Oleh El Hakim*
Kita semua pasti sepakat bahwa pendidikan adalah cara paling tepat untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidup manusia. Ketika menyadari kekalahan Jepang dari sekutu dalam perang dunia II, kaisar Akihito bukan menanyakan berapa jumlah tentara atau pasukan yang tersisa, tetapi menanyakan berapa jumlah guru yang masih tersisa. Kenapa? Karena Kaisar Akihito menyadari betul bahwa untuk membangun kembali dan meningkatkan derajat Bangsa Jepang, cara yang harus dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, menurut Akihito, kunci utamanya adalah terletak pada kualitas dan kuantitas guru.
Prinsip Pendidikan Paulo Freire
Sementara menurut Paulo Freire dalam bukunya “Paedagogy for oppressed” menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk memberdayakan kaum tertindas, membangkitkan kesadaran kritis, dan mendorong tindakan kolektif untuk transformasi sosial. Melalui pendidikan yang berpusat pada pembebasan, Freire berharap dapat mengatasi ketidakadilan dan menciptakan masyarakat yang lebih adil dan demokratis.
Beberapa prinsip dan pendekatan yang diusulkan oleh Paulo Freire untuk pendidikan bagi kaum tertindas adalah:
- Pendidikan sebagai tindakan pembebasan: Freire berpendapat bahwa pendidikan harus menjadi alat pembebasan dari penindasan dan ketidakadilan. Hal ini dapat dicapai melalui dialog, kesadaran kritis, dan tindakan kolektif untuk mengubah kondisi sosial yang tidak adil.
- Pendidikan berbasis pengalaman hidup: Freire mengakui bahwa kaum tertindas memiliki pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga. Pendekatan pendidikan harus menghormati dan memanfaatkan pengalaman ini sebagai landasan untuk belajar, sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
- Dialog dan partisipasi: Freire menekankan pentingnya dialog dalam pendidikan. Guru dan siswa harus saling berkomunikasi, mendengarkan, dan saling belajar satu sama lain. Siswa diharapkan menjadi subjek aktif dalam pembelajaran, berkontribusi dengan pemikiran mereka sendiri, dan terlibat dalam tindakan kolektif untuk perubahan sosial.
- Kesadaran kritis: Freire mengajukan konsep “kesadaran kritis” yang melibatkan pemahaman kritis terhadap realitas sosial dan politik yang menghasilkan ketidakadilan. Melalui pendidikan kritis, siswa didorong untuk menganalisis kondisi mereka, mengidentifikasi faktor-faktor penindasan, dan bertindak untuk mengubah keadaan tersebut.
- Pendidikan problematis: Freire mengusulkan pendidikan yang berpusat pada memecahkan masalah nyata yang dihadapi oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan masalah nyata, siswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam, meningkatkan keterampilan pemecahan masalah, dan merangsang tindakan untuk perubahan sosial.
Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara yang bernama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, adalah seorang tokoh pendidikan Indonesia yang dianggap sebagai pelopor pendidikan nasional. Pemikiran dan konsep pendidikan yang diperjuangkannya sering kali dikaitkan dengan konsep “pendidikan yang merdeka” atau “pendidikan merdeka”.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yang merdeka adalah pendidikan yang memberikan kebebasan kepada individu untuk mengembangkan potensi dan kepribadian mereka secara penuh, sesuai dengan kebutuhan dan keunikan masing-masing individu. Pendekatan pendidikan yang merdeka tidak hanya fokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pengembangan karakter, kreativitas, dan kebebasan berpikir.
Beberapa prinsip dan konsep yang menjadi landasan pendidikan yang merdeka menurut Ki Hajar Dewantara antara lain:
- Kemandirian: Pendidikan yang merdeka mengedepankan kemandirian dan kebebasan individu dalam mengembangkan potensi diri. Individu diharapkan dapat mengambil tanggung jawab atas pembelajaran dan pengembangan diri mereka sendiri.
- Pembelajaran yang bermakna: Pendidikan yang merdeka harus relevan dengan kehidupan nyata dan memberikan makna bagi individu. Pembelajaran tidak hanya berfokus pada pengetahuan teoritis, tetapi juga melibatkan pengalaman langsung, penerapan dalam kehidupan sehari-hari, dan pengembangan keterampilan praktis.
- Penghargaan terhadap keunikan individu: Setiap individu memiliki keunikan, bakat, minat, dan potensi yang berbeda-beda. Pendidikan yang merdeka menghargai keunikan ini dan memberikan kesempatan kepada individu untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
- Pendidikan yang inklusif: Pendidikan yang merdeka harus mencakup semua kalangan dan tidak membedakan berdasarkan suku, agama, ras, gender, atau latar belakang sosial. Semua individu berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri.
Pendekatan pendidikan yang merdeka menurut Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya memberikan kebebasan dan tanggung jawab kepada individu dalam mengelola proses pembelajaran dan pengembangan diri mereka sendiri. Pendidikan yang merdeka bertujuan untuk menciptakan individu yang berkualitas, kreatif, dan mampu berkontribusi secara positif dalam masyarakat.
Pembelajaran Diferensial
Pembelajaran diferensial adalah pendekatan dalam konteks pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan individu secara beragam dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini mengakui bahwa setiap siswa memiliki keunikan, bakat, minat, dan kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, pembelajaran diferensial berupaya untuk menyediakan pengalaman pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan individu setiap siswa.
Pembelajaran diferensial melibatkan strategi dan pendekatan yang memungkinkan guru untuk mengidentifikasi perbedaan individu dan menyediakan pengalaman belajar yang relevan dan menantang. Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran diferensial termasuk penggunaan bahan bacaan yang beragam, pemberian tugas atau proyek yang fleksibel, penggunaan pendekatan pengajaran yang berbeda, dan penggunaan alat bantu atau teknologi yang mendukung pembelajaran individual.
Dengan pendekatan pembelajaran diferensial, tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan pembelajaran inklusif di mana semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berhasil. Guru berperan penting dalam mengidentifikasi kebutuhan dan kemampuan siswa serta menyusun strategi pembelajaran yang sesuai untuk memenuhi perbedaan tersebut.
Berikut ini beberapa contoh implementasi pembelajaran diferensial dalam konteks kelas:
Kelompokkan siswa berdasarkan tingkat kemampuan:
- Guru dapat mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok dengan tingkat kemampuan yang sebanding. Kelompok ini memungkinkan guru untuk memberikan instruksi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat pemahaman masing-masing kelompok siswa. Kelompok yang lebih mahir dapat diberikan tugas yang lebih menantang, sementara kelompok yang memerlukan bantuan tambahan dapat diberikan pengajaran yang lebih terarah.
- Materi sumber yang berbeda: Guru dapat menyediakan sumber materi yang berbeda dengan tingkat kesulitan atau kompleksitas yang berbeda untuk siswa dengan tingkat kemampuan yang beragam. Misalnya, siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat diberikan bacaan tambahan yang lebih mendalam atau tugas yang lebih rumit, sementara siswa dengan tingkat kemampuan yang lebih rendah dapat diberikan bahan yang lebih sederhana dan dukungan tambahan.
Pendekatan - pembelajaran yang beragam: Guru dapat menggunakan pendekatan pengajaran yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa yang beragam. Ini bisa mencakup penggunaan media visual, diskusi kelompok, kegiatan praktis, atau proyek kolaboratif. Dengan memanfaatkan berbagai pendekatan pembelajaran, siswa memiliki kesempatan untuk belajar melalui metode yang sesuai dengan gaya belajar mereka.
- Penggunaan alat bantu dan teknologi: Guru dapat memanfaatkan alat bantu dan teknologi dalam pembelajaran untuk mendukung perbedaan individu. Ini dapat mencakup penggunaan perangkat lunak pembelajaran adaptif yang dapat menyesuaikan materi dan tugas sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Teknologi juga dapat digunakan untuk memberikan aksesibilitas bagi siswa dengan kebutuhan khusus, seperti dukungan teks untuk siswa dengan kesulitan membaca.
- Fleksibilitas dalam penilaian: Guru dapat menggunakan pendekatan penilaian yang beragam untuk mengakomodasi perbedaan individu. Selain tes tertulis, penilaian dapat melibatkan proyek, presentasi, diskusi, atau portofolio yang memungkinkan siswa untuk menunjukkan pemahaman mereka dengan cara yang sesuai dengan kekuatan dan minat mereka.
Implementasi pembelajaran diferensial harus disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks kelas masing-masing. Tujuannya adalah memberikan pengalaman belajar yang sesuai dan bermakna bagi setiap siswa, sehingga mereka dapat mencapai potensi penuh mereka.
Demikian explorasi pemikiran penulis tentang pendidikan yang harus kita kembangkan yang sebenarnya sudah ter-elaborasi dalam konsep kurikulum merdeka. Namun konsep tak akan bisa mencapai hasil maksimal jika implementasi lapangan tidak berjalan optimal.
*Penulis adalah
Guru smk muhammadiyah 1 semarang