Nasional

Harkitnas YES Harpitnas NO

Aminudin Abdul Jabbar

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke 114 bertepatan dengan tanggal 20 Mei 2022. Dengan mengusung tema “Ayo Bangkit Bersama”.

Pemilihan tema dengan narasi mengajak secara bersama sama untuk bangkit didasarkan pada kondisi nasional dan global pasca gelombang besar pandemi Covid 19 serta ditengah operasi militer khusus Rusia atas Ukraina.

Dua peristiwa besar ini secara langsung berdampak pada sektor ekonomi global dan nasional. Naiknya beberapa harga komoditi di konon dipicu oleh melambatnya kegiatan ekonomi dunia membawa masalah tersendiri didalam negeri yang lantas berdampak pada merosotnya kepercayaan publik pada pemerintah.

Terlepas dari kemerosotan hasil survei itu, menarik kiranya jika kita dapat mengambil ibrah dari hari kebangkitan nasional.

Tak Bisa Lepas Dari Budi Utomo

Menilik akar sejarah pergerakan nasional indonesia, Hari Kebangkitan Nasional bertalian erat dengan berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1908.

Baca juga :  Ketua PD Muhammadiyah Kudus Larang Kadernya Galang Dana Bencana di Jalan Raya

Budi Utomo pada masa itu adalah organisasi pertama yang didirikan oleh pribumi alumni sekolah Kedokteran Belanda (STOVIA) yang pada masa awalnya bergerak dalam gerakan sosial pendidikan yang akhirnya berubah menjadi gerakan perjuangan politik untuk kemerdekaan indonesia.

Pemuda pendahulu bangsa pada masa itu memiliki satu visi yang sama yakni Indonesia merdeka. Kesamaan visi inilah yang akhirnya menjadikan setiap misi gerakan perjuangan mengarah pada satu tujuan dan menafikan segala perbedaan latar belakang SARA yang ada.

Kehidupan masyarakat dunia senantiasa mengalami perubahan secara cepat dan menyeluruh hingga dalam sendi kehidupan.

Dunia digital menjadi trend kehidupan baru masyarakat yang menjanjikan kemudahan dalam setiap kegiatannya. Masyarakat dunia tengah digandrungi budaya hidup yang serba praktis dan canggih yang dimulai dengan digaungkannya era disrupsi 4.0 dan bahkan saat ini sudah dimulai era disrupsi 5.0 yang akan melahirkan masyarakat 5.0 ( society 5.0).

Baca juga :  Kantongi Restu, Abdul Ghofur Siap Bersaing di Musyda XX IMM Jawa Tengah

Era demi era yang dijalankan oleh negara negara maju ini secara pelan namun pasti akan menggulung negara – negara yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan itu dan itu akan berpotensi untuk memunculkan sistem penjajahan baru.

Indonesia sebagai bangsa yang besar yang ditopang oleh sumberdaya alam yang luar biasa dan bonus demografi yang besar harus mampu bangkit dan mengejar ketertinggalan.

Pemuda Pewaris Semangat dr Sutomo

Pemudanya harus mewarisi semangat dr. Sutomo untuk merespon narasi global. Pemudanya harus dukung mendukung membentuk peradaban seperti dicontohkan pendiri Muhammadiyah dan NU yang mengutamakan visi persamaan daripada sekedar memperuncing perbedaan.

Baca juga :  Perdalam Wawasan Riset: Kader RPK IMM Malaysia Kunjungi ISEAS Singapura

Memaknai dan menghargai perbedaan sebagai sebuah anugerah untuk bangkit dan mencapai kemajuan bersama sehingga kuatlah pesan hari kebangkitan nasional (HARKITNAS) dan bukan sebaliknya menempatkan perbedaan sebagai sarana untuk menjepit gerak langkah hingga menumbangkan sesama anak bangsa yang dapat kita plesetkan menjadi HARPITNAS.

Selanjutnya catatan singkat ini kami akhiri dengan pepatah arab “Laisal fata man yaqulu kana abiy, wa lakinal fata man yaqulu ha anadza” – Bukanlah pemuda orang yang bangga akan Bapaknya, Pemuda itu yang bicara INILAH SAYA.

*Sekretaris PD Pemuda Muhammadiyah Kudus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *