Oleh : Heri Iskandar
Suatu hari saya singgah di Masjid keluarga yang dibuat oleh Simbah untuk masyarakat, dengan berharap agar bermanfaat serta pahalanya kelak mengalir tiada putus ketika Simbah yang membuat Masjid ini sudah tiada, meskipun dahulu Masjid ini ketika di buat pertama kali tidak memiliki tetangga rumah karena berlokasi di pinggir jalan lingkar yang kanan dan kirinya masih sawah dan sepi, Simbah mewakafkan tanah dan bangunanya untuk kepentingan ummat atau tempat ibadah umum terlebih para musyafir atau pejalan yang ingin menunaikan sholat lima waktu dan keluarga besar Al-ikhsan berkumpul.
Saat ini belasan tahun berlalu harapan beliau terwujud dengan jamaah sholat jumat yang berjumlah ratusan dan di siang hari selalu menjadi tempat ampiran untuk melaksanakan sholat wajib dhuhur ashar maupun maghrib.
Saya pun kadang kala kalau lewat menyempatkan mampir untuk melaksanakan sholat dhuhur berjamaah sembari singgah sebentar sambil mengenang Masjid ini.
Saya teringat waktu itu, menyapu halaman Masjid dengan tujuan daripada hanya sekedar singgah saja karena waktu dhuhur masih sejam kemudian, saya buat menyapu halaman Masjid walaupun sudah ada merbot yang memiliki jadwalnya untuk membersihkannya.
Toh saya berniat membantu membersihkan karena Masjid ini adalah peninggalan Simbah yang harus dirawat dan dijaga.
Hampir selesai menyapu halaman qodarullah saya ditelpon customer untuk datang kerumahnya dan mau membeli mobil, kemudian saya jawab baik mas setelah dhuhur saya akan meluncur ke rumah.
Alhamdulillah, customer saya baik hati saya datang hanya bercerita dan ngobrol kesana kemari, dan endingnya mas besuk kirimi saya mobil ya.
Alhamdulillah jawab saya, kadang saya merenung apa karena nyapu halaman Masjid ini Allah memudahkan rezeki saya.
Lain juga cerita yang dialami oleh istri saya ketika mendidik siswanya walaupun guru kelas bukan guru agama di SD tapi perhatian terhadap nilai-nilai agama terutama persoalan sholat 5 waktu, siswa wajib menjalankan sholat dhuha berjamah di sekolah dan memperhatikan baca tulis Al-Qur’an sesuai dengan tajwid serta siswa wajib berbudi luhur kepada orang tua dan lain sebagainya, walhasil anak-anak saya atas qodarullah di mudahkan sekolah di pondok dan menjadi siswa berprestasi dan salah satunya syukur walhamdulillah masuk pondok mendapat beasiswa belajar selama 6 tahun hingga selesai dan Allah SWT memudahkan menuntut ilmu dan menjadi anak-anak yang penurut.
Ada cerita lain pula teman saya yang senang dan mudah disambati ketika ada pembagunan Masjid, Madrasah, Sekolah maupun tempat umum yang berguna untuk masyarkat, tidak hanya uang yang dikeluarkan tenaganya pun kalau waktu luang dia siap membantu dan qodarullah rezekinya mengalir deras dan berkecukupan.
Mungkin inilah salah satu penarik rezeki bagi kita selain ikhtiar dan doa yaitu kebermanfaatan kita, sepanjang diri kita dan yang kita miliki bermanfaat untuk semua pasti rezeki akan datang dengan sendirinya.
Jangan jadikan segala perbuatan amal baik kita sebagai transaksional dengan pemilik alam semesta, Ingin berbuat baik ingin pula minta ganti terbaik, ingin memberi ingin pula mendapat ganti lebih tinggi, toh amal sholeh kita yang kita dasari dengan iman dan ikhlas pasti Allah SWT akan menggantinya kelak, andaikan tidak di dunia pasti nanti di akhirat.
Dan hal kedua adalah bahagia, karena bahagia itu simpel yaitu dengan cara membahagiakan orang lain maka dirimu akan merasa bahagia.
Orang bahagia memiliki ciri orang yang suka memberi karena orang pelit tidak akan mau berbagi, maka kebahagian adalah letaknya di hati bukan di materi, lihatlah si pelit itu meskipun dia memiliki harta yang banyak hatinya hampa dan tidak bahagia.
Sebuah cerita di suatu Masjid yang sering saya tuju setiap jamaah maghrib sholat Maghrib adalah sandal jamah yang tertata rapi, jamaah akan masuk Masjid sandalnya banyak yang tercecer dan ketika akan keluar dari Masjid sandal sudah rapi menghadap jalan dan terlihat indah, siap untuk pulang tanpa repot mencari-cari sendal yang tercecer.
Sayapun kadang heran dalam hati ngapain urusan sandal sampai di urusi sebegininya, ternyata kalau dipikir jamaah akan bahagia untuk keluar Masjid dengan mudah tanpa repot-repot mencari kesana kemari apalagi urusan sandal yang ketukar.
Ada lagi ketika saya singgah dhuhuran di Masjid lain yang kotak etalase untuk shodaqoh nasi dan minum selalu tersedia, kadang saya perhatikan yang mengisi itu tidak ikut jamaah hanya mengantar sekresek nasi bungkus dan ada pula yang nyangking ketika mau sholat jamaah, jumlahnya pun terkumpul banyak hingga puluhan, dan selepas sholat jamaah tanpa nunggu lama setumpuk nasi itu habis diambil oleh jamaah, kadang saya perhatikan ketika keluar dari dalam dan pengen ikut ambil ternyata sudah kalah cepat dan tak tersisa yang ada tinggal minuman air putih gelas saja.
Mungkin ketika ditanya kenapa orang-orang itu senang sekali beramal dengan menyediakan nasi mungkin jawaban salah satunya dia ingin bahagia melihat orang-orang bahagia.
Jadi, pintu rezeki itu luas sekali selagi kita dapat bermanfaat untuk orang lain berbuatlah yang terbaik jangan beramal dengan transaksional kemudian bahagiakanlah orang lain dengan membahagiakan diri sendiri keluarga masyarkat dan mahluk ciptaan Allah disekitar kita, Doa orang bahagia akan menjadi doa yang membahagiakan diri kita apalagi doa orang sulit yang kita bahagiakan pasti lebih didengar oleh Allah SWT. dan pasti diijabah. Aamiin