EdukasiOpini

Belajar Pendekatan Pembelajaran dari KH. Ahmad Dahlan

Oleh Dr. Utomo, M.Pd – Majelis Dikdasmen dan PNF Jawa Tengah

Pendekatan KH. Ahmad Dahlan dalam mengajarkan Surat Al-Ma’un mencerminkan prinsip-prinsip deep learning, yaitu pembelajaran mendalam yang menekankan pada pemahaman konseptual, refleksi, dan aplikasi nyata. Berikut adalah analisis pendekatan beliau berdasarkan konsep ini:

1. Pemahaman Mendalam (Deep Understanding)

KH. Ahmad Dahlan memastikan bahwa murid-muridnya tidak hanya memahami teks secara literal tetapi juga memahami makna mendalam yang terkandung dalam Surat Al-Ma’un. Dengan mengajarkan surat tersebut berulang-ulang, beliau mengarahkan santri untuk merenungkan esensi pesan ayat-ayat tentang tanggung jawab sosial, kepedulian terhadap anak yatim, dan orang miskin.

Proses ini selaras dengan prinsip deep learning yang mengutamakan pemahaman esensial, di mana pembelajar tidak sekadar menerima informasi tetapi juga memahami koneksi antara ide-ide yang diajarkan.

2. Refleksi Kritis (Critical Reflection)

KH. Ahmad Dahlan menantang murid-muridnya untuk merenungkan, “Apakah sudah cukup memahami Surat Al-Ma’un hanya dengan menghafalnya?” Dengan pertanyaan ini, beliau mendorong refleksi kritis yang merupakan inti dari deep learning.

Baca juga :  Puluhan Pelajar SMA/SMK Muhammadiyah Se-Blora Ikuti Pelatihan Dewan Sugli Angkatan 1

Refleksi ini membantu santri melihat bahwa pengetahuan saja tidak cukup jika tidak diterapkan dalam tindakan nyata. Santri diajak untuk menilai apakah tindakan mereka sudah sesuai dengan nilai-nilai Islam yang diajarkan dalam surat tersebut.

3. Aplikasi dalam Dunia Nyata (Real-World Application)

KH. Ahmad Dahlan tidak berhenti pada teori. Beliau memberikan tugas nyata kepada santri untuk mencari anak yatim dan fakir miskin, membantu mereka, dan menunjukkan kepedulian secara langsung.

Tindakan ini mencerminkan bahwa pembelajaran menjadi bermakna ketika siswa mampu menghubungkannya dengan situasi dunia nyata. Dalam deep learning, aplikasi praktis adalah kunci agar pengetahuan tidak hanya bersifat pasif tetapi aktif diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Keterlibatan Emosional (Emotional Engagement)

Melalui tugas langsung untuk membantu orang-orang yang membutuhkan, KH. Ahmad Dahlan melibatkan aspek emosional dalam proses belajar. Melihat penderitaan anak yatim dan fakir miskin memberikan dampak psikologis yang mendalam kepada para santri.

Baca juga :  UMKU dan UMY Sepakat Jalin Kerja Sama Lembaga Sertifikasi Profesi

Dalam deep learning, keterlibatan emosional penting karena memperkuat hubungan antara pengetahuan dan pengalaman, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan berkesan.

5. Pembelajaran Berbasis Nilai (Value-Based Learning)

KH. Ahmad Dahlan mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam proses pembelajaran. Surat Al-Ma’un tidak hanya diajarkan sebagai teks agama, tetapi sebagai pedoman moral yang harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Prinsip ini sesuai dengan konsep deep learning, yang menekankan pentingnya nilai-nilai dan etika dalam pembelajaran untuk membentuk karakter siswa.

6. Kolaborasi dan Interaksi Sosial (Collaboration and Social Interaction)

Melalui tugas membantu anak yatim dan fakir miskin, KH. Ahmad Dahlan mendorong interaksi sosial yang positif. Santri belajar bekerja sama, berinteraksi dengan masyarakat, dan memahami tantangan nyata di lingkungan mereka.

Baca juga :  Relawan Aisyiyah Harus Berpartisipasi Siap Dukung Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional

Hal ini mendukung prinsip deep learning bahwa pembelajaran tidak hanya terjadi secara individual, tetapi juga melalui interaksi dengan dunia sosial.

Kesimpulan

Pendekatan KH. Ahmad Dahlan dalam mengajarkan Surat Al-Ma’un menunjukkan implementasi nyata dari prinsip-prinsip deep learning. Beliau memastikan bahwa pembelajaran tidak hanya berhenti pada aspek kognitif seperti hafalan dan pemahaman teori, tetapi juga melibatkan aspek afektif (emosi dan nilai) serta psikomotorik (tindakan nyata).
Dari kisah ini, kita belajar bahwa pendidikan yang bermakna adalah pendidikan yang mampu menghubungkan teori dengan praktik, pengetahuan dengan pengalaman, dan nilai-nilai dengan tindakan. KH. Ahmad Dahlan memberikan teladan bahwa pembelajaran sejati adalah proses mendalam yang mengubah cara berpikir, merasakan, dan bertindak, sehingga siswa tidak hanya menjadi cerdas tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *