Opini

Istiqomah Mencari Hidup dan Menghidupkan Muhammadiyah

Oleh Ainul Huri, M.Pd

Menurut Sekretaris Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Alpha Amirrachman menyorot pengangkatan guru honorer sekolah swasta menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) guru; “Saat ini sudah tercatat hampir 3 ribu guru Muhammadiyah yang diterima diprogram PPPK”. Eksodus besar-besaran para pendidik sekolah-sekolah Muhammadiyah se-Indonesia menjadi persoalan tersendiri yang harus segera diselesaikan.

Perlu diteliti lebih lanjut motivasi apa, sehingga para pendidik Muhammadiyah ikut seleksi pegawai PPPK maupun CPNS?. Menurut informasi yang dihimpun penulis, contohnya yang terjadi di Kabupaten Boyolali salah satu faktor tenaga pendidik dan tenaga kependidikan Muhammadiyah mengikuti PPPK maupun CPNS adalah untuk hidup lebih sejahtera atau mendapatkan penghidupan yang lebih layak. Dari informasi ini penulis membuat gagasan bagaimana para pelaku pendidikan Muhammadiyah agar tetap istiqamah dalam mencari hidup dan menghidupkan Muhammadiyah.

KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah telah memberi teladan, berupaya memberikan penghidupan yang layak secara profesional terhadap guru dengan mengkorbankan melelang pakaian, almari, meja kursi, tempat tidur, jam dinding, lampu-lampu dan lain-lain di dalam rumahnya untuk mendapatkan uang diperlukan untuk menggaji guru, karyawan, dan membiayai sekolah Muhammadiyah.

Baca juga :  Dari Sebuah Dialog, IMM Tegal Siap Berkomitmen

Seperti dirawikan Drs. Sukriyanto AR., M.Hum. di majalah Suara Muhammadiyah, No. 13/98/1-15 Juni 2013, Penduduk Kauman yang berkumpul di rumah Kiai Dahlan bereaksi macam-macam. Murid-murid Kiai Dahlan yang ikut pengajian Thaharatul Qulub sama terharu melihat semangat pengorbanan gurunya melelang barang-barang pribadinya untuk gaji guru Muhammadiyah.

Akhirnya para juragan yang menjadi anggota kelompok pengajian Tharatul Qulub itu berebut membeli barang-barang KHA Dahlan. Ada yang membeli jasnya, ada yang membeli sarungnya, ada yang membeli jamnya, almari, meja kursi dan sebagainya. Dalam waktu singkat semua barang milik Kiai Dahlan habis terlelang dan terkumpul uang lebih dari 4.000 gulden.

Namun, setelah pelelangan tidak ada seorang pun yang membawa barang-barang Kiai Dahlan. Para pembeli pamit pulang setelah menyerahkan uang kepada Kiai Dahlan. Tentu saja KHA Dahlan heran. ”Saudara-saudara, silahkan barang-barang yang sudah sampeyan lelang itu saudara bawa pulang. Atau nanti saya antar?” tanya Kiai Dahlan. Seorang juragan yang membeli barang pun berkata, “Tidak usah Kiai. Barang-barang itu biar di sini saja, semua kami kembalikan pada Kiai.”

Baca juga :  Anggota UPP Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kudus, Selamat Bekerja!

“Lalu uang yang terkumpul ini bagaimana?”. tanya Kiai Dahlan. “Ya untuk Muhammadiyah. Kan Kiai tadi mengatakan Muhammadiyah perlu dana untuk menggaji guru, karyawan dan membiayai sekolahnya?” “Ya, tapi kebutuhan Muhammadiyah hanya sekitar 500 gulden, ini dana yang terkumpul lebih dari 4.000 gulden. Lalu sisanya bagaimana?” tanya KHA Dahlan. “Ya biar dimasukkan saja ke kas Muhammadiyah.”.

Ajaran KH Ahmad Dahlan ‘Hidup-Hidupilah Muhammadiyah dan Jangan Mencari Hidup di Muhamamdiyah’ harus dipahami tidak hanya secara tekstual tetapi harus secara luas. Seorang yang bekerja sepanjang hari di AUM, harus diupah secara profesional sesuai bidangnya, digaji secara profesional bukan berarti menyalahi apa yang disampaikan KH Ahmad Dahlan.

Baca juga :  Merawat Bumi sama dengan Merawat Kehidupan

“Yang dilarang itu adalah orang memanfaatkan Muhammadiyah untuk kepentingan dirinya kemudian Muhammadiyah bahkan juga hanya menjadi kuda tunggang, bahkan ketika memanfaatkannya salah sehingga kemudian Muhammadiyah ikut kena masalah,”.

Bermuhammadiyah Luar dan Dalam Mencari Hidup dan Menghidupkan Muhammadiyah Mencari arti hidup di Muhammadiyah adalah ikhtiar dalam mencari dan meraih keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Mencari penghidupan di Muhammadiyah menjadi terlarang jika orientasinya hanyalah uang semata tanpa menghidupkan dakwah Muhammadiyah itu sendiri. Tetapi, mencari makna hidup dan menghidupkan Muhammadiyah akan menjadi hal yang berkah ketika kita mampu. Sebagai orang yang dalam tanda kutip ‘bekerja‘ di Muhammadiyah (AUM), harus merasakan arti hidup yang sesungguhnya. Selain harus mengedepankan profesionalitas, dan harus mewujudkan integritas serta mengemban dakwah dari Muhammadiyah.

Semoga kita ber-Muhammadiyah baik berorganisasi ataupun bekerja di AUM diniatkan ibadah dengan mengharapkan ridho Allah semata. Sehingga dalam ber-Muhammadiyah kita lakukan secara ikhlas, serta mempunyai kesadaran dan kemauan untuk menghidupkan dakwah Persyarikatan.

Wallahu a’lam bishawab

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *