Muriamu.id, Jakarta- Pimpinan Pusat Muhammadiyah kembali menggelar Pengajian Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jumat, 15 Juli 2022 mulai pukul 20.00 sampai 22.00 WIB. Dalam kesempatan kali ini, tema yang diangkat adalah Haji dan Pembaharuan Islam.
Salah satu narasumber yang hadir adalah Prof. Hilman Latief, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Pada saat awal pengangkatannya, Hilman Latief dikenal sebagai Dirjen Haji yang belum berhaji.
Terkait dengan tema Haji dan Pembaharuan Islam yang diangkat, prof Hilman melontarkan pertanyaan, “Apa manfaat haji untuk masyarakat Indonesia? Apakah hanya cukup dengan semakin banyaknya jamaah yang bergelar haji, ataukah kita ingin memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia, bagaimana petaninya, bagaimana UMKM-nya, bagaimana nelayannya?” cetus Hilman.
Perlu Ijtihad Demi Perbaikan Penyelenggaraan Haji
Prof Hilman mendorong adanya ijtihad dan pembaharuan dalam penyelenggaraan haji sehingga lebih berdampak bagi masyarakat Indonesia, mengingat jamaah haji Indonesia adalah yang terbesar dibandingkan negara lain.
Pertama dalam aspek ekonomi atau tijarah, Prof Hilman mendorong adanya perbaikan pengelolaan haji, khususnya bagi jamaah haji Indonesia. “Di dapur kita, produk yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan jamaah berasal dari Vietnam, Thailand, China. Tidak ada yang dari Indonesia. Setiap tahun pengeluaran kita sebesar tujuh sampai lima belas triliun dan tidak ada manfaat yang diterima masyarakat Indonesia,” tambahnya.
Kedua terkait penyembelihan hewan ternak karena dam, karena kurban dan sebagainya.
“Pertanyaannya pernahkah kita menggenggam sebungkus saja daging yang menjadi dam, kurban dan disembelih di tanah suci? Ataukah kita memakannya sekerat saja?” tanya Hilman.
‘Kalau kita hitung ada puluhan ribu ton daging dari jamaah haji Indonesia yang masih mungkin kita bawa ke Indonesia, menyelesaikan beragam masalah kekurangan gizi di Indonesia atau dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan jamaah haji disana,” tambah Hilman.
Hilman berjanji mengajak semua pihak untuk membahas ini. “Maukah kita, jamaah kita, organisasi kita dengan fatwa yang diterbitkan organisasi untuk mendorong adanya perbaikan tata kelola agar pimpinannya punya visi yang sama, membayar dam tapi ada manfaatnya yang kita rasakan, ini perlu ijtihad baru,” jelasnya.
Ketiga, terkait petugas haji perempuan, Hilman menyebut sebagian besar jamaah haji dari Indonesia perempuan. “Dalam statistik yang saya baca ternyata perempuan lebih banyak tetapi petugas perempuan sangat-sangat sedikit,” ungkap Hilman.
“Ini menjadi PR kita, termasuk di persyarikatan dan ormas lain agar menyiapkan kader-kader perempuan untuk menjadi petugas haji karena bisa jadi ada maslah tertentu yang tidak bisa disampaikan jamaah kepada petugas laki-laki. Betapa itu penting ke depan, agar layanan kepada jamaah haji perempuan lebih maksimal,” jelasnya.
Reporter: Sam Elqudsy
Redaktur: Sam Elqudsy