jawabannya karena kader tersebut terbiasa aktif di ortom Muhammadiyah. Di ortom lah didapat lifeskill (kecakapan hidup) tentang menumbuhkan rasa percaya diri, berpidato di depan orang banyak, dan sebagainya.

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *