Muriamu.id, Kudus – Sabtu, 30 Juli 2022 adalah hari yang membahagiakan bagi pasangan Eko Periyanto (29) dan Eka Safitri Maulida (27), warga desa Ngemplak Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus. Hari itu Eka Safitri melahirkan seorang putri yang diberi nama Khanza Putri Azahro. Bayinya lahir dalam keadaan prematur dan memiliki berat badan lahir rendah, 1,330 kg. Dengan kondisi tersebut, untuk merawat bayi di rumahnya, Eka membutuhkan inkubator.
Inkubator berfungsi untuk menghangatkan tubuh bayi sehingga suhunya stabil agar semua organnya dapat tumbuh kembang normal. Di pasaran harga inkubator bayi cukup bervariasi, antara 15 – 25 juta, nominal yang cukup besar bagi keluarganya. Eka kemudian berinisiatif mencari pinjaman inkubator.
Setelah mencari informasi kesana kemari, Eka kemudian menemukan kontak Budi Inkubator, salah satu relawan Inkubator Gratis yang digagas oleh Prof. Dr. Raldi Artono Koestoer, Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Program ini dimulai sejak tahun 2012, dan secara nasional per Desember 2020 lebih dari 4500 bayi prematur telah tertolong.
Ya, Budi Inkubator. Relawan inkubator gratis ini bernama lengkap Budiyono, pria yang berdomisili di Undaan, Kudus. Budiyono adalah seorang pengusaha yang juga legislator di DPRD Kudus dari Partai Amanat Nasional. Budiyono merupakan relawan Inkubator gratis kedua yang ada di Kudus dan sekitarnya. Relawan lainnya adalah seorang Roedhy Setiawan, seorang dosen UMK.
Sampai saat ini, penerima manfaat inkubator gratis yang dikelolanya telah mencapai ratusan orang. Kadangkala, ada orang tua yang menyisipkan amplop sebagai rasa terimakasih ataupun bentuk dukungan pada program ini, namun oleh Budiyono uang tersebut dikembalikan karena dirinya sudah berkomitmen mendedikasikan waktu, tenaga dan biaya dari kantong pribadi sebagai relawan program ini.
Awal Bergabung Menjadi Relawan
Awal Keterlibatan Budiyono sebagai relawan Inkubator Gratis dimulai pada akhir 2014, sesaat setelah purna tugas sebagai anggota legislatif periode pertamanya. Kala itu, Budiyono dikenalkan dengan Prof Raldi Koestoer oleh Dr. Achmad Hilal Madjdi, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kudus yang juga seorang dosen di Universitas Muria Kudus. Kebetulan, beberapa waktu sebelumnya Prof Raldi berkunjung ke UMK. Bersama Pak Hilal, Budiyono berangkat ke kampus Fakultas Teknik UI Depok menemui Prof Raldi untuk mengajukan diri sebagai relawan inkubator gratis.
Pulang dari Depok, Budiyono “dimodali” dua buah inkubator oleh Prof Raldi. Budiyono cukup mengganti biaya produksinya saja. Inkubator yang diciptakan Prof Raldi ini tidak diperjualbelikan, dan memang didedikasikan untuk menolong bayi yang lahir prematur dan berat badan lahir rendah sebagaimana tagline program ini, “Menyelamatkan Bayi Nusantara”.
Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan pinjaman inkubator gratis semakin banyak. Budiyono kewalahan. hingga akhirnya mendapat tambahan amunisi berupa 1 buah inkubator hingga saat ini ada 3 inkubator yang dikelola Budiyono bersama tim di Pusat Layanan Inkubator Gratis Undaan.
Radius pelayanan program inkubator gratis Budi tidak hanya Kudus saja, namun menjangkau wilayah sekitar seperti Pati, Jepara dan Purwodadi. Bagi peminjam yang memiliki mobil, Budiyono menyarankan agar mengambil sendiri supaya bisa lebih cepat. Namun jika peminjam tidak memiliki mobil, maka Budiyono dan timnya siap mengantar selama masih dalam radius jangkauannya. Salah satu titik terjauh yaitu di sekitar Songgolangit, Jepara.
“Pernah pula, saya melakukan COD. Karena pada saat itu sedang merebak covid, saya bertemu peminjam yang berasal dari Tayu, Pati dan menyerahkan inkubator di alun-alun Pati.” Jelasnya.
Selama sekitar delapan tahun menjadi relawan, Budiyono menyebutkan banyak sekali kenangan manis yang dirasakan.
“Yang paling saya rasakan adalah kepuasan batin. Saya sangat bahagia saat melihat senyum ibu dan keluarga karena bayinya sudah sehat dan lepas dari inkubator,” tambahnya.
Syarat Peminjaman Inkubator
Saat ditanya prosedur peminjaman, Budiyono menjelaskan prosesnya yang ternyata sangat mudah dan tidak ribet.
“Peminjam cukup menghubungi call center di nomor hp saya, 0812-2880-9795, mengirimkan KTP dan data bayi. Jika memenuhi syarat dan inkubator tersedia di pusat layanan, segera kita tindaklanjuti. Jika inkubator sedang dipinjam semua, akan kami komunikasikan dengan relawan terdekat atau langsung ke pusat.” Jelasnya.
“Rata-rata peminjaman berlangsung selama 1 bulan, dengan target berat badan bayi diatas 2 kg. Jika bayi sudah tidak nyaman berada dalam inkubator maka umumnya bayi sudah sehat dan siap keluar dari inkubator,” jelasnya.
Budiyono menambahkan, terkait dengan masalah kesehatan, peminjam disarankan berkonsultasi dengan bidan desa atau dokter keluarga/ rujukan.
Budiyono tidak pernah melakukan sosialisasi secara khusus untuk program inkubator ini. Rata-rata para peminjam memperoleh informasi dari mulut ke mulut atau getok tular. Aktivitas ini juga dibagikan di media sosial pribadinya sebagai bentuk dokumentasi dan publikasi tidak langsung.
“Kadang ada juga yang menghubungi kantor pusat kemudian kami tindak lanjuti.” tambahnya.
Dengan inisiatif kecil ini, Budiyono berharap semakin banyak yang tergerak membantu sesama, termasuk jika ada yang ingin bergabung dalam program inkubator gratis, dirinya dengan senang hati akan menghubungkan dengan Prof Raldi Koestoer.
Kontributor: Sam Elqudsy
Redaktur: Sam