Ahmad Faozan*)
Benarkah demikian? Tentunya kita sebagai jamaah Muhammadiyah di tingkat bawah memiliki pandangan yang berbeda-beda terkait dengan posisi kader Muhammadiyah saat ini. Tulisan ini tidak lain hanyalah sebagai sebuah ajakan untuk mereview kembali keadaan dan kondisi keberadaan kader Persyarikatan tingkat cabang dan ranting di sekitar kita.
Logika berpikir sederhananya, keberadaan Muhammadiyah di suatu Daerah tergantung dari kondisi Cabang dan Ranting-nya. Maju atau berkembang AUMnya, syiar kemakmuran masjidnya, termasuk yang sangat penting adalah kegiatan para kader Angkatan Mudanya.
Demikian juga berkembang dan majunya sebuah daerah Muhammadiyah tergantung dari geliat para pimpinannya Cabang dan Ranting Muhammadiyah. Itulah yang menjadi perhatian utama para pimpinan di tingkat pusat Muhammadiyah sehingga keberadaan Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting demikian sangat pentingnya. Namun pertanyaan berikutnya apakah hanya sebatas mengintensifkan pengembangan cabang dan ranting saja tanpa memperhatikan siapa saja dan bagaimana cara efektif dalam membangun kepemimpinan di dalamnya?
Munculnya perasaan galau dan prihatin sebagian besar para pimpinan di tingkatan Cabang Ranting ini bukanlah hal yang baru. Seolah menjadi “problem” klasik dari dulu hingga sekarang. Maklumlah kalau para sesepuh Muhammadiyah di tingkatan tersebut merasakan demikian, karena keadaan kader Muhammadiyah di daerah dan di jenjang struktur tingkat cabang dan ranting demikian susahnya mencari sosok yang tepat dan ideal untuk meneruskan perjuangan dakwah ini. Dari temuan penulis mendengar cerita dari beberapa kampung di sebagian cabang di Jepara memberikan gambaran keprihatinan atas keadaan kurangnya Sumber Daya yang dapat menjadi tumpuan penerus dakwah persyarikatan.
Diantara beberapa faktornya adalah
1) Faktor usia atau kematian, satu demi satu sesepuh penggerak telah meninggal.
2) Mutasi kependudukan pindah domisili mengikuti suami atau istri. Ini bagian tuntutan dalam membangun keluarga. Dapat ditemui di kampung atau daerah disekitar kita, kisah berpindahnya aktifis AMM yang semula getol dalam menggerakkan organisasi, namun setelah menikah pupus sudah ngurusi organisasi di daerahnya karena ikut pasangannya, baik ikut suami atau istri. Nah disinilah perlunya kita untuk membuat semacam biro jodoh untuk keberlangsungan komunitas persyarikatan di sekitar kita.
3) Faktor pekerjaan, generasi muda atau Angkatan Muda Muhammadiyah dituntut oleh keluarganya –barangkali tergolong masih belum kokoh mengurus keluarganya– untuk memenuhi ma’isyah kebutuhan kehidupan keluarganya. Sehingga alasan kesibukan kerja dan mengurus keluarga menjadi salah satu sebab mereka mundur teratur dari kehidupan organisasinya.
Padahal kondisi perkembangan dan kemajuan Muhammadiyah berada di akar rumput yaitu cabang dan ranting. Dimana syiarnya sebuah cabang, ranting yang disetiap ada kegiatan tidak lepas dari peran sentral di lapangan oleh para Angkatan Muda Muhammadiyah.
Nah disinilah menurut saya letak pentingnya regenerasi bagi AMM yakni Pemuda, NA maupun IPM di masing-masing tingkatan Cabang dan Ranting. Pertanyaan evaluasi sebagai muhasabahnya adalah Bagaimana para bapak-bapak Muhammadiyah dan ibu-ibu Aisyiyah dalam memperhatikan mereka? sejauhmana pendampingan dan berpendekatan psikologi sosial atas mereka?
Pasca Muktamar Muhammadiyah ke-48 dengan gegap gempita serta kegembiraan yang menjadi penampakan kemajuan Muhammadiyah di seantero negeri. Cukup sudah rasa bangga itu, karena kiprah kita ditunggu oleh jamaah di daerah kita masing-masing.
Barangkali tahun-tahun ini menjadi tahun regenerasi Kepemimpinan Muhammadiyah di seluruh jenjang struktur. Barangkali kalau Musywil tidak terlalu berat memilih sosok pimpinan di tingkatan ini. Sedikit kompleks di tingkatan Daerah, dan justru akan lebih memiliki dampak besar kedepannya bila Musyawarah cabang dan ranting Muhammadiyah hanya sekedar tanpa perencanaan yang matang.
Maka dari itu saatnya berpikir serius untuk regenerasi Kepemimpinan Muhammadiyah di Cabang Ranting di lingkungan kita masing-masing. Sebab ini adalah tugas mulia sebagai amanah dan akan berdampak besar bila kita menjalankan penuh dengan tanggung jawab demikian juga di dalamnya terdapat aset bergerak dan tidak bergerak yang akan menggulung kita, kalau kita membiarkan mengalir begitu saja dan terlena. Wallahul musta’ān.
*) Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Mayong.