Oleh : Agus Jayanto (Kabid Organisasi PK IMM Adz- Dzikr IAIN Kudus)
Bismillah, tulisan ini ditulis ditengah-tengah agenda perkaderan utama di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yaitu Darul Arqam Dasar atau yang sering di singkat DAD. Sambil mempersiapkan segala instrumen untuk menunjang DAD, penulis ingin mempersembahkan hal kecil ini untuk dirinya sendiri serta kepada seluruh kader persyarikatan yang hari ini merasa bingung mencari arah ditengah budaya hedonisme yang menghujam generasi melenial. Harapannya tulisan ini mampu menambah ghiroh memperjuangkan Persyarikatan Muhammadiyah khususnya di IMM.
Sudah menjadi kewajiban bagi kader IMM untuk selalu melangsungkan dan mengawal segala bentuk perkaderan baik perkaderan formal maupun non formal. Yang mana perkaderan tersebut seyogyanya senantiasa dijaga dan di kawal demi keberlangsungan ikatan. Semoga kedepan bisa melahirkan kader-kader ikatan yang mampu kokoh menahan badai kencang budaya hedonisme yang menerjang kaum intelektual. Perkaderan hari ini dikatakan sulit iya sulit, berat iya berat, tapi itulah dinamika perkaderan yang kemudian harus di lewati bersama. Tidak kemudian pasrah dengan keadaan dan membiarkan begitu saja. Jadikanlah perkaderan ini menjadi ruang pemberdayaan. Pemberdyaan bagi pimpinan maupun kader. Mari bersama bergandeng tangan, merajut komunikasi untuk meminimalisir crash atau salah paham antar pimpinan dengan kader, pimpinan dengan pimpinan mapupun kader dengan kader. Penulis juga ingin memberikan ketegasan juga terkait posisi kader tersebut. Kader tidak hanya sebatas calon pimpinan, namun menyeluruh kepada segala aspek yang berkecimpung di dunia peersyarikatan atau Organisasi Otonom (Ortom).
Ada hal yang ingin penulis sampaikan terkait keresahan-keresahan kader hari ini, subjektif penulis mungkin dari berbagai pengalaman yang pernah ditemui penulis. Keresahan itu muncul dari pola dan kondisi yang terjadi, setidaknya ada tiga hal yaitu :
1. Budaya yang ingin serba instan
Kader hari ini terjangkit penyakit pengen mendapatkan atau menyelesaikan sesuatu dengan cepat mudah tanpa memandang kualitas dan esensi apa yang dilakukan. Mungkin semata-mata hanya ingin menggugurkan kewajiban atas apa yang ditugaskan kepadanya. Tidak ada keseriusan dari para kader untuk memberikan suatu makanan yang lebih dan enak untuk di konsumsi. Hal kecil ketika diskusi, kader sangat sulit untuk diajak berkembang dan berat untuk diajak komunikasi ketika diskusi, tidak kemudian muncul berbagai narasi yang interaktif yang bisa membangun suasana diskusi lebih hidup. Ketika ada FGD (Focus Group Discution) kader merasa loyo dan tidak bersemangat untuk memperoleh wacana atau hal-hal baru. Terkesan ingin segera mengakhiri pembahasan dan segera menyelesakan forum.
2. Degradasi attitude
Maksudnya adalah kader hari mengalami kemunduran dalam moral. Sikap yang dilakukan tidak mencerminkan kader Islam atau kader Persyarikatan. Kurangnya sopan santun menjadi perhatian khusus bagi kita semua. Sopan santun yang aslinya menjadi bagian terpenting bagi para penuntut ilmu, tapi malah kurang dan minim pada tubuh kader. Lebih mengedepankan egonya masing-masing untuk mencapai titik puncak atau sebuah penghargaan, padahal penghargaan tersebut bisa saja akan menjadi bumerang pada kader. Karena kader merasa angkuh atas apa yang dimiliki. Salah satu penyebab munculnya degradasi attitude ini di akibatkan dari Covid !9 yang mana anak tidak bisa sekolah selama dua tahun. Karena tidak ketemu atau bertatap muka secara langsung mengakibatkan pembentukan sikap dan pola asuh untuk anak tidak bisa tersampaikan secara optimal. Hal inilah yang kemudian kader sulit untuk berkembang dalam hal attitude.
3. Berkubu-kubu
Tidak mungkin dipungkiri pasti ada di setiap organisasi muncul circle atau kubuan. Hal tersebut bisa memberikan dampak positif maupun negatif, tapi kebanyakan negatif yang membuat toxic di dalam tubuh pimpinan. Jika hal ini terus berlanjut akan muncul kecemburuan sosial bagi sesama pimpinan. Mungkin merasa iri atas apa yang didapatkan yang tidak sesuai ekspetasi. Ada circle boleh-boleh saja tapi sebisa mungkin circle tersebut membawa aura positif yang mendobrak kualitas dan kapasitas pimpinan. Karena circle dalam pimpinan memang sulit untuk dihindari. Terlebih lagi pada perempuan, yang mana tipe perempuan akan merasa nyaman hanya kepada orang-orang tertentu saja.
Dari tiga permasalahan diatas, penulis mencoba memberikan formula yang tepat. Lewat formula tersebut harapannya mampu memecahkan masalah yang ada. Terkhusus bagi teman-teman seperjuangan IMM yang ada di Non PTM, yang memang butuh perjuangan ekstra ditengah persaingan dunia kampus yang begitu luar biasa. Formula yang kami tawarkan kedepan bisa di kaji dan dikembangkan bersama, karena penulis menyadari akan lemahnya kualitas penulis. Terlebih lagi buat teman-teman ditataran komisariat. Semoga kawan-kawan selalu diberikan kemudahan dan kelapangan hati untuk menjalankan amanah umat dan ikatan, aamiin.
Seperti apa yang telah penulis tulis diatas, maka yang harus dijadikan pijakan adalah sering-sering meramaikan komisariat, jadikanlah komisariat terutama tempat sekretariat sebagai laboratorium keilmuan. Lakukanlah hal-hal positif di komisariat, secara tidak langsung sedikit demi sedikit akan merubah pola pikir kader. Yang awalnya mungkin egonya tinggi bisa dikasih stimulus atau rangsangan supaya sadar kalau sikap yang dilakukan selama ini kurang tepat. Bagaimana caranya memanusiakan manuasia dengan menggembleng tata krama pada kader. Tapi tidak kemudian dalam penggemblengan ini dilakukan secara frontal, melainkan sesuai ritme dan kebutuhan kader.
Seyogyanya peran menjadikan komisariat sebagai laboratorium keilmuan ini bisa di pahami dan benar-benar diaktualisasikan. Ini adalah peran dan tanggung jawab bersama suapaya masalah-masalah diatas bisa teratasi. Membangun komunikasi sebagai modal untuk menyelesaikan permasalahan. Ada pesan dari senior yang masih penulis ingat dan dijadikan pedoman dalam ber IMM yaitu “Jadikanlah IMM sebagai ruang aman dan ruang nyaman”. Maksud dari kalimat tersebut adalah bagaimana IMM hari mengoptimalkan dan memberdayakan pimpinan. Serta memberi ruang bagi mereka untuk berkarya dan mengembangkan segala potensi dan minat bakat.
Mengusahakan di setiap pertemuan ada diskusi yang berisi. Komisariat tidak hanya dijadikan berteduh kala nunggu peralihan jam kelas, sebisa mungkin diisi dengan diskusi dengan hal-hal kecil, yang mana diskusi tersebut harus diselaraskan dengan kebutuhan komisariat. Harapannya kader-kader bisa membawa aura baik atas apa yang telah di dapatkan di IMM, rasa aman dan nyaman mari kita tanamkan pada ikatan supaya dalam menjalankan aktivitas bisa ikhlas. Kiranya itu yang bisa penulis keluh kedahkan terkait kondisi kader saat ini, semoga bisa memantik semangat dan ghiroh untuk ber Fastabiqul Khaerat di Ikatan Mahasiwa Muhammadiyah.