NasionalNews

Australia Batalkan Pengakuan Yerusalem Sebagai Ibukota Israel, Maarif Institute: Wujud Komitmen Kemanusiaan Terhadap Palestina

Muriamu.id, Jakarta – MAARIF Institute Apresiasi Langkah Pemerintah Australia Wujudkan Komitmen Kemanusiaan Terhadap Palestina. Hal ini disampaikan setelah Pemerintah Australia menyatakan tidak akan mengakui lagi Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Langkah ini dimaksudkan sebagai dukungan untuk Palestina. Hal ini dinyatakan pemerintah Australia untuk menegaskan posisi mereka di antara konflik Israel dan Palestina. Pernyataan resmi itu dikeluarkan oleh Penny Wong, Menteri Luar Negeri Australia, untuk memperbarui komitmen Australia dalam upaya internasional untuk mewujudkan solusi dua-negara yang adil dan abadi.

Langkah Penny Wong ini menganulir keputusan Pemerintah konservatif Australia pada tahun 2018 yang mengakui Yerusalem sebagai Ibukota Israel. Komitmen Pemerintah Australia ini merupakan langkah yang patut diapresiasi karena sebelumnya kebijakan pemerintah konservatif Australia cukup kontroversial karena mendukung Israel menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota mereka. Dengan tidak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, secara tidak langsung, Australia telah memberikan sokongan kemanusiaan dan mendukung kelanjutan negosiasi perdamaian.

Baca juga :  Peringati 100 Hari Wafatnya Buya Syafi'i, Maarif Institute Luncurkan Buku

Menurut Moh. Shofan, Direktur Program Maarif Institute, kebijakan pemerintah Australia sejalan dengan pandangan Buya Syafii Maarif—yang sejatinya juga senafas dengan pandangan kelembagaan MAARIF Institute—agar lebih melihat masalah Palestina sebagai masalah kemanusiaan, dan bukan masalah agama.

“Buku Buya Syafii, tentang Gilad Atzmon itu sebagai cermin dari sikap politik Buya terhadap perjuangan rakyat Palestina. Buya menolak soal Palestina sebagai masalah agama melainkan soal kemanusiaan. Dunia harus bercermin kepada Gilad Atzmon yang tanpa rasa takut diintimidasi atau dibunuh sekalipun karena memperjuangkan kemerdekaan Palestina dari cengkeraman penjajahan bangsanya sendiri”, ujar Shofan.

Baca juga :  Maarif Fellowship Tampilkan Peran Muhammadiyah dalam Penguatan Semangat Keindonesiaan

Kekejaman yang terjadi di Palestina merupakan tragedi politik, tragedi kemanusiaan, dan tragedi hukum yang sangat biadab dan memalukan di mata dunia. Israel telah menciptakan sebuah sejarah gelap selama abad ke-20 hingga awal abad ke-21 sekarang ini. Penderitaan rakyat Palestina akibat kekejaman Israel sudah berlangsung sejak tahun 1948. Yang menyedihkan, Persyarikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan suara dari OKI hingga hari ini belum memiliki keseriusan untuk menghentikan penjajahan Israel terhadap Palestina. Di sisi lain, Israel tidak mengindahkan perjanjian damai dan juga resolusi dari PBB. Belum lagi, negara-negara Arab yang melingkari Israel telah lama lumpuh menghadapi kekuatan Zionisme global ini.

Baca juga :  Setelah Melbourne, Muhammadiyah Rencanakan Bangun Amal Usaha di Sydney

Kontributor: MI

edaktur: Sam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *